"Tuan muda, ini sudah sampai"
Pintu mobil hitam itu terbuka, terlihat seseorang turun dari sana. Pakaiannya rapi dengan jas sekolahnya.
Ia melangkah masuk, melewati papan nama sekolahnya, SMA DHARMA. Manik rubynya itu melirik sekitar, mencari letak kelasnya.
Tak lama ia akhirnya menemukan kelas yang ia maksud. Ia adalah salah satu siswa ajaran baru.
Kakinya melangkah mencari meja tempat duduknya. Di taruhnya tas dan beranjak duduk. Jas yang sebelumnya di kenakan juga ia lepas, menyiskan kemeja putih dengan lambang sekolahnya itu.
Tak lama setelah itu, ia mengambil novel di tasnya. Itulah hobinya, membaca novel. Selang beberapa waktu, siswa lain pun mulai berdatangan memasuki kelas.
Bel masuk terdengar nyaring, bersamaan dengan datangnya ibu guru yang akan mengajar. Setelah salam, ibu guru lantas mengajar, ia menerangkan materi dan menulisnya di papan.
Tiba tiba pintu kelas di buka, terlihat seorang siswa yang terlambat. Nafasnya masih ngos ngosan, dengan keringat yang bercucuran.
"M-maaf bu, saya terlambat"
"Siapa namamu?"
Tanya ibu guru itu sinis. Matanya menatap tajam pada siswa yang terlambat itu. Spidol yang tadi ia ngunakan juga di tutup.
"Sa-saya Taufan"
"Taufan, silahkan kamu keluar. Dan dengar ini baik baik, saya tidak suka ada yang telat di jam saya"
"Baik bu, akan saya usahakan"
Taufan berbalik, ia melangkah ke luar kelas. Tetapi semakin lama langkahnya melambat hingga ia terjatuh pingsan. Semua murid berdiri dari bangkunya ingin melihat ke adaan anak terlambat tadi. Hanya satu siswa yang tidak berdiri, ia lah anak yang membaca novel tadi. Matanya hanya melirik sekilas mengartikan 'dasar pengganggu'.
Salah satu dari siswa kelas itu mendekati Taufan. Lantas ia menatap pada ibu guru.
"Maaf bu, saya akan membawanya ke UKS"
"Ya silahkan"
Siswa itu pun memapah Taufan keluar, menuju UKS. Setelah siswa itu pergi, ibu guru melanjutkan pembelajaran kembali.
***
Bel istirahat terdengar, berbondong bandong murid ke kantin. Berjalan sambil berbincang ringan atau tertawa dengan teman barunya.
Beda halnya dengan anak pembaca novel itu, ia tetap duduk di tempatnya dan mengambil novelnya kembali. Kini ia hanyut dalam barisan huruf.
"Apa kau tidak ke kantin?"
Tiba tiba seseorang datang menghampirinya. Orang itu terdiam, ia berfikir 'mungkin dia tidak mendengarnya'.
"Hei apa kau tidak ke kantin?"
"Maaf apa kau tidak mendengarku?"
Anak pembaca novel itu akhirnya menoleh, wajah kesalnya terlihat sangat jelas. Novel yang sebelumnya ia pegang kini di letakkan.
"Brisik" ucapnya singkat ketika menoleh lawan bicaranya itu, dan kini wajah kesalnya bertambah berkali kali lipat dari sebelumnya. Ya kerena lawan bicaranya adalah anak yang menolong Taufan tadi.
"Ok, namaku Gempa"
"Menyingkirlah dari hadapanku"
"Em baiklah, maaf aku sudah mengganggumu"
Gempa pun pergi meninggalkan anak pembaca novel itu. Namun ada lagi anak yang menghampirinya.
"Hai, kau bisa panggil aku Taufan"
Taufan tersenyum menatap teman sebangkunya itu. Sebenarnya Taufan menghampiri anak itu karena letak tempat duduknya di sana.
"Kalau orang bicara di lihat cuy"
"Apa peduliku"
"Ih dingin amat. Jadi cowo itu jangan dingin dingin, nanti ketua kelas gak mau loh" Taufan tertawa kecil dengan apa yang di katakannya.
Tak ada respon dari lawan bicaranya ini, padahal menurut Taufan itu sangatlah lucu.
"Ok, boleh aku tau namamu?"
"Hei!"
Taufan terus mengatakannya hingga anak pembaca novel itu terlihat kesal dan akhirnya menoleh.
"Halilintar"
Jawabannya masih dengan nada dingin dan cueknya. Namun itu sudah membuat Taufan diam dengan senyumnya. Taufan pun duduk dan mencatat materi pelajaran tadi.
***
Hai balik lagi sama Author
Sebelumnya terima kasih karena telah membaca cerita ini dan cerita lain yang Author buat.
Dan mohon maaf apa bila ceritanya ngekrik, gak nyambung, banyak typo, dll.
Mohon jangan kapok membaca ini.
Sekian Dari Author
Jangan lupa komen dan bye
KAMU SEDANG MEMBACA
LALU
General Fictionkita bertemu dari arah yang berbeda dengan tujuan yang sama. berlari mengejar apa yang impikan. mencoba bebas dari belenggu yang merantai diri. perjalanan tanpa ujung yang terus mengejar. entah kalimat apa yang membuat ini menjadi rumit. entah deng...