Tiga bulan berjalan, dan kini adalah hari terakhir ulangan tengah semester. Hari ini semua siswa di pulangkan awal karna ulangan ini.
"Kita jadi ke kafe yang baru itukan" tanya Taufan pada yang lain.
"Iya doooonk" sahut Blaze dengan gaya alaynya.
"Jijik" sahut Solar geli. Ia menjitak kening Blaze dan melangkah maju, tepat di samping Halilintar.
Halilintar tetap terdiam meski yang lainnya tertawa ringan.
"Bang diem diem baek. Liat apaan" tanya Blaze pada Halilintar, ia terdiam saat kaki Halilintar berhenti melangkah.
"Buku gue ketinggalan" Halilintar berlari berbalik dan menaiki anak tangga.
Taufan menatap Blaze, dan sebaliknya. Mereka lantas berjalan menuju gerbang sekolah dan keluar. "Woi! Gak nunggu tu anak?!" Teriak Solar bingung.
"Halah yang ada dia duluan yang nyampek. Ok gue duluan" Tetiak Blaze asal. Akhirnya Gempa, Ice, Solar, dan Thorn mengikuti mereka.
Halilintar keluar dari kelasnya. Ia menatap ke bawah tapi teman temannya sudah pergi. Ia mengalingkan pandangan menuju belokan di mana kafe yang akan ia datangi, terlihat keenam orang itu. Mereka berbincang dan tertawa. Terus saja Halilintar memperhatikan mereka berenam.
***
"Hahahaha, ya kalik" sahut Blaze. Ia mengalihkan pandangannya ke arah kiri. Di sana ada sebuah panti asuhan yang cukup terkenal.
Blaze menghentikan langkahnya, ia coba lagi mengucek matanya. Benar saja yang ia lihat adalah orang tuanya. Mereka sedang bermain dengan seorang anak gadis kecil, cukup manis bagi Blaze.
Tapi dadanya seakan diapit. Matanya juga panas, dan ingin sekali berteriak marah. Blaze mengerutkan keningnya.
"Lo lama gue tinggal!" Teriak Solar kesal, dari tadi ia berdiri menunggu Blaze yang asik menatap panti tersebut.
"Gue pulang." Blaze berbalik, tak tahan ia dengan pandangan ketidak adilan itu.
"Blaze!" Teriak Ice yang mengejarnya. Blaze akhirnya berhenti ketika di belokan dekat sekolah.
"Hei ada apa? Apa kau marah, ceritalah aku akan mendengarnya"
"Bukan apa apa, mending lo pergi aja sama yang lain" jawab Blaze ketus
"Ceritalah siapa tau itu akan meredakan perasaanmu"
"Buat apa gue cerita lo itu bukan siapa siapa! Jadi gak ada gunanya gue cerita sama lo! Ngerti?" Bentak Blaze pada Ice, ia membulatkan matanya tetkejut dengan kalimat yang menyakitkan tersebut.
"Iya, aku sadar diri kok, gak perlu di jelasin. Aku hanya anak seorang tahanan. Trimakasih udah ngingetin aku" Ice berlajan lurus, meninggalkan Blaze yang terpaku.
***
Halilintar berlari cepat menuju belakang sekolah. Ia terus saja berdecik ketika melihat Blaze dan Ice yang tadi sedang bertengkar.
Walau tak didengarnya percakapan singkat itu, tapi ia sangat teliti, ia tau apa yang tertadi dan maksud dalam percakapan itu.
"Blaze hentikan!" Teriaknya dingin saat melihat Blaze yang terus saja memuluki dinding tersebut.
Bahkan ia tak berhenti saat tangannya mulai terluka karna itu.
"ARGGH!"
"Gue bilang diem!" Halilintar menahan tangan kanan Blaze dan mendorongnya hingga Blaze terjatuh.
"Jangan ngagu gue!" Teriak Blaze, tak terima ditahan seperti tadi. Ia berdiri dan mencoba menendang Halilintar, namun sayang kakinya kembali terhenti dan tubuh itu kembali jatuh.
"Sadar be*o! Gue tau rasanya, tapi denger baik baik kata gue. Jangan pernah sakitin orang yang udah peduli sama lo."
"Lo gak ngerti dan gak bakal ngerti!"
"Emang seutuhnya gue gak ngerti. Tapi gue tau rasa dan apa yang terjadi. Tapi jangan kayak gini Blaze..." ucap Halilintar tertunduk, meski nada bicaranya tetap dingin namun terdengar parau.
Blaze mulai menangis, isakannya juga kian mengeras. "Hiks...apa hiks a-apa g-gue se hiks serendah...ah itu hiks. Sampek sa-sam hiks sampek mereka gak peduli. Dan hiks... suka ng-ngere remehin gue"
"That person is too stupid to think of you like that" Halilintar membungkuk membantu Blaze agar berdiri.
Halilintar mengajak Blaze untuk duduk di dekat UKS. Sekolah hari ini sepi, bahkan osis pun tak ada.
Halilintar mengambil P3k di UKS, untuk jemari Blaze yang terluka."Ice!" Blaze berlari mengejar Ice yang terlihat di trotoar depan gerbang sekolah. Sesekali ia terjatuh karna menyandung Batu.
Ice terdiam saat namanya di panggil. Ia menoleh dan ternyata itu Blaze, ingin ia belalu pergi meninggalkan orang tersebut. Tapi urung ketika melihat Blaze yang terluka dan jatuh karna mengejarnya.
Ia melangkah mendekati Blaze, dan sebaliknya. Ice menangkap tubuh Blaze ketika hendak terjatuh kembali.
"Maaf...maafin kata kata gue" ucap Blaze yang langsung memeluk tubuh Ice.
"Hm, aku maafin. T-tapi tangan kamu kenapa?"
"Luka di pukul sama dinding" balas Blaze asal.
"Kebalik!" terlihat Halilintar yang berjalan mendekat, di tangannya sekotak obat tersusun rapi, bahkan wajahnya yang tegas mirip seperti dokter.
Ice dan Blaze menatap wajah Halilintar, kagum melihat wajah Hali yang terlihat keren. "Sini, biar aku yang ngobatin dia" ucap Ice membuka percakapan
"Hm, gue pulang" Halilintar lantas berbalik mengambil tasnya dan berjalan melewati gerbang.
"Thanks bang" teriak Blaze
"Awas lo kambuh! Bukan tangan tapi leher lo gue patahin" ucap Halilintar menjauh.
***
Entah kenapa rasanya halilintar trus jadi penolong. Mungkin kali kali dia yang jahat kalik ya?(•‾⌣‾•)ok author sangat sangat berterimakasih sama kalian. Dan maaf kali lagi klo banyak banget kekurangannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/195139590-288-k146888.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LALU
Ficción Generalkita bertemu dari arah yang berbeda dengan tujuan yang sama. berlari mengejar apa yang impikan. mencoba bebas dari belenggu yang merantai diri. perjalanan tanpa ujung yang terus mengejar. entah kalimat apa yang membuat ini menjadi rumit. entah deng...