#23 Gift

19.9K 3.3K 651
                                    

"You can close your eyes to the things you do not want to see, but you cannot close your heart to your heart to the things you do not want to feel.” — Johnny Depp

Jaehyun ada di urutan pertama daftar laki-laki yang menyebalkan dalam catatan khususku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaehyun ada di urutan pertama daftar laki-laki yang menyebalkan dalam catatan khususku. Kalau yang kedua, baru Jaemin. Meskipun aku tidak bisa mendefinisikan bagaimana mereka bisa masuk kategori menyebalkan, bagiku, selama mereka bisa membuatku uring-uringan seharian, tandanya mereka pantas mendapat julukan menyebalkan.

Seperti Jaemin yang suka menjahiliku di rumah sampai aku harus menahan rasa jengkel seharian penuh, Jaehyun juga punya poin tersendiri yang membuatnya patut untuk masuk ke dalam daftar. Sayangnya, aku masih belum tahu pasti kenapa aku bisa kesal pada Jaehyun.

Cemburu? Haha, lucu. Tidak ada dan memang tidak boleh ada kata cemburu dalam kamus Arin selama kami tidak memiliki ikatan apa-apa.

Tunggu—omong kosong macam apa ini?

"Heh, jawab dong. Dari tadi ditanyain diem aja."

Aku memalingkan muka, abai pada Jaehyun yang sejak tadi mencoba mengajakku bicara lewat panggilan video yang sudah berlangsung selama dua menit. Kupikir aku belum menemukan niat untuk bersuara hari ini. Termasuk saat Jaemin menanyaiku kenapa aku pulang dengan Doyoung kemarin sore, aku hanya menanggapinya dengan lambaian tangan yang kumaknai dengan: jangan-tanya.

"Marah ya sama gue?"

Masih tanya.

Tidak, aku tidak marah. Aku hanya...

... tidak tahu bagaimana cara menjelaskan perasaanku sekarang.

"Keluar!" pintanya, dan sukses membuatku menatap layar ponsel yang penuh dengan wajahnya itu.

"Ngapain?"

Jaehyun mendengus pelan, lalu tersenyum.

"Nggak kenal sama background gue?" tanya Jaehyun yang menyadarkanku akan posisinya sekarang. "Buruan turun, gue di bawah."

"Hah? Kok lo nggak bilang-bilang kalo mau ke sini sih?"

"Ngapain bilang? Palingan juga lo nolak gue lagi kayak semalem."

"Tapi—"

"Cepetan."

Sekesal apapun aku padanya, tetap saja keberadaannya di ruang tamu membuatku tergesa-gesa untuk menemuinya. Jangan berpikir kalau aku ingin menemuinya. Aku hanya ingin memastikan dia tidak ditanyai macam-macam oleh ibu di bawah.

Aku turun untuk memastikan dia tidak bicara macam-macam pada ibu.

"Saya izin mau ngajak Arin keluar, Bu. Kebetulan hari ini saya sama Arin nggak ada jadwal kuliah."

Ucapannya terdengar begitu saja selagi aku menuruni anak tangga dengan langkah terburu-buru. Sambil memperhatikan langkah, dalam hati aku penasaran dari mana dia tahu kalau hari ini aku tidak ada jadwal kuliah. Seharusnya hanya aku yang tahu karena aku satu-satunya orang yang punya akses untuk SIA-ku.

[1] Seminar ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang