mengerti?

536 66 10
                                    

"Dari mana saja kau?!" Suara berat dari pria yang sejak tadi tertahan oleh genggaman tangan istrinya.

"Blaze Cakra Ardianata" panggilnya pada remaja yang melangkah santai di depan tangga.

"Blaze hanya Blaze" sahut Blaze, dia memasang headphonenya dengan volume tinggi dan melangkah menaiki tangga.

"Dari mana saja kau! Jawab papa!" Teriak pria yang menyebut dirinya adalah ayah dari Blaze.

Samar samar dari telinganya mendengar suara sang ayah. Blaze lantas membuka headphone dan mendekati pasangan suami istri tersebut.

'Plak' tampar sang ayah pada putra semata wayangnya tersebut. Tangannya refleks terlentang sebab bau busuk seperti alkohol yang menyelimuti tubuh sang putra.

"Trus ngapain tadi nanyak! Besok besok gak usah nanyak sama sampah kayak aku!" Teriak Blaze yang mulai bangkit dari lantai.

"Blaze mama gak pernah ngajarin kamu kayak gini" ucap sang ibu yang membungkuk menatap sang putra.

"Memang kalian gak pernah ngajarin apa apa! Makanya diem gak usah sok baik!" Balas Blaze yang menepis tangan sang ibu.

"Rusak sudah dirimu! Mau jadi apa kau hah! Bertutur aja gak bener! Pulang malam!" Papanya kini yang berbicara menjawab kalimat Blaze.

"Harusnya ngaca! Siapa yang buat aku kayak gini! Siapa yang sibuk kerja dan tutup telinga! Tanyak sama bi Ima siapa yang udah ngancurin mimpi mimpi ku! ...Sudah, Sudah hancur, memang hancur aku sekarang! ...Dan untuk kalian... berhentilah berekting hanyak karna nenek akan berkunjung!"

***

"Ice!" Teriak Blaze ketika melihat Ice yang meremas batang rokok yang masih menyala itu hanya dengan tangan kosong.

"Aku baru tau anak KSPan ngerorok" balas Ice yang lantas melempar sampah tersebut jauh dari mereka.

Ia lalu mengambil tempat dan duduk di sebelah Ice. " sampah itu masih bisa di daur kalau sampahnya mau" ucapnya lirih ketika memejamkan mata, terlihat seperti mengigau.

"Hahaha lo lucu kalok tidur" Blaze tertawa renyah, pastinya tak di ikuti dengan Ice.

"Dan lucunya kaliamat itu seolah lucu" balas Ice.

"Kalian mau disitu terus?" Terlihat Solar dan Taufan di sudut lorong.

"Mungkin, tapi kalian kayaknya ganggu kita" ucap Blaze yang menetap Ice dan menggenggap jemarinya.

"Lo waraskan? Gak gak, sesuka sukanya lo sama Ice, lo harus sadar!" Teriak Taufan yang lantas melepas genggaman tangan tersebut.

"Tadi gue udah......  " Celetuk Blaze, ia memajukan bibirnya memberi contoh.

"Emang ngapain ?" Thorn bertanya, ekspresinya begitu polosnya.

"Lo mau gue kasi tau biar ngerti thorn" Blaze melangkah mendekati Thorn.

"Blaze jangan aneh aneh." Solar menjitak kepala Blaze, berharap orang tersebut akan sadar.

"Ok gue diem. Lagian Taufan ngiranya yang negatif terus tuh. Keliatan suka nafsu" jawan Blaze santai sembari melangkah menuju kantin.

"Gue gak gitu ya! Jomblo jomblo otak gue suci" kini Taufan berteriak membantah perkataan Blaze.

"Udah keliatan jomblonya gak usah dibilang" balas Ice yang juga mulai melangkah menyamakan dirinya dengan Solar.

***

"Eh abang aku ada di sini" Blaze melangkah cepat dan duduk di samping Halilintar. Tak ada jawaban hanya lirikkan tajam dari Halilintar.

LALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang