🍂09🍂

365 66 11
                                    



Bruukk




Tubuh Jiyeon tumbang ke lantai. Tubuhnya yang basah membuatnya menggigil kedinginan. Mingyu yang melihatnya segera menangkap kepala sang gadis.

"Jiyeon bangunlah." Kepala Jiyeon berada di pangkuan Mingyu. Dia  panik setengah mati, tubuh Jiyeon sangat dingin dan perlahan matanya tertutup sepenuhnya.

"Jiyeon, sadarlah." Mingyu menepuk-nepuk pipi Jiyeon dengan tangannya, bibir Jiyeon sudah mulai membiru karena kedinginan.

Karena sudah malam hari dan tak ada satu orang pun yang lewat. Terpaksa Mingyu menggendong tubuh Jiyeon masuk ke dalam rumahnya, dan menidurkan gadis itu ke sofa nya.

"Astaga, tck kenapa dia kesini sih, padahal sedang hujan, bodoh!" Mingyu mengelus-elus kedua tangan Jiyeon dengan tangannya, memberi kehangatan disana. "Ji bangunlah." Mingyu masih saja panik, lelaki itu mencari-cari sesuatu di saku celana Jiyeon dan menemukan handphone disana.

"Untunglah." Mingyu mengambilnya dan terlihat menghubungi keluarga Jiyeon, di paling atas ada nomer Jieun disana, Mingyu memanggil Jieun namun tak ada jawaban dari kakak Jiyeon itu.

Mingyu menggeser layarnya kebawah, di temukan lah nomer Jiwon. "Semoga saja di angkat." Sembari Menunggu jawaban dari Jiwon, Mingyu mencari selimut dan menyelimuti tubuh Jiyeon.

"Jiyeon, kau dimana?" Baru saja Mingyu ingin bicara, Jiwon bicara lebih dulu di seberang sana, dan suaranya membuat Mingyu sakit telinga.

"Ini aku Mingyu."

"Ah sudah ku duga, Jiyeon disana kan? Suruh dia pulang, anak nakal, malam malam keluar rumah, sedang hujan lagi!" Mingyu selalu saja tak bisa bicara karena Jiwon yang terus mengoceh.

"Jiyeon pingsan, dia di rumahku!"

"Astaga, anak itu, baiklah aku akan segera kesana!"

"Ne!"

Mingyu bernafas lega, akhirnya dia bisa menghubungi salah satu dari keluarga Jiyeon. Pandangan Mingyu kemudian beralih pada Jiyeon lagi.

Gadis itu terlihat putih pucat sudah. Mingyu mencoba tenang, kakinya melangkah menuju sang gadis dan bersimpuh di hadapan sofa yang di tiduri Jiyeon.

"Sampai seperti ini kau memperjuangkan ku, dasar bodoh!" Mingyu tersenyum, menyingkirkan poni yang menutupi wajah cantik seorang Park Jiyeon yang sedang terlelap. "Meskipun aku mencoba menjauh, kau selalu mendekat, sebenarnya apa sih yang istimewa dari ku Ji?" Menatap wajah cantik Jiyeon, Mingyu terkekeh geli. Teringat setiap perlakuan Jiyeon padanya, dimana gadis itu mencium pipinya tempo hari.

Jika ingat itu Mingyu menyentuh pipi nya. "Kau masih terlalu kecil untuk ku Ji, jadilah dewasa seperti orang itu!" Mingyu teringat masalalu nya, masalalu yang begitu pahit dia jalani. Dimana seorang Kim Mingyu mencintai gadis pertama nya namun di tinggalkan begitu saja karena sebuah perbedaan umur, sungguh menyakitkan.

Cup

Mingyu melayangkan kecupan di kening Jiyeon cukup lama. Perlahan air matanya keluar, itu karena Mingyu teringat dengan masalalu yang sungguh menggores hatinya. Sampai sekarang dia tidak akan memaafkan gadis yang pergi meninggalkan nya begitu saja itu.

Tidak akan pernah!

"Uhuk uhuk." Mendengar suara batuk dari Jiyeon. Buru-buru Mingyu menjauhkan bibirnya dari kening Jiyeon dan menghapus air matanya. Gadis itu kini sudah membuka matanya.

"Gwenchana?" Tanya Mingyu, raut wajahnya terlihat cemas dan itu membuat Jiyeon tersenyum. "Ye, terima kasih sudah mengkhawatirkan ku oppa!" Jiyeon masih saja tersenyum melihat wajah Mingyu yang sekarang kembali datar dan sok dingin.

Mingyu bangkit dan membantu Jiyeon duduk di sofa tersebut. "Mandilah sebelum kau sakit!"

"Ye." Jiyeon mencoba bangkit namun kakinya terlalu lemas untuk berdiri. Terpaksa Mingyu merangkulnya, dan membawa tubuh gadis itu menuju kamar mandi.

Sesampainya di depan pintu kamar mandi, Jiyeon menatap Mingyu, keduanya saling bertatapan. "Kau bisa 'kan jalan sendiri dari sini?" Tentu saja harus, tidak mungkin kan jika Mingyu mengantarnya hingga ke dalam kamar mandi.

"Ye, oppa pergilah, aku bisa sendiri." Mingyu melepas Jiyeon. Walaupun keadaan gadis itu lemas, Mingyu meninggalkan Jiyeon sampai disana saja.


^


"Ji, kau mau kemana?" Eunwoo terlihat menghampiri Jiwon dengan payung nya. Gadis itu terlihat mencari-cari sesuatu di jalanan depannya.

"Mau kemana, kenapa panik?" Tanya Eunwoo, Jiwon tidak menjawab, wajahnya masih terlihat cemas.

"Jiwon!!" Tiga kali sudah Eunwoo memanggil. Dan sekarang Jiwon memperhatikannya. "Jiyeon pingsan Eunwoo, dan sekarang Jiyeon ada di rumah Mingyu!"

"Mingyu?" Eunwoo malah tersenyum mendengar nama yang belakangan ini sering di sebut oleh Jiyeon.

"Kenapa tersenyum ha? Aku panik Woo!"

"Rumah nya dekat dari sini Ji, lagi pula kenapa kau harus khawatir ha? Mingyu itu baik, dia tidak akan memakan Jiyeon!" Jelas Eunwoo namun Jiwon tak percaya dan masih saja mencari taxi lewat di jalanan depannya.

"Sudahlah jangan khawatir, aku kenal Mingyu dengan baik, dia lelaki yang bertanggung jawab, sudah pasti Jiyeon aman."

"Tapi--" belum sempat Jiwon melanjutkan kalimat nya. Keburu Eunwoo menarik gadis itu pergi. "Sudahlah, yakin saja Jiyeon aman, dengar Mingyu itu adalah anak dari seorang dokter, dia pasti bisa merawat Jiyeon, lebih baik kita jalan jalan sekarang."

Jiwon sudah pasrah sekarang, gadis itu tidak tau benar atau salah dengan apa yang di katakan Eunwoo. Tapi ada benarnya juga, Mingyu sudah mulai tertarik dengan Jiyeon, tidak mungkin kan jika Mingyu membiarkan Jiyeon begitu saja.

"Arraseo, aku akan ikut dengan mu!" Jiwon memilih ikut dengan Eunwoo. Gadis itu sudah yakin jika Jiyeon akan baik-baik saja, dan ini juga kesempatan Jiyeon bisa dekat dengan Mingyu.


^


"Hiks, hiks." Jieun terus saja menangis bersamaan dengan hujan yang saat ini masih mengguyur tubuhnya. Tubuh gadis itu basah akibat air hujan, Jieun masih berdiri di depan hotel tempat Hanbin mengajak nya.

"Jieun?" Gadis itu menoleh ke sumber suara, di hadapannya saat ini terlihat Daniel beserta payungnya. Memayungi Jieun agar gadis itu tak terkena hujan kembali.

"Kau sedang apa disini, kenapa hujan-hujanan?" Tanya Daniel, gadis itu malah semakin terisak dan pada akhirnya memeluk Daniel.

"Hiks, aku mencintainya Daniel. Tapi dia mencintai eonni ku, hiks." Daniel membulatkan matanya. Tidak tau jika ada suatu rahasia besar yang selama ini di simpan oleh seorang Park Jieun. Dengan ini Daniel bisa semakin mudah melancarkan rencana balas dendamnya.

"Sudahlah, jangan menangis!" Daniel menyeringai, lelaki itu tau jika Jieun mencintai Hanbin. Terlihat dari perlakuannya setiap hari di kelas pada lelaki itu.

Dan Daniel mengerti dengan maksud mencintai eonni kata Jieun. Sudah bisa di tebak jika Hanbin menyukai seorang Park Jiwon dan bukan Park Jieun.


Tapi

To Be Continued...

𝑇ℎ𝑟𝑒𝑒 𝐿𝑜𝑣𝑒𝑟𝑠 𝐴𝑟𝑟𝑜𝑤𝑠 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang