"Don't feel stupid if you don't like what everyone else pretends to love." — Emma Watson
Kupikir aku telah bertingkah berlebihan hari ini. Meluapkan emosi di depan Jaehyun pada pertemuan pertama sungguh merupakan hal yang buruk. Aku sudah tidak bisa membayangkan bagaimana pemikiran Jaehyun tentangku; sepertinya tidak akan bagus. Sekalinya bertemu empat mata dengannya, aku justru memberikan kesan yang buruk. Dasar bodoh.
Aku menyalahkannya karena ia membuatku harus berlarian mengejar waktu tepat pukul empat sore, padahal aku baru keluar kelas di waktu yang sama. Sama seperti Jaehyun, aku juga tidak suka dibuat menunggu oleh orang lain. Dengan alasan itu, aku tidak ingin membuat orang menunggu.
I treat everyone well, so everyone will treat me well too.
Sayangnya, saat itu suasananya tidak seperti yang kuharapkan. Tepat setengah jam sebelum kelas berakhir, dosen mengadakan kuis mendadak yang membuatku mati kutu karena aku melewatkan jam belajar semalaman. Aku mengorbankan waktu belajarku dan memilih untuk mempelajari materi dan berkas seminar tahun lalu karena terlalu khawatir akan kinerjaku ke depan.
Ini disebut biaya peluang. Aku mengambil satu pilihan dan mengorbankan pilihan yang lain.
Persetan dengan penyesalanku saat ini; aku memutuskan untuk meminta maaf pada Jaehyun atas sikapku padanya sore ini. Tidak sepantasnya aku marah padanya. Jaehyun-lah yang seharusnya marah padaku karena ia harus datang terlambat pada bimbingannya hari ini.
Aku meraih ponsel yang kuletakkan di atas meja tempatku mengerjakan tugas yang deadline-nya baru saja dimajukan menjadi tengah malam ini. Mau tidak mau, aku harus fokus pada tugas ini dan menyelesaikannya sesegera mungkin sebelum pukul dua belas. Yah, setidaknya saat ini aku sudah sampai di tiga perempat penyelesaian tugasku. Jadi, kupikir aku bisa beristirahat sejenak dan membuka ponselku yang sudah kuabaikan sejak tiga jam yang lalu.
21:04
LINEArin
jae, tidur?Jaehyun
belom, kenapa?Arin
maafJaehyun
buat apa?Arin
tadi gue marah-marah di kantinJaehyun
ohBaiklah, jawaban terakhirnya kuanggap sebagai tanda bahwa permintaan maafku diterima. Fakta bahwa dia tidak berbicara panjang lebar menyanggah permintaan maafku sudah cukup untuk menunjukkan bahwa dia tidak memikirkan kejadian tadi dalam-dalam. Aku sudah lega.
Aku baru saja berencana untuk meletakkan kembali ponselku ke meja, tetapi dering notifikasi mencegahku untuk melakukannya. Itu dari Jaehyun.
Jaehyun
udah ada persiapan buat rapat besok malem?
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Seminar ✔
Fanfiction[TERBIT DI PENERBIT NARATAMA - SEBAGIAN CERITA DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] [eduseries] Semua tentang Jaehyun Arin dimulai dengan surat keputusan dan diakhiri oleh surat pemberitahuan. Start: July, 2019 End: Dec, 2019