"If people are doubting how far you can go, go so far that you can't hear them anymore." - Michelle Ruiz
Ini adalah satu lagi Sabtu pagi yang rileks untukku. Tidak ada jadwal kegiatan mutlak yang harus dilakukan. Aku memutuskan untuk tetap berada di atas kasur selama dua jam meskipun mataku telah terbuka lebar dan nyawaku seutuhnya kembali ke tubuhku.
Yang kulakukan hanyalah menatap langit-langit kamar, lalu berandai-andai tentang masa depan. Di mana aku akan bekerja, di mana aku akan tinggal, apa-apa saja yang akan aku lakukan setelah aku lulus kuliah, termasuk dengan siapa aku akan menikah.
Damn! Lupakan itu. Aku bahkan tak memikirkan nasib skripsiku barang sedetikpun. Tiba-tiba aku jadi mencemaskan kelanjutan skripsiku di tengah persiapan seminar internasional ini. Apapun yang terjadi, aku harus wisuda tahun depan.
Astaga, aku harus menyingkirkan pikiran-pikiran negatif ini. Aku harus menstimulasi otakku dengan hal-hal positif agar aku bisa berpikir rasional, bukan idealis. Aku tidak ingin pikiranku menjadi runyam dan mengganggu pekerjaanku.
Aku meraih ponselku, lalu membuka YouTube dan memulai pencarian. Seperti biasanya, aku akan melihat daftar trending yang menurutku cukup menyenangkan. Apalagi jika konten video yang trending adalah tentang travelling dan makanan, aku benar-benar menyukainya.
Sayangnya, pagi ini aku tak menemukan video menarik. Yang ada di sana sebagian besar tentang diskusi politik dan sisanya hanyalah video trending dengan konten yang nyeleneh dan tak terkonsep dengan baik. Akhirnya, aku kembali meletakkan ponselku ke kasur dan memutuskan untuk beranjak keluar kamar.
"Rin, ibu sama ayah mau ke rumah om Jun. Kamu mau ikut nggak?"
Ibuku langsung bertanya padaku ketika aku mulai memasuki dapur. Kulihat ia sedang mengiris bawang sementara ayah membantunya mencuci sayuran di wastafel.
"Ada Jeno nggak?" tanyaku sambil menyambar setoples stik keju dari atas meja makan, lalu duduk di kursinya.
"Ada tuh, kata om Jun dia baru balik semalem. Tapi ntar sore udah harus balik ke kosnya lagi. Katanya mau ada perlu sama temennya di sana."
Aku mengangguk paham. "Ikut deh, Bu, tapi nanti aku balik duluan jam empat ya? Soalnya malemnya aku mau ada rapat, takut telat. Ntar ketuanya pasti ngomel mulu kalo aku telat."
Ibu dan ayah tertawa ringan dari balik konter di dapur. Aku melihat ayah yang selesai mencuci sayuran mulai beralih ke sisi ibu untuk membantu mengiris cabai. Mataku dapat menangkap keserasian di antara keduanya. Mereka terlihat begitu menikmati momen-momen seperti ini sejak dulu.
Sementara mereka sibuk, aku tak berkeinginan untuk membantu. Biar saja ayah yang membantu. Jarang-jarang ayah bisa membantu ibu memasak. Belakangan ini, ayah harus dinas ke luar kota untuk jangka waktu yang cukup lama. Saat itu, barulah aku sibuk membantu ibu. Jadi, di waktu-waktu seperti ini, mereka memang butuh kesempatan untuk berduaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Seminar ✔
Fiksi Penggemar[TERBIT DI PENERBIT NARATAMA - SEBAGIAN CERITA DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] [eduseries] Semua tentang Jaehyun Arin dimulai dengan surat keputusan dan diakhiri oleh surat pemberitahuan. Start: July, 2019 End: Dec, 2019