Chanyeol diminta oleh dua anak laki-laki yang tidak ia kenal untuk mencari Papa mereka tapi dia menolak. Tepat ketika dia akan pergi, seseorang dari belakang memanggil kedua anak laki-laki itu putranya.
Chanyeol tertegun. Itu adalah sahabatnya, Baek...
Baekhyun bersandar pada kepala ranjang, membuka amplop yang membungkus surat Jongin dan dia mulai membaca surat itu yang ditulis dengan tulisan tangan yang berantakan.
Jongin jelas kesulitan menulisnya.
. . .
..~..
Papa,
Aku merindukanmu. Ya, mungkin saat kau membaca ini, kau juga merindukanku. Jangan khawatir karena kita merasakan hal yang sama tapi aku tidak ingin kau tenggelam dalam kesedihan. Aku masih disini, bersamamu, di dalam hatimu.
Pa, aku tahu kau telah melalui banyak hal dan terima kasih untuk semua hal yang telah kau korbankan dan lakukan hanya untuk memberiku dan Sehun kehidupan terbaik yang bisa kau berikan. Hal kecil ataupun besar, itu tidak penting, aku menghargai semuanya dan aku berterima kasih untuk itu. Kau telah berjalan sangat jauh dijalan yang penuh dengan perjuangan, itu sebabnya aku berpikir bahwa sekarang setelah aku pergi, kau harus memberikan waktu lebih banyak untuk dirimu sendiri.
Kau selalu memprioritaskan kami sampai pada titik dimana kau mengesampingkan dirimu sendiri, kebahagiaanmu, kebutuhanmu dan impianmu sendiri. Kau selalu mengatakan jika kau bahagia dan kami adalah kebahagiaanmu tapi aku dan Sehun tidak senang dengan itu. Kami juga ingin kau benar-benar bahagia, menjalani kehidupan yang selayaknya kau dapatkan dan tidak hanya menjadi papa untuk kami.
Bersenang-senang dan jatuh cinta, itu yang tidak kau miliki, eh, seorang teman hidup. Tentu saja, kau memiliki aku, Sehun dan adik bayi tapi itu tetap berbeda jika kau memiliki seseorang yang dapat kau klaim sebagai milikmu sendiri. Aku tidak akan memaksamu untuk bersama Daddy lagi karena aku ingin kau memilih sendiri, tapi tolong bersama dengan seseorang yang bisa membuatmu benar-benar bahagia dan tidak akan membuatmu menangis.
Ya, aku tahu yang sebenarnya dan aku tidak marah. Aku tahu alasan kenapa kau melakukan itu. Tidak apa-apa, Pa. Kau sudah cukup menangis dan aku tidak akan membiarkanmu meneteskan air mata lagi. Aku benci melihatmu menangis, itu menyakitiku. Aku tahu kau pasti menangis saat membaca ini, tapi tolong berhenti begitu kau selesai, kalau tidak aku akan marah pada diriku sendiri. Berhenti menangis, Papa. Tidak ada dan tidak seorangpun yang layak mendapatkan airmatamu yang berharga.
Tujuanku menulis ini terutama untuk meminta maaf karena telah menjadi beban. Sekarang aku sudah pergi, kau tidak perlu khawatir lagi. Lebih baik begini, kan? Karena disini, aku tidak akan merasakan sakit yang aku alami ketika aku masih bersama kalian semua. Aku tidak akan membuatmu khawatir lagi, jadi jangan memikirkanku dan mulailah menjalani hidupmu lagi dengan orang-orang yang masih bersamamu dan itu termasuk adik bayi.
Kau hebat dalam membesarkanku dan Sehun, dan aku ingin adik bayi kami menerima cinta dan kasih sayang yang sama seperti yang kau berikan pada kami. Cintai dia, Papa. Berhentilah menyalahkannya untuk sesuatu yang tidak dia ketahui. Dia hanya bayi, yang bahkan masih belum lahir.
Aku tahu kau mencintainya tapi kau memaksakan dirimu untuk tidak melakukannya karena kau pikir dia bersalah tapi kumohon jangan. Sayangi dia sebanyak yang kau berikan untukku. Jangan pernah membuatnya merasa tidak diinginkan karena itu tidaklah benar. Dia hadiah, Papa. Dia adalah berkah. Aku mungkin tidak bersamamu lagi tapi tidakkah kau senang berpikir bahwa masih ada dua orang yang bisa kau hitung? Walaupun itu bukan aku yang akan bersama Sehun untuk membantumu di dapur, menyanyi bersamamu, memelukmu di malam yang dingin, itu tetap dua.
Itu seperti adik bayi akan membawamu kembali ke kenangan indah kita. Berhenti mengabaikannya karena aku, itu membuatku sedih. Dia juga anakmu, putramu dan Daddy, saudara Sehun.
Aku mencintaimu, Papa. Aku mencintaimu, Dad, Sehun, dan adik bayi. Ini akan menjadi terakhir kalinya kau menerima kata-kata dariku jadi aku memanfaatkannya dengan sebaik mungkin. Aku berjanji, aku tidak akan membuat Papa khawatir lagi.
Tolong beri tahu Sehun bahwa dia bukan hanya seorang saudara bagiku, tapi juga sahabatku. Katakan padanya bahwa dia tidak lagi harus menyembunyikan bahwa dia juga sebenarnya menyukai Kyungsoo, aku sudah tidak ada jadi dia tidak memiliki saingan sekarang. Dia bebas untuk mengaku pada teman kami. Ingatkan dia untuk merawat dirinya sendiri dan adik bayi, jika dia memperlakukan adik bayi dengan cara yang berbeda dari caranya memperlakukanku maka aku tidak akan keberatan mengunjunginya dalam mimpinya. AKU TIDAK BERCANDA.
Untuk Daddy, katakan padanya bahwa aku mencintainya dan aku juga berterima kasih padanya. Tanpa dirinya, kami bertiga tidak akan ada. Katakan padanya bahwa aku menikmati menghabiskan waktu bersamanya dan akhirnya tahu bagaimana rasanya memiliki ayah. Hanya saja ini menyedihkan karena kami memiliki waktu yang singkat.
Dan untukmu, Pa, aku ingin mengingatkanmu untuk terakhir kalinya bahwa aku ingin kau dan Daddy bahagia. Bersama ataupun tidak. Jika kau berpikir Daddy pantas menerima pengampunan dan kesempatan kedua darimu maka abaikan segala sesuatu yang dapat menghentikanmu. Itu hanya bagian dalam dirimu yang ketakutan. Kau selalu mengatakan pada kami untuk tidak menjadi pengecut, jadi praktikkan itu pada dirimu sendiri. Kita semua adalah seorang pejuang.
Itu saja, Papa. Aku mulai lelah menulis surat ini.
Sampai kita bertemu lagi.
Jongin.
..~..
Setelah membaca surat Jongin, Baekhyun hanya menangis dan mencengkeram kertas itu, hampir meremasnya saat dia meletakkannya di dadanya seolah sedang memeluk putranya.