"Love is like an hourglass, with the heart filling up as the brain empties." — Jules Renard
Johnny berkacak pinggang menatap barang-barang belanjaan yang baru saja ia tata ke dalam bagasi mobil. Ruang sempit yang luasnya tidak sampai empat meter kubik itu sarat akan makanan dan minuman yang akan disajikan pada rapat besok.
Kalau terlalu banyak makanan begini, kupikir rapat besok akan lebih cocok disebut sebagai arisan keluarga. Ujung-ujungnya bergosip sambil menikmati makanan dan minuman yang tersedia.
Oh, tidak. Itu tidak boleh terjadi. Aku akan menjamin kelangsungan rapat besok pagi.
Untuk kesekian kalinya, Johnny mendengus keras. Kali ini, dia mengusap wajahnya dengan kasar, lalu menyibakkan rambut dengan sebelah tangannya.
"Kenapa belanjaannya jadi sebanyak ini sih? Perasaan tadi udah di-list sama Dayeol," keluhnya kemudian sambil mundur beberapa langkah.
Kedua tangannya kini terangkat untuk menutup pintu bagasi mobil bagian belakang. "Ini beneran semuanya mau ditaruh di rumah Jungwoo aja?"
Laki-laki yang sejak tadi menggerutu sendirian itu menoleh pada Jungwoo meminta jawaban sementara yang ditatap hanya mengacungkan ibu jarinya. Ia sedang sibuk menelepon ibunya untuk meminta izin meletakkan barang-barang belanjaan kami yang cukup banyak di rumahnya.
Makhluk pemalas lainnya hanya berdiri tegak bersedekap sambil mengamati Johnny yang sibuk menangkap barang-barang yang berjatuhan saat ia menutup pintu bagasi. Ia bersusah payah sendiri, tetapi tidak satupun di antara aku, Dayeol, Jaehyun, Doyoung, Yuta, dan Haechan yang tergerak untuk membantunya.
"Gak usah repot-repot, gue bisa sendiri," begitu kata Johnny saat Dayeol akan membantunya memasukkan barang ke dalam bagasi tadi.
Jadi, kami memutuskan untuk menarik kesimpulan bahwa Johnny benar-benar bisa melakukannya sendirian dan tidak membutuhkan bantuan kami.
"Untung Jungwoo punya inisiatif buat manggil supirnya ke sini. Jadi kita nggak perlu repot-repot bawa belanjaan deh," celetuk Haechan sambil menyandarkan diri pada sisi mobil Jungwoo dengan kedua tangan terlipat di depan dada.
"Yah, itu mah mau lo aja, Can," gerutu Yuta menimpali ucapan Haechan.
Belum sampai Haechan membalas Yuta, laki-laki itu sudah dikejutkan oleh klakson mobil Jungwoo yang memberi kode bahwa ia akan segera meninggalkan basement. Haechan yang semula bersandar pada badan mobil pun tersentak dan menjauhkan diri dari mobil Jungwoo.
Sambil mengelus dada, Haechan menggumam, "Ya Tuhan, kasian amat jantung gue dikagetin gini."
Aku menarik sebelah sudut bibirku membentuk seringai kecil sambil menatap Haechan yang wajahnya terlihat begitu pucat dalam sekejap. Bagus sekali supir Jungwoo menekan klakson mobilnya. Kalau tidak, Haechan pasti sedang perang kata dengan Yuta sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Seminar ✔
Fanfiction[TERBIT DI PENERBIT NARATAMA - SEBAGIAN CERITA DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] [eduseries] Semua tentang Jaehyun Arin dimulai dengan surat keputusan dan diakhiri oleh surat pemberitahuan. Start: July, 2019 End: Dec, 2019