Fly Back Home
190809
.
.
.
Setelah membaca surat Jongin, Baekhyun hanya menangis dan mencengkeram kertas itu, hampir meremasnya saat dia meletakkannya di dadanya seolah sedang memeluk putranya.
Rasanya menyakitkan.
Tapi membaca surat Jongin entah bagaimana membuatnya merasa semua bebannya terangkat dan menyadari segalanya. Kata-kata Chanyeol dimalam sebelumnya seolah menjadi tamparan baginya dan Jongin hanya memperjelas segalanya bahwa dia keras kepala dan egois. Dia mengabaikan orang-orang yang masih ada untuknya karena dia terlalu terluka atas apa yang terjadi pada Jongin.
Jongin sudah tenang. Itulah yang dia inginkan, akhirnya beristirahat dan keluarganya harus menerimanya. Ya, itu tidak mudah dan tidak akan pernah mudah tapi kesakitan mereka akan sedikit berkurang jika mereka melakukannya dan menghadapinya bersama.
Chanyeol dan Jongin benar. Bayi ini tidak ada hubungannya dengan semua yang terjadi, dia tidak bersalah. Itu sudah menjadi takdir Jongin, mereka semua ingin Jongin hidup lebih lama tapi jika sudah waktunya, maka sudah, tidak ada yang dapat mereka lakukan.
Tidak ada yang harus disalahkan, tidak seorangpun dari keluarga mereka ataupun dokter.
Tidak seorangpun.
Baekhyun akhirnya menyadari bahwa dia seharusnya tidak berpikir bahwa dia menghadapinya sendiri, hanya dirinya yang berpikir seperti itu. Dia tidak pernah sendiri dan tidak akan pernah.
Ya, mereka kehilangan Jongin dan itu terjadi karena itulah yang terbaik, putranya telah menyerah tetapi itu bukan berarti Baekhyun harus berhenti menjalani hidupnya juga. Sehun dan calon bayinya masih ada disini, mereka juga anak-anaknya.
"Maafkan aku." dia meletakkan tangannya di atas perutnya, "Papa tidak bermaksud mengucapkan kata-kata yang Papa katakan pada ayahmu. Papa mencintaimu. Maafkan Papa, baby."
Hari itu, Baekhyun menangis hingga tertidur dan terbangun karena ketukan lembut pada pintu lalu setelah itu Chanyeol muncul.
"Waktunya makan." kata Chanyeol dan akan pergi setelah memberi tahu Baekhyun makan malam sudah siap ketika yang lebih mungil berbicara, menghentikannya.
"Bisakah kita bicara?"
"T-tentang apa?" Chanyeol berbalik menatap Baekhyun, mengerutkan alisnya sedangkan ia tetap berdiri ditempatnya sembelumnya, tidak repot-repot untuk menutup pintu.
"Tentang Sehun... dan bayi ini."
"Ada apa dengan mereka?"
Baekhyun mengangkat kepalanya, mempertemukan dirinya dengan tatapan Chanyeol. Kedua mata mereka masih merah karena terlalu banyak menangis, suasana sedih dan berduka masih mengelilingi mereka.
"I-itu tidak masalah denganku jika kau ingin melihat Sehun sewaktu-waktu dan mengetahui kabar bayi ini. Dan aku minta maaf untuk apa yang aku katakan tadi malam."
Chanyeol terkejut.
Apa yang terjadi pada Baekhyun?
Apa yang merubah pikirannya?
Ketika Baekhyun menyadari bahwa Chanyeol sepertinya tidak memiliki apapun untuk dikatakan, dia mengambil napasnya dalam, mengumpulkan keberaniannya.
"Aku minta maaf, Chanyeol. Aku tidak berpikir jika kau dan Sehun juga terluka. Aku.. aku egois. H-hanya saja rasa sakitnya terlalu banyak, itu tak tertahankan. Sulit untuk menerima bahwa Jongin– bahwa Jongin..." Baekhyun menarik napasnya dan dia tidak bisa melanjutkan apa yang dia katakan karena tangisannya tak kunjung mereda. Perasaan berat di dadanya masih ada disana, bahkan dia tidak bisa mengatakan bahwa putranya telah pergi.
Itu menyakitkan.
Itu sulit.
Chanyeol melangkah lebih dekat lalu duduk ditepi tempat tidur didepan Baekhyun, menarik yang lebih mungil ke dalam pelukannya. Itu bukan pelukan seseorang yang sedang jatuh cinta. Itu bukan pelukan dari seorang sahabat. Itu adalah pelukan dari seseorang yang merasakan emosi yang sama seperti Baekhyun. Sebuah pelukan dari orang tua yang juga kehilangan anaknya.
Baekhyun menyandarkan kepalanya di dada Chanyeol tanpa membalas pelukan yang lebih tinggi. Mereka berdua hanya menangis dengan yang lebih tinggi membelai punggung yang lebih mungil.
"Pada waktunya, Baekhyun. Kita akan baik-baik saja."
...
Sehun disisi lain mengikuti ayahnya ketika dia menyadari jika Chanyeol terlalu lama memberi tahu Baekhyun tentang makan malam mereka dan dia terkejut ketika dia melihat orang tuanya di dalam kamar Baekhyun, sedang menangis dengan Chanyeol yang merengkuh Baekhyun dalam dekapannya seolah melindungi yang lebih mungil.
Sehun tersenyum, menyembunyikan dirinya dari mereka berdua sambil berharap yang terbaik. Dia tidak berharap Papanya menerima semuanya terlalu cepat tapi dia berharap Baekhyun menjadi kuat. Dia dan Chanyeol masih disini dan bersama-sama, mereka bisa mengatasinya.
Malam itu, Chanyeol meninggalkan keduanya setelah makan malam karena dia tetap memiliki penerbangan untuk malam itu dan memberi tahu mereka bahwa dia akan kembali besok pagi sebelum ia pergi ke bandara.
Sehun akan mengantar Baekhyun ke kamarnya ketika yang lebih mungil menghentikannya. "Aku akan tidur dikamarmu."
Sehun mengangguk dan mereka menuju ke kamar Sehun, kamar yang pernah ia bagi dengan Jongin.
Baekhyun duduk ditepi tempat tidur Jongin, mengusap telapak tangannya dikain lembut milik putra sulungnya.
"Sekarang rasanya berbeda karena hanya ada kita berdua."
"Kita masih tiga, Papa." gumam Sehun.
Baekhyun mengangguk setuju. "Kau benar." katanya sambil meletakkan tangannya diatas perutnya, "Kita bertiga."
Keheningan menyelimuti ruangan itu sejenak. Mereka berdua duduk di masing-masing tempat tidur, Sehun menundukkan kepalanya saat Baekhyun menatapnya.
"Maafkan aku."
Dua kata itu datang dari mulut Baekhyun yang membuat Sehun mengangkat kepalanya, air mata terbentuk di matanya.
"Aku lupa bahwa kau juga terluka, bahwa kau juga membutuhkanku. Maafkan aku, nak."
"Tidak apa-apa, Pa. Aku mengerti."
"Ini tidak baik-baik saja, darling. Aku tahu kau terluka. Aku minta maaf karena bersikap egois, aku bahkan tidak berpikir itu lebih sulit bagimu karena kau menyaksikan bagaimana dia–" Baekhyun terisak ketika Sehun berdiri, melangkah lebih dekat ke arahnya.
"Kau tidak perlu menyebutnya."
"Maafkan aku, baby. Aku selalu menganggapmu yang lebih kuat karena kau baik-baik saja tidak seperti Jongin, aku tidak tahu kalau hatimu terluka dan itu karenaku... aku minta maaf. "
Sehun duduk disebelah Baekhyun dan yang lebih mungil menariknya, memeluk putranya dengan erat.
"Tapi itu bukan berarti aku tidak mencintaimu. Bukan itu, Sehun."
Sehun hanya menggelengkan kepalanya. Dia tidak bisa bicara, dia hanya menyandarkan kepalanya dibahu Baekhyun, membiarkan dirinya terbungkus dalam pelukan Baekhyun. Dia selalu menjadi yang memeluk Papanya karena Baekhyun lebih mungil darinya dan Sehun berpikir dia harus dilindungi tetapi untuk sekali ini saja, Sehun ingin merasakan kehangatan pelukan Baekhyun lagi.
Sehun membutuhkan papanya.
Ini sudah sangat lama.
TBC
Pada waktunya, mereka akan bahagia:"))
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Fly Back Home ;ChanBaek
FanficChanyeol diminta oleh dua anak laki-laki yang tidak ia kenal untuk mencari Papa mereka tapi dia menolak. Tepat ketika dia akan pergi, seseorang dari belakang memanggil kedua anak laki-laki itu putranya. Chanyeol tertegun. Itu adalah sahabatnya, Baek...