#01 Random Talk

71.2K 7.2K 1.4K
                                    

"A journey of a thousand miles begins with a single step." - Lao Tzu

Aku terpaku membaca surat keputusan yang tertera di layar monitor berukuran 24 inci yang terletak di depan auditorium

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terpaku membaca surat keputusan yang tertera di layar monitor berukuran 24 inci yang terletak di depan auditorium. Surat bertanda tangan rektor kampus beserta cap universitas menunjukkan bahwa surat itu bersifat mutlak dan tidak bisa diganggu gugat.

Setengah jiwaku terasa melayang sementara sisanya berusaha untuk menopang tubuhku supaya tetap berdiri di sini. Deru napasku terdengar lirih menerima kenyataan ini secara pasrah.

Beberapa detik kemudian, seseorang berdiri tepat di sebelahku dan ikut menatap layar. Itu Joo Dayeol. Aku mengenalnya dengan baik karena pernah berada dalam divisi yang sama di himpunan tahun lalu.

"Jadi sekretaris ya, Rin?" tanyanya pelan, sama lesunya denganku karena takdir mengharuskan nama kami tercantum di surat keputusan. "Gue gak tau dosa apa yang pernah gue lakuin sampe-sampe gue dikutuk jadi bendahara seminar."

Tanpa perlu repot-repot menoleh, aku hanya mengangguk pelan menanggapi pertanyaan retorisnya yang sebenarnya tidak perlu juga kutanggapi karena jawabannya telah terpampang jelas di papan pengumuman.

"Gila, sial banget ya kita? Mana ketuanya si Jaehyun lagi," lanjutnya.

Aku menghela napas lalu menoleh ke kanan. "Emang Jaehyun kenapa, Day?"

"Dia itu... gimana ya gue jelasinnya..."

Dayeol menggantung kalimatnya. Dia sedang memikirkan kalimat yang tepat untuk menjelaskan Jaehyun padaku.

"Gue cuma tau kalo si Jaehyun itu pinter, Day. IP-nya gak tanggung-tanggung, minimal 3,8 lah," kataku menjelaskan sepengetahuanku pada Dayeol, mencoba memancingnya untuk menjelaskan lebih lanjut tentang Jaehyun.

Gadis itu merangkulku, kemudian menyeretku meninggalkan monitor. "Kantin aja yuk, gue jelasin di sana aja. Laper nih, jadi ngga bisa mikir."

Aku tertawa pelan. "Ya udah, ayo. Gue juga laper nih."

Aku dan Dayeol berjalan cepat menuju kantin tanpa memikirkan Jaehyun untuk sementara waktu. Di antara sekian banyak konter di kantin, kami memilih konter dengan antrean yang paling pendek di antara yang lain.

"Lo mau makan apa?" tanyanya padaku sementara tatapannya tertuju pada menu yang dipasang di dekat konter.

Aku mengabaikan menu di sana dan langsung memesan. "Gue ayam bakar deh, tapi nasinya jangan banyak-banyak. Minumnya jus jeruk," pesanku pada Dayeol yang masih mengeja menu dengan serius.

"Gue juga deh," putusnya pasrah setelah kebingungan menentukan pilihan dari menu yang tersedia. "Bu, ayam bakar dua, tapi nasinya dikit aja. Minumnya jus jeruk dua," katanya pada pelayan di konter.

Selang beberapa menit menunggu di depan konter, akhirnya pesanan kami datang.

"Duduk sana aja tuh," tunjuk Dayeol dengan dagunya pada sebuah meja kosong di sudut kantin.

[1] Seminar ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang