"Lakukan praktek ini sebaik mungkin, dan saya harap kalian tau seberapa pentingnya tugas ini"terang Pak Seno didepan kelas. Sorot matanya terlihat tegas dengan tangan yang memegang spidol terus menunjuk tahapan tahapan yang harus muridnya lakukan. "Baik sekarang kalian cari kelompok dengan anggota empat orang. Dan ingat tidak ada yang ribut" titahnya pada seluruh isi kelas.
Tanpa disuruh dua kali semua murid dengan cepat menyebar mencari kelompok masing masing. Sesekali terdengar bisik bisik memanggil temannya untuk berkelompok.
Taufan melambaikan tangannya memanggil Gempa, tadi sempat ia mrmanggilnya tapi tetap tidak dihiraukan. Malah Gempa sudah duduk manis dengan kelompoknya.
"Fang" panggil Halilintar, yang dipanggil langsung mendekat. Fang segera duduk di sampung Blaze dan mengeluarkan catatannya. "Lo bisa bersosialisasi Lin?" Tanya Blaze heran, kini genap sudah kelompoknya. Taufan, dia, Halilintar, dan si landak.
Semua murid sudah terbagi, total sudah ada tujuh kelompok, namun ada satu kelompok yang beranggotakan tiga orang, alasannya karena Thorn sudah pindah. Gempa juga sudah berkelompok dengan Yaya, Ying, dan Gopal.
"Baik silakan kalian diskusikan akan melakukan apa. Kalau begitu saya harus pergi, Yaya ingat jaga kelas!" Pak seno lantas keluar kelas ketika Yaya telah genap mengangguk.
***
"Ya makasi, nanti biar gue yang ngurus itu" ucap Gempa yang membereskan kertas kertas yang berserakan.
"Gempa, makan kuy" ajak Taufan dan Blaze yang lansung melompat mendekati Gempa. Mereka juga tertawa ketika melihat Gempa yang sedikit kaget.
"Kalian duluan, gue lagi sibuk" balas Gempa yang kembali dengan kertas kertas tersebut, bahkan ia tidak menatap Taufan atau Blaze saat berbicara. "Ayo-"
"Gue gak bisa Fan" potong Gempa, raut wajahnya berubah merah.
"Lama gue tinggal" terdengar teriakkan Halilintar dari luar, Taufan dan Blaze hanya bisa melangkah pergi dan meninggalkan Gempa sendiri."Lo kok ikut?" Celetuk Blaze yang melihat Fang bejalan disisi Halilintar. "Serah gue mau ngapain" jawab Fang ketus.
Blaze memilih melanglah lebih depan, ia sedang merencanakan sesuatu dengan Taufan. Hingga di depan belokan bertemu dengan Ice yang keluar dari kelas. Mereka hanya menyapa singkat, dan Ice akhirnya mengikuti obrolan bersama Hali dan Fang.
"Kita gak nyarik Solar?" Tanya Taufan ketika melihat kelas Solar. "Ngak usah" jawab Fang cepat.
"Gue gak nanyak lo" sahut Taufan kesal. Meski ia orangnya ramah, tapi untuk urusan persahabatan ia paling sensitif.
"Li-" belum genap ucapannya selesai, Halilintar sudah menarik tangannya pelan, tanpa menoleh atau berkata apa pun. Taufan menatapnya bingung, meski ia ingin sekali menolak ajakan Halilintar tapi ia tak berani.
Taufan menatap punggung Halilintar lamat lamat, mungkin hal ini yang membuatnya tak berani membantah Halilintar, ya Hali terlihat begitu berbeda dari biasanya, seolah ada beban yang ia tanggung sendiri. Emosinya seolah tertahan, bahkan terlihat seperti membohongi diri sendiri.
"Ice" panggil Blaze pelan, ia bosan berjalan sendiri di depan. Tak ada yang mengajaknya berbincang atau apalah yang biasa ia lakukan dengan Taufan dan Thorn.
Ice maju selangkah mendekati Blaze, sebenarnya ia ingin mengatakan bayak hal. Tapi ia bingung sendiri apa itu hal yang menarik bagi Blaze.
Tak lama kemudian mereka duduk melingkar di sebuah meja. Sudah Taufan yang memesan semua makanan serta minuman. Namun sejak mulai makan hingga piring kosong tak ada yang membuka suara. Hanya bising dan riuh teriakkan memesan makanan dari siswa atau siswi lain yang terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
LALU
Fiksi Umumkita bertemu dari arah yang berbeda dengan tujuan yang sama. berlari mengejar apa yang impikan. mencoba bebas dari belenggu yang merantai diri. perjalanan tanpa ujung yang terus mengejar. entah kalimat apa yang membuat ini menjadi rumit. entah deng...