Part 38: Trust me, I know

10.7K 1K 71
                                    


My day-2. Yak.. dan ketemu lagi diii... lapaknya Ethan dong ternyata. Wkwkwk... sabar ya yang nungguin River.

Jadi, reference song kali ini gue ambil dari NBC TV show called Songland (you may check on You Tube, it's soooo inspiring). Lagu ini ceritanya tentang nasihat seorang Ibu ke anak perempuannya, which somehow kok agak relate sama content nya chapter ini yak. Wkwkwk... Happy reading yaaa...


Yeah, it takes a few steps just to get it all together

Make those mistakes that'll make you better

And it's okay if it's not perfect, 'Cause it's not meant to be

Here's to the girls like me

-          Martina McBride's song by HALIE, Girls like me




[BINTANG]

"Mama tahu Bin"

Hah?

Aku menoleh cepat ke arah mama tanpa bisa menyembunyikan kebingunganku. Mama gak tampak kaget denger pengakuan ku, dia hanya tampak... lega?

"Believe it or not, mama udah curiga sejak awal."

"Kok.. bisa ma?"

Mama tersenyum sambil mengelus rambutku.

"Mama yang melahirkan dan membesarkan kamu, walau mama tidak bisa hadir di setiap fase tumbuh kembang kamu, tapi mama selalu memantau kamu. Lewat Banyu, lewat Bik Yum." Jelasnya sambil mengucapkan nama pengasuh Mas Banyu dan aku sejak kecil.

Mataku kembali basah hanya dengan mengingat masa kecilku dan mas Banyu yang teramat sepi kasih sayang orang tua.

"Mama tahu seperti apa anak mama. Kamu anak baik sayang, anak baik yang sangat penurut dan gak pernah aneh - aneh. Makanya mama agak sangsi waktu Ethan bilang kamu hamil anak dia. Percayalah, seorang Ibu tidak akan pernah salah menilai anaknya sendiri."

"Tapi.. tapi.. kalau mama tahu kenapa mama gak ngomong apa – apa?"

Kali ini mama beranjak dari sisiku dan berdiri ke arah jendela. Sibuk menatapi entah apa diluar sana.

"Karena mama tahu kamu dan Ethan saling cinta, tapi akan sangat sulit meminta izin menikahi kamu ke papa. Benar kan?" tanya mama sambil berbalik dan menatap langsung ke mataku.

Aku mengangguk secara otomatis.

"Karena alasan itulah mama gak ngomong apa – apa. Karena mama percaya sama cinta."

Aku menatap mama bingung.

Mama mendesah sambil kembali menatap keluar jendela.

"Kamu tahu kan kalo mama dan papa dijodohin? Pernikahan bisnis. Tapi walaupun kami dijodohkan, mama mencintai papamu. Mama sudah jatuh cinta sejak pertama kali kami dikenalkan. Papamu tampan, cerdas dan sangat bersajaha. Alasan itu yang  membuat mama bertahan disisinya sampai saat ini."

Aku terdiam. Semua orang di rumah ini tahu kalau mama cinta papa, dan papa cinta Rumah sakit. Cinta segitiga, tapi pihak ketiganya bukan orang melainkan pekerjaan. Aku sendiri kadang bingung bagaimana mama bisa bertahan mencintai sepihak seperti itu.

"Selama ini mama bertahan karena cinta yang mama punya untuk papa, Banyu, dan juga kamu, cukup. Walau alangkah lebih indahnya jika cinta mama juga berbalas."

Aku menghampiri mama dan memeluknya erat. "Bintang sayang kok sama mama"

Mama tersenyum. "Mama ingin kamu bisa mendapatkan kebahagiaan yang utuh Bin. Bisa mencintai dan dicintai kembali sama besarnya itu perasaan yang luar biasa. Dan mama bisa lihat kalau Ethan sangat mencintai kamu. Pekerjaannya juga bagus, keluarganya jelas. Jadi mama tidak bisa melihat alasan untuk tidak menyetujui kebohongan apapun itu yang sedang kalian jalankan."

"Tapi ma.. gimana dengan Papa?" ucapku ragu. Apa aku juga harus bilang yang sebenarnya sama Papa?

Mama menghela nafas panjang sebelum akhirnya berkata lugas, "Papa tidak perlu tahu. Kamu terusin aja kebohongan ini. Apapun itu risikonya kalau nanti kalian ketahuan, mama yang akan tanggung."


[ETHAN]

Gue gak ngerti kenapa Bintang marah sama gue. Dia main ngacir begitu aja tadi, naik ke taksi biru pertama yang melintas di depan rumah sakit. Dan gue kurang cerdas buat melakukan hal yang sama. Instead gue malah milih ngambil mobil dulu di parkiran sebelum akhirnya nyusulin dia ke rumahnya.

Demi apa ini gue udah 2 jam disini dan dia gak keluar – keluar sama sekali. Untung mas Banyu tadi sempet nongol dan nyuruh gue ngadem di kamarnya. Mas Banyu nya sendiri kayaknya lagi mau berangkat praktek.

Nyokapnya Bintang sempet nyamperin tadi, bawain gue minuman sama cemilan ke kamar mas Banyu. Bikin gue beneran heran kenapa doi ngelakuin itu sendiri instead of nyuruh asisten rumah tangga yang ada. Mungkin karena gue calon mantu kali ya, jadi dia baek sama gue. Dia cuman pesen biar gue sabar ngadepin Bintang. Lah, seandainya dia tau awal mula gue sama Bintang gimana. Kurang sabar apa coba gue. Udahlah dibohongin, tetap aja gue tergila – gila sama anaknya.

Pintu kamar mas Banyu terbuka tepat pas gue lagi chat-an gak jelas sama Aric. Wajah mungil Bintang nongol disana bikin gue sontak melempar ponsel. Matanya Bintang merah guys, apa dia abis nangis?

"Bin, kamu kenapa?" tanya gue bingung sambil menghampiri Bintang.

Bintang mengelak. Memilih langsung duduk di sofa mungil di kamar mas Banyu.

"Aku gak suka kamu ngomong gitu sama papa Than."

Gue menatap Bintang bingung. Ngomong apa?

"Kamu gak bisa counter papa untuk milih antara pendidikan sub spesialis aku atau calon cucu yang bahkan gak ada." Desisnya.

Gue menggeleng gak percaya. Jadi karena itu?

"I do that because you are too afraid to tell them that being a doctor is not your passion."

"Tau apa kamu soal passion aku?" geram Bintang marah.

Gue menatap Bintang gak percaya. "Seriously Bin? You want me to spill? I know Bin, I know everything about you. How you interact with your crew in the kitchen? The sparks in your eyes when you cook? The way you taste your food. That's passion Bin. Jangan pernah ngelak, karena aku adalah living proof kalo masak itu adalah passion kamu yang sebenarnya."

Di depan gue Bintang menangis tersedu. Dan gue benci liat dia nangis karena sesuatu yang tidak berani dia kontrol. Karena gue jamin seingin apapun dia mengejar passion memasaknya, dia gak akan tega melawan orang tuanya. Dengan alasan apapun.

Gue beneran gak suka ngeliat Bintang hopeless kayak gini. Dia ngingetin gue akan diri gue sendiri beberapa tahun lalu, saat gue di bully habis – habisan di sekolah hanya karena umur gue muda dan badan gue kecil tapi gue udah ada di tingkatan kelas yang tinggi. Gue lompat tingkat 3 kali jaman sekolah dulu. Saat itu Aric, Adrian dan Oliver menyelamatkan gue. Dan gue gak pernah jadi pribadi yang sama lagi setelah itu.

Demi apa, please remind me untuk tidak memaksakan apapun itu keinginan gue ke anak gue nanti. Something that thankfully my dad never made me do, karena gue masuk ke bisnis bokap atas keinginan gue sendiri. Well, walau terkadang gue harus beradaptasi habis – habisan dengan ambisi bokap yang setinggi langit.

Gue menghampiri Bintang dan memeluknya erat. Berusaha meyakinkan dia bahwa apapun yang akan terjadi nanti, dia punya gue. Dan gue gak akan kemana – mana.

---

Published on 2 June 2020

Fiuhhhh... lega banget gue karena berhasil up malam ini.

Yak..jadi pijimane nih? Besok gue up Ethan lagi apa pindah lapak ke River? wkwkwk...

OBSESSEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang