So what is the hardest part of writing?In case you want to know, maka jawaban gue adalah consistency. Konsisten sama who I am as a writer, konsisten sama soul nya cerita itu sendiri biar plot twistnya gak lari kejauhan dari ide awal, konsisten buat keep it simple and enjoyful, dan terutama konsisten sama jadwal update. Wkwkwk...
Kenapa gue nulis gini? Karena akhir – akhir ini gue lagi kecanduan nonton You Tube dan jadi males nulis. Jadi... ya... gitu... Niweiii... Happy reading yaaa... Lagi long chapter nih, buat yang kemaren pada ngacung 😁
I don't wanna be alone tonight
It's pretty clear that I'm not over you
Look what you made me do, I'm with somebody new
- Sam Smith, Dancing with a stranger
[ETHAN]Mati aja gue!
Bintang resign.
Lo gak akan bisa bayangin gimana kalapnya gue malam itu setelah denger kalimat itu dari mulut Evan. Gue nelponin Bintang tapi nomornya udah gak aktif, dan gue baru sadar kalo gue nyaris gak tahu apa – apa tentang dia.
Tanpa tedeng aling – aling gue langsung cabut nyamperin Syailendra ke rumahnya. Yes, malam itu banget gue nyamperinnya. Pas jam 12 malem teng gue nyampe, cuman buat konfirmasi kebenaran kalimat Evan yang sialnya emang bener.
Syailendra gak ngomong apa – apa kecuali membenarkan kalimat Evan, tapi dari sorot matanya gue tau dia kasihan sama gue. Gue juga gak tau pasti kasihan kenapanya. Apa karena dia kira gue jatuh cinta sama laki, atau karena dia mikir Bintang waras dan gue gila. Apapun itu, dia kayaknya tau kalo ada apa – apa antara gue sama Bintang. Untung aja gue bosnya. Dia kerja sama gue. Sehingga Syailendra cukup tahu diri untuk gak mengkonfirmasi apapun sama gue.
Dengan gontai gue meninggalkan rumah Syailendra dan memilih balik ke apartment gue di Ciumbeluit. Tersenyum miris waktu harus memasukkan password karena passwordnya adalah tanggal hari pertama gue ketemu Bintang. Dan lebih miris lagi saat gue ngambil air mineral di dapur karena gue lagi – lagi inget Bintang. Fuck it! Everything here reminds me of her.
Flashback on
"Lo lagi bikin apa Bin?" tanya gue sambil menghampiri Bintang yang tampak sibuk di dapur gue. Setelah ultah nyokap beberapa waktu lalu, gue jadi sering hang out bareng Bintang. Yaaa... secara anaknya asik dan setiap gue ke Bandung juga gue mendadak kurang temen, jadi deh gue sering main sama dia.
"Eh.. ini, lagi buat kopi. Gue pinjem coffee maker lo ya. Lo mau Than?"
"Boleh. Manis terus pake susu ya." Jawab gue sambil menghampirinya.
Bintang tampak sibuk menakar biji kopi dan memasukkannya ke dalam coffee maker. Wangi kopi mulai menyerbak bikin gue semakin mendekat ke arah Bintang. Dari belakang sini gue bisa ngeliat lehernya yang jejang dan kulitnya yang putih mulus dan entah mengapa bikin darah gue berdesir. Dan rambutnya, wangi banget Ya Allah. Gue sampe gak tahan pengen ngelus.
Bintang berbalik tepat saat tangan gue menjulur secara tidak sadar untuk menyentuhnya. Dengan gugup gue menarik tangan gue kembali.
"Kenapa lo?" tanyanya bingung ngeliat reaksi gue, tangannya mengulurkan cangkir kopi ke gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSED
Chick-LitWarning 21+ ETHAN Gue bukan Gay. Gue cowok sejati, tulen, doyan perempuan. Sumpah! Tapi.. setelah sekian tahun puas dengan hubungan satu malam kenapa gue malah suka dan mengharapkan komitmen dari Bintang. Padahal Bintang itu kan laki? BINTANG Aku...