bukan salahnya

727 55 7
                                    

"Kita makan siang saja" Halilintar terlihat keluar dari gedung bertingkat tersebut, aura yang keluar darinya sangat mencekam bahkan mematikan.

"Gi-"

"Lo bisa cepet kan?" Potong Halilintar yang langsung masuk ke mobilnya, dan membantik pintunya sekeras keras yang ia bisa. Di luar Solar dan Gempa saling tatap, lantas ikut memasuki mobil seperti Halilintar.

***

Halilintar berhenti di depan rumah makan, terlihat ramai dengan pelayan yang terus berlalu lalang melayani pelanggan. Ini rumah makan langanan Halilintar, ia sering kemari jika sudah malas memasak sendiri di rumah.

Ia melangkah keluar dengan Gempa dan Solar yang mengikutinya di belakang. Tak ada yang bersuara, mungkin karna bentak Halilintar tadi.

"Hali!" Teriak Taufan dari kejauhan. Tanganya melambai dengan senyum khasnya, ia melangkah mendekat ketika Halilintar dan yang lain menoleh. "Eh ternyata kalian juga ada, lagi ngapain? Tumben bareng?" Tanya Taufan ramah, ia menatap Solar dan Gempa bergatian sembari mengunggu jawaban. Tapi yang yang didapat tidak ada, hanya Hali yang kembali melangkah masuk ke tempat makan tersebut.

"Kayak biasa satu" ucap Halilintar pada pelayan yang biasa melayaninya, biasanya ia hanya akan melihat Halilintar yang datang dan langsung memberikan makanan tanpa harus bertanya, tapi kini Halilintar bersama temannya maka ia harus bertanya makanan apa yang mereka pesan.

"Emm menu apa yang gak terlalu pedas tapi gak tertalu biasa, tapi jangan terlalu gurih. Yang pas pas aja gitu?" Tanya Taufan yang banyak permintaannya. Pelayan itu sampai pusing sendiri makanan apa yang paling pas. "Ok deh klo gitu ayam bakarnya aja, sama es teh manis ya mas" balas Taufan yang akhirnya selesai berpikir akan makan apa.

"Hm aku ayam gorengnya aja, sama es jeruk" ucap Solar pada pelayan tersebut. "Samain aja sama dia" sambung Gempa yang menunjuk Solar, ia tersenyum kikuk menatap pelayan tersebut, entahlah tatapannya seperti tatapan takut saat melayani Taufan.

"Kenapa sih diem muluk? Gara gara gue? Woi jawab jangang cuma nunduk. Au ah mending gue pulang"
Taufan berdiri dan hendak melangkah, namun di tahan oleh Halilintar, dia tak mengatakan apa apa hanya menatap mata Taufan dalam. Dan entah kenapa Taufab bisa kembali duduk di kursinya.

"......gue minta maaf......" ucap Halilintar di sela sela kelenggangab ini. Ia menunduk, perasaannya kalut entah harus diapakan. "...semuanya ini salah gue"

"Lo gak salah Lin" potong Gempa ketika Hali akan mengatakan kalimat berikutnya, bibir Hali di tutup dengan satu jari telunjuknya. "Lo gak salah"

"Thorn pergi itu karna gue,....semuanya karna gue" sambung Halilintar yang menepis pelan jari Gempa. Ia menatap mata Gempa, ia sangat kesal dengan dirinya sendiri.

"Udahlah kita semua juga salahkan. Nyarik kesalahan itu gampang, tapi kalo kita terus menyelahkan diri sendiri gak akan pernah ada yangbener. Bahkan guru pun bisa kita salahin karna nerima kita di sekolah yang sama dan buat kita jadi kayak ginikan? Semuanya bisa di salahakan, tapi apa hal kayak gitu mau di salahin. Semuanya udah kejadian gak perlu menyesal..." terang Solar dengan nada suara yang terdengar serak, kini ia tahu kenapa Hali sejak tadi terus menunduk, dan itu perasaan yang sama yang ia rasakan. Penyesalan.

"Klo mau menyalahkan bukannya gue yang harusnya di salahin, gue kan gak berbuat apa pas itu" sambung Gempa yang juga mulai mengerti situasi mereka sekarang.

"Ish udah dong. Gue yang sedih liat kalian hiks" ucap Taufan yang sedang menghapus air matanya, ia terharu dengan semua kata kata sahabatnya tersebut. "Tuh kan gak bisa berhenti jadinya hiks hiks"

"Lagian lo aneh kita yang sedih li yang nangis, bego atau gimana?" Celetuk Solar yang sedang membantu Taufan menghapus air matanya. "Udah jangan nangis, cengeng banget"

"Serah gue!" Sahut Taufan yang kesal dengan ejekkan Solar yang terus mengatainya. " udahlah, malah ribut. Tuh makannya sampek, cuci tangan gih" titah Gempa yang segera di ikuti oleh Halilintar, Taufan, Solar, serta dirinya sendiri.

Rumah makan ini memang tak seelengan restoran bintang lima, atau tempa makan keren lainnya. Tapi disini, ada satu kehangantan yang jarang dimiliki tempa lain, lihat saja setiap meja pasti sedang bertukar berita atau bergurau. Saling terdengar tawa hangat dari semua pengunjung, itulah istimewanya. Seperti yang bisa kita lihat dimeja empat orang sahabat tersebut, ya Taufan, Halilintar, Solar, dan Gempa.

Ya disana Taufan dan Solar tengah bergurau, bahkan tawa merekalah paling keras di rumah makan tersebut. Sesekali Gempa akan memarahi mereka ketika candaannya sudah mulai keterlaluan. Tapi tetap saja mereka semua akhirnya tetap larut dalam kebahagian kecil tersebut. Bahkan Halilintar tersenyum simpul melihatnya.

***

"Fan...lo ngak usah kawatirin gue" ucap Halilintar ketika berhenti di depan rumah Taufan, Solar dan Gempa sudah ia hantar balik kerumah masing masing.

"Paan sih gr banget, gue cuma kebetulan lewat karna gabut di rumah" jawab Taufan enteng, ia bahkan tertawa kecil karna ucapan Halilintar.

"Lo masih mau jalan atau mau pulang?" Tanya Halilintar yang melupakan topik yang sempat ia mulai duluan.

"Gue ikut lo aja, mumet di rumah" balas Taufan yang langsung loncat ke kursi depan, samping Halilintar.

"Gak ada yang perlu lo tau lebih lanjut dari masalah keluarga gue...itu privasi gue, dan lo sekali pun gak berhak" ucap Halilintar yang mulai menancap gas menuju taman belakang apartementnya.

"Gue cuma mau batu lo...gue gak pingin lo tertekan"

"Itu gak nyelesain masalah Fan, lo cuma nyarik masalah dengan itu, stop kayak gitu. Lo ngertikan?" Tanya Halilintar yang mendapat anggukan dari Taufan. "...maaf gue cuma gak suka ada yang ganggu provasi gue"

"Ya gue juga minta maaf...jadi lo masih marah?" Halilintar menggeleng, lantas memberikan sekaleng minuman softdrink pada Taufan.

"Beli es krim yuk, katanya ada rasa Blaze baru di toko depan apartementmu, ya? Traktir ya?" Ucap Taufan memelas. Dan pada akhirnya Halilintar mengangguk dan pergi mengikuti kemauan Taufan.

***

"Lo mau?" Tanya Taufan yang menyodorkan sesendok es krim pada Halilintar, tanpa menolak Halilintar langsung menyuapnya.

"Suapin yang punya lo juga dong" pinta Taufan yang tertawa kecil, Halilintar menggeleng. "Ish kan udah gue suapin, gantian dong"

Halilintar kembali menggeleng, ia tidak peduli dengan rengekan Taufan. Lebih baik ia menghabiskan es krim ini dan segera tidur di apartement.

"Ah lo gak seru, minggu lalu aja Thorn suapin gue sampek es krimnya habis dan gue juga suapin dia" keluh Taufan yang memakan es krimnya dengan ogah ogahan.

"Uhuk uhk huk" tiba tiba Halilintar berbatuk, Taufan keget langsung mengambil tisu dan mengusap bibir Halilintar yang kotor karna es krim yang keluar ketika batuk. "Makanya klo makan benerin dikit kek, bego di pelihara"

Halilintar mengambil alih tisu itu, ia tak mau di lihat semua pelanggan hanya karna tingkah Taufan barusan. "Hm"

"Thanks untuk hari ini dan untuk tumpangan malam ini" ucap Taufan yang mulai membaringkan tubuhnya di kasur.

"Udah gue mau mandi" jawab Halilintar yang lantas masuk ke kamar mandi.

***

Maaf ceritanya aneh kyk gini. Sekian aja ya bye reader kesayangan author

LALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang