"The truth is, everyone is going to hurt you. You just got to find the ones worth suffering for." — Bob Marley
Hal yang paling membuatku gelisah saat ini adalah sekretaris tidak punya back up. Ketika koordinator seksi punya banyak anggota yang bisa menggantikannya sewaktu-waktu, sekretaris tidak punya siapapun yang bisa mewakili bahkan di saat darurat.
Tapi yang membuatku lebih gelisah adalah hari ini aku terbangun pukul sepuluh pagi. Proposal sponsorship yang seharusnya kuselesaikan tadi malam nihil progres. Proposal seminar yang seharusnya tembus hari ini juga terpaksa tertunda.
Semuanya karenaku. Karena aku tiba-tiba drop semalaman dan baru benar-benar membuka mata di jam ini. Aku merutuki diriku yang terlalu fokus pada pekerjaan sampai lupa dengan kondisi diri sendiri.
Aku memejamkan mata dan mencoba mengingat kejadian semalam. Tidak ada yang bisa kuingat setelah Jaehyun menelepon seseorang, lalu mengangkatku dan membawaku dalam keadaan setengah berlari ke dalam sebuah mobil. Aku benar-benar tidak tahu mobil siapa; mobil keluarganya atau taksi?
Setelah itu, aku tidak bisa mengingat apapun sampai terbangun di atas tempat tidurku.
"Arin, udah bangun?"
Mataku menangkap sosok ibu yang berjalan masuk ke dalam kamarku sambil membawa sebaskom air hangat dan handuk kecil yang biasa digunakan untuk mengompres.
"Kamu kok bisa sampe pingsan gitu? Perasaan kemarin pas rapat masih normal-normal aja."
"Ngga tau, Bu, tau-tau badan aku berasa pegel-pegel semua," kataku mencoba mengingat bagaimana rasanya.
"Sekarang gimana?" Ibu meletakkan telapak tangannya di atas dahiku, lalu meraba-raba tubuhku untuk memastikan bahwa aku tidak terluka di bagian manapun.
"Udah mendingan, Bu, tapi masih lemes banget. Aku belum kuat bangun, Bu."
Ibu menghela napas. "Untung semalem ada Jaehyun yang nganterin kamu pulang."
Aku sedikit melebarkan mataku, sama sekali tidak membuatku terlihat garang karena wajahku masih terlalu pucat. "Itu semalem gimana ceritanya, Bu? Aku ngga tau apa-apa."
"Ya iya lah, kamu ngga tau apa-apa. Kamu kan pingsan," katanya. "Ibu kaget, pas buka pintu liat Jaehyun lagi gendong kamu. Mana kondisinya kamu pingsan segala lagi."
"Terus?"
"Ya terus ibu minta tolong Jaehyun buat bawa kamu ke kamar lah. Ayah sama Jaemin kan masih di rumah om Jun."
"Ah, Ibu nih, main nyuruh-nyuruh Jaehyun masuk ke kamar aku. Kalo ada yang aneh-aneh gimana?" Aku mendengus pelan sambil menarik tangan ibu yang sejak tadi membelai kepalaku.
Ibu tersenyum. "Kalo bukan Jaehyun yang bawa kamu ke kamar, siapa lagi? Ibu kan udah ngga kuat kayak dulu lagi. Kamu kan bukan tabung gas kecil yang beratnya cuma lima kilogram."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Seminar ✔
Fanfic[TERBIT DI PENERBIT NARATAMA - SEBAGIAN CERITA DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] [eduseries] Semua tentang Jaehyun Arin dimulai dengan surat keputusan dan diakhiri oleh surat pemberitahuan. Start: July, 2019 End: Dec, 2019