#17 Sponsorship

23K 3.7K 741
                                    

"Absence sharpen love, presence strengthens it." — Thomas Fuller

Minggu pagi, aku menikmati tawa ringan sambil menonton acara reality show di saluran televisi swasta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minggu pagi, aku menikmati tawa ringan sambil menonton acara reality show di saluran televisi swasta. Pengisi acara yang juga merupakan komedian itu berhasil membuatku melepas tawa selama tayangan berlangsung sejak empat puluh menit yang lalu.

Pagi ini hanya ada aku dan Jaemin di rumah. Ayah dan ibu pergi ke acara pernikahan anak rekan kerja ayah. Jadi, mau tidak mau aku harus menjaga rumah bersama Jaemin, kata mereka.

Padahal tanpa dijaga pun rumah kami akan tetap aman. Blok ini sudah dijaga ketat oleh kamera pengawas dan satpam di setiap sudut blok. Terlebih lagi, tetangga di sini cukup mengenal satu sama lain. Jadi, secara tidak langsung, sesama tetangga juga turut serta saling menjaga keamanan.

Omong-omong, tumben sekali Jaemin masih belum memunculkan batang hidungnya di hadapanku jam segini. Biasanya, dia paling rajin untuk menonton siaran pengganti yang baru saja dimulai ini.

"Jaemin!" seruku padanya yang masih betah di dalam kamar.

"Iya, kenapa?"

"Temenin gue sini! Biasanya lo suka nonton I Can Hear Your Voice," kataku setelah acara komedi yang kutonton berakhir, dan digantikan oleh acara yang kusebutkan barusan.

Tidak butuh waktu lama, mataku segera menangkap sosok Jaemin yang bergegas keluar dari kamarnya, lalu berlari kecil menuruni tangga dengan membawa tas sekolahnya.

"Kok bawa tas segala?" tanyaku sambil mencomot stik keju favoritku dan memasukkannya ke dalam mulut.

Tanpa repot-repot menjawabku, Jaemin berderap ke ruang keluarga. Dia segera menempatkan diri di atas karpet seraya mengeluarkan peralatan belajarnya dari dalam tas. Buku cetak, buku catatan, kertas HVS untuk coret-coretan, tempat pensil, dan penggaris panjang dinaikkannya ke atas meja.

"Kak, ajarin gue matematika dong. Besok lusa ada try out."

"Materi apaan?"

"Semua materi matematika," katanya tanpa ragu.

Aku mengernyit. "Lah rugi dong ayah bayar les kalo ujung-ujungnya gue semua yang ngajarin?"

Jaemin kemudian mendesah pelan. "Ih, bukan gitu. Maksud gue, bantu ajarin dari awal sekalian biar gue nginget-nginget lagi. Siapa tau lo punya cara ampuh buat ngapalin rumus."

Aku menimang sebentar.

Karena jarang sekali Jaemin memintaku untuk mengajarinya, aku memutuskan untuk membantunya belajar. Aku meletakkan toples yang telah kututup rapat ke atas meja yang berbeda dengan tempat Jaemin meletakkan perlengkapan belajarnya.

"Bukunya mana?" tanyaku sambil menjilati sisa-sisa bumbu keju yang masih menempel di ibu jari dan telunjuk kananku.

Jaemin mendorong buku yang paling tebal di antara yang lain. "Nih, Kak," katanya sambil membuka materi halaman pertama.

[1] Seminar ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang