cerita pulang

613 69 5
                                    

Halilintar melangkah menuju parkiran. Tangannya sibuk memainkan kunci yang diputar atau di lempar.

"Lin! Buku catetan lo ketinggalan" Taufan berlari mengejar sahabatnya tersebut. Nafasnya ngos ngosan.

"Hm" tangan Halilintar mengambil bukunya dan kembali melangkah mendekati mobil sportnya.

"Gue laper, Temenin gue makan yuk" pinta Taufan pada Halilintar.

"Hm"

"Itu gue anggap ya" tangan Taufan menarik Halilintar ajar berjalan lebih cepat.

Sebenarnya letak sekolah mereka tak jauh dari suatu mall, maka dari itu Taufan dan Halilintar hanya berjalan ke sana.

"Lo gak papakan Lin?"

"Hm"

"Kita mau makan apaan?"

"Serah"

Taufan akhirnya diam, ia menikmati perlanannya secara tenang dan damai.

***

"Paket mega boxnya dua" pesan Taufan pada pelayan di hadapannya.

"Gue duduk duluan" potong Halilintar yang capek berdiri. Ia mencari tempat duduk dekat jendela, yang berada di sujud ruang.

Tak lama kemudian Taufan datang dengan nampan cokelat di kedua tangannya. Ia menyengir ketika melihat Halilintar, entah kenapa baginya Hali itu lucu.

"Ayo" Taufan duduk dan mengunyah makanyannya, ia bahkan lupa cuci tangan saking antusiasnya.

"Hm" Halilintar berdiri dan berjalan menuju wastafel. Tak lama ia pun kembali dan menyantap makanannya tanpa selera.

"Lo gak suka? Biar gue pesen yang lain" Taufan bertanya, sedari tadi ia melihat Halilintar yang seperti tidak selera.

"Gak"

"Lo kenapa sih?" Nada bicaranya sedikit menggemas akibat Hali yang hanya menjawab dengan satu atau bahkan setengah kata.

Lima belas menit berlangsung dan akhirnya mereka selesai makan. Mereka pun keluar dan berkeliling mall tersebut.

Halilintar menatap Taufan yang bersenandung dengan senyuman khasnya. Ia tersenyum tipis menatap sahabatnya tersebut. "Gue seneng kalok lo seneng" ucapnya lirih

"Apa lin?" Tanya Taufan cengegesan. Tadi ia tak sengaja mendengar yang Halilintar bisikkan.

"Hn?"

"Iya yang lo bilang tadi apa? Kurang jelas tau! Coba ulang" goda Taufan yang semakin menjadi. Halilintar hanya bisa berpaling karna malu.

***

Mereka berjalan menuju bioskop. Berbaris mengantri untuk membeli tiket.

"Kita nonton film horor aja ya?" Tanya Taufan yang masih bingung ingin menonton apa.

"Gak, gue gak mau" jawab Hali ketus. Wajahnya seperti siap membunuh seseorang

"Woles, jadi mau nonton apa?"

"Serah"

"Isssh, ternyata lo lebih ribet dari cewek pms"

"Brisik"

"Yaudahlah yang itu aja"

Setelah berdebat akhirnya mereka masuk dan menonton dengan tenang. Kira kira dua jam waktu film tersebut. Film yang mereka tonton adalah film aksi yang tak mengandung scene romantis atau horor.

"Cari cemilan yuk"

"Hm"

"Mau wafel rasa apa"

"Coklat keju"

"Lo yang traktir juga" balas Taufan tersenyum.

"Ya"

Halilintar mengeluarkan dompetnya dan membayar dua wafel yang mereka beli.

"Maniss" Taufan tersenyum dan menyerahkan wafel milik Halilintar, bukan untuk memberikannya melainkan menyuapinya, Hali juga tak menolak hal tersebut.

"Mau pulang?" Tanya Hali pada Taufan, yang di tanya hanya terdiam seperti orang binggung.

"Jalan dulu yuk. Lagian besok minggukan"

Halilintar mendekati Taufan, di bukanya resleting depan tas Taufan. Dugaannya benar, Halilintar mengambil benda tersebut dan mencucinya di kran depan mall. Setelah bersih benda tersebut dipatahkan menggunakan tangannya.

"Hali!" Taufan berteriak ngeri, ia syok melihat tingkah gila sahabatnya tersebut. Ia mengambil kater yang sering Taufan gunakan untuk menggores lengannya.

"Lo udah gila!" Teriak  Taufan histeris

"Gue tau apa yang gue lakuin" Hali menjawab, ia membuang remah pembunkus kater tersrbut, katernya juga patah. Namun tangan Halilintar tidak terluka, ia hanya menfkancurkan dari sisi tumpulnya. "Lo yang gila! Ini kater Taufan, bukan mainan yang asal asalan. Gak hanya ini aja yang bisa lo ajak berbagi. Jangan juga jadi penari topeng disini"

Halilintar ia tak peduli dilihat oleh banyak orang, ia tetap menatap Taufan yang hanya menunduk dalam diam.

"Maaf gue kasar...gak maksud" ucap Hali lirih, ia menyesal dengan sikapnya tadi.

"Hiks...ma-makasi Lin" Taufan memeluk tubuh Halilintar erat. "Makasi udah buat gue sadar"
Halilintar balas memeluk sahabatnya tersebut. "Lo gak sendiri fan, lo gak sendiri" ucapnya lirih.

Pada akhirnya mereka kembali pada rumahnya masing masing dan mencoba istirahat setelah jalan jalan sepanjang sore.

                                 ***

Hai...
Gimana? Kurang bagus ya? Kasik tau dong kurang apa!

Makasi juga udah trus ngikutin cerita ini. Author bahagia karna kalian tetep setia menanti cerita ini. Maaf juga klo banyak salah.

Bye

LALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang