🍂06🍂

424 66 18
                                    

Jiwon tersenyum menang ke arah adiknya Jieun. Tidak lupakan tentang taruhan keduanya yang apabila Mingyu tertarik dengan Jiyeon, Jieun kalah. Tapi jika sebaliknya maka Jiwon yang menang.

Tapi kenyataannya Jiwon yang menang sekarang. Dan artinya Jieun harus memenuhi janjinya yaitu membersihkan kamar Jiwon setiap hari.

Tanpa mengetok pintu, Jiwon memasuki kamar Jieun dan terlihat Jieun sedang bermain handphone nya dengan posisi terlentang.

"Hai Jieun sayang." Jieun terkejut, karena kakak nya itu tiba-tiba saja menghampirinya dan duduk di sebelahnya berbaring.

"Wae?" Sepertinya Jieun tidak ingat dengan taruhannya bersama Jiwon, gadis itu tetap fokus pada layar handphone nya.

"Liat aku bodoh," kata Jiwon namun Jieun tetap fokus pada layar di handphone nya dan diam-diam Jiwon melihat layar ponsel adiknya itu dengan berbaring di sebelahnya.

'Daniel Kang'

Nama yang membuat Jiwon melongo. Kapan adik nya itu dekat dengan si murid baru dan sekarang seenaknya sudah saling berbagi pesan.

"Kau dekat dengannya." Bukannya menjawab Jieun malah tersenyum sendiri.

"Hey aku tanya Jieun."

"A-apa katamu?" Jiwon memutar malas bola matanya, ya tuhan adiknya ini mengabaikannya barusan.

"Aku tanya kau kapan dekat dengan si murid baru kang itu?"

"Tadi di sekolah dia sempat meminta nomer handphone ku." Jelas Jieun dan Jiwon menjadi bingung. Setahunya Jieun tidak gampang dekat dengan seseorang apalagi di dekati. Gadis itu dingin seperti kutub utara.

"Kau tertarik padanya?" Jieun dengan langsung menoleh pada Jiwon. Mengabaikan sementara pesan yang baru saja masuk. Jika sudah begini pertanyaan Jiwon pasti nanti akan menuju pada Hanbin.

"Aniya." Jieun mengalihkan pandangannya. Gadis itu tetap dalam pendiriannya, yaitu mengejar cintanya Hanbin. Walaupun itu bertepuk sebelah tangan.

"Jika kau tidak bisa bersama Hanbin, Daniel ada, sepertinya dia cocok untuk membuatmu bahagia."

Andai saja Jiwon tau jika Hanbin menyukai dirinya mungkin gadis itu takkan berkata seperti itu, kenyatannya Jiwon tidak tau sama sekali dan sungguh membuat hati Jieun tersakiti.

"Tidak aku tetap akan mempertahankan cintaku pada Hanbin," tegas Jieun. Terlihat keseriusan dalam tatapan Jieun dan Jiwon tersenyum melihatnya.

"Oh iya, aku menang taruhan loh." Jieun mengernyit bingung, namun kemudian gadis itu ingat dengan taruhannya bersama sang kakak itu.

"Ee taruhan apa ya?" Jieun pura-pura tidak tau. Karena yang jelas dia kalah sekarang karena Mingyu sudah mulai tertarik pada Jiyeon.

"Jangan pura-pura tidak tau uri Jieunnie ... " Jiwon mencubit pelan lengan adiknya.

"Aduh sakit eonni." Erangan Jieun membuat Jiwon tertawa, pintar juga gadis itu berbohong.

"Ne ne aku akan membersihkan kamarmu!"

"Begitu dong ... " Jiwon tertawa puas, berhasil ternyata membuat adiknya akhirnya menurut.


^

Disisi lain Jiyeon terlihat menyiram tanaman di luar rumahnya. Sambil bersiul dan sesekali menyiram tanaman indah di depannya. Tanpa sengaja matanya menangkap sosok Mingyu yang berjalan lewat di depan rumahnya.

Dengan seseorang yang membuat hati Jiyeon memanas. Seorang gadis berambut pirang, sangat cantik. Jiyeon tidak tau siapa, Jiyeon tiba-tiba saja menghempas kasar benda di tangannya dan mengikuti Mingyu.

Jiyeon mengikuti Mingyu diam-diam. Gadis itu penasaran siapa gadis yang dibawa Mingyu saat ini. Jiyeon merasa kesal karena sejak tadi gadis itu menggenggam erat tangan Mingyu.

"Siapa sih?" Jiyeon mempoutkan bibirnya kesal.

Sampai pada sebuah restoran. Mingyu berhenti disana, memasukinya dan duduk di salah satu kursi bersama gadis tadi. Sedangkan Jiyeon melihat dari arah jendela restoran.

"Katakan apa maumu?" Tanya Mingyu dengan ekspresi cueknya, sepertinya dia benci gadis yang bersamanya kini.

"Mingyu kau sungguh berubah, dengar aku masih mencintaimu." Begitu kalimat itu terdengar Jiyeon memukul kaca di hadapannya, untung tak ada yang melihatnya.

"Kita sudah lama putus Lisa, dan sekarang kau ingin kembali padaku?" Mingyu tak habis pikir. Gadis itu, mantannya ternyata masih menyimpan rasa padanya.

"Kita sudah bersama dari dua tahun lalu Ming, dan kau tiba-tiba saja memutusiku!"

"Ya karena aku tak cinta lagi padamu Lis, ah sudahlah aku pulang saja." Mingyu berdiri, meninggalkan Lisa seorang diri. Gadis itu hanya bisa menatap kepergian Mingyu yang sudah mulai menjauh.

"Lihat saja Mingyu, aku akan terus mengejarmu." Lisa menyeringai, mantan Mingyu itu masih tak menyerah dengan cintanya.



^


"Oppa." Jiyeon menghampiri Mingyu yang baru saja keluar dari restoran tempat singgahnya barusan bersama sang mantan.

"Jiyeon, kau sedang apa disini?" Jiyeon tak menjawab. Gadis itu malah memandang Mingyu setajam tajamnya. Mingyu sendiri tak mengerti kenapa dengan gadis yang selalu menggodanya saat ini?

"Siapa dia oppa?" Tanya Jiyeon, gadis itu juga tak mengerti kenapa dia bisa marah sekali sekarang.

Cemburu mungkin!

"Dia mantan, kenapa?" Tanya Mingyu cuek, dan Jiyeon kesal dengan ekspresi cuek nya itu.

"Lalu kenapa pergi dengan nya?" Jiyeon masih saja kesal.

"Kenapa? tidak boleh? Lagipula aku tak punya kekasih sekarang!" Mingyu sengaja ingin membuat Jiyeon marah, jelas jika Jiyeon marah sekarang.

"Oppa jahat." Mata Jiyeon berair, dan itu terlihat sungguhan dimata Mingyu, lalu gadis itu pergi tentu saja dengan air mata yang sudah mengalir.

Manangis!

Mingyu masih berdiam diri. Sepertinya ucapannya sudah keterlaluan tadi. Mau mengejar, Jiyeon sudah tak terlihat dan Mingyu memilih diam diri sekarang.

"Ah sudahlah, untuk apa aku mengejarnya. Lagipula aku bukan siapa-siapa nya," ujar Mingyu kemudian berlalu dari tempat itu.






To Be Continued...

𝑇ℎ𝑟𝑒𝑒 𝐿𝑜𝑣𝑒𝑟𝑠 𝐴𝑟𝑟𝑜𝑤𝑠 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang