» 11. painful verdict

2.8K 275 6
                                    

[✓✓]

"Besok disuruh kembali?"

"Iya, hasil tes nya keluar besok."

"Kamu besok turnamen, kan?"

Jaemin melirik Hanna, "kamu... Bolehin emang?"

Gadis itu nampak berpikir sejenak. Ia ingat dengan kalimatnya, ia tidak akan menuntut Jaemin agar selalu bersamanya atau menuruti perkataannya. Terlalu jahat juga jika ia menyuruh Jaemin mundur dari turnamen, apalagi Jaemin termasuk jajaran anggota tim dengan skill terbaik.

"Boleh kok."

Jaemin tidak bisa menahan senyumnya lagi, ekspresi senangnya menguar, membuat Hanna ikut tersenyum.

"Pokoknya hati-hati. Jangan sampai kenapa-kenapa lagi."

"Siap, cantik!"

***

Hanna memeriksa jam di ponselnya, tiga puluh menit lagi pertandingan akan dimulai. Jaemin dan tim nya sudah disibukkan dengan penyusunan strategi untuk tanding nanti.

Menatap Jaemin mengenakan jersey basket berwarna navy berlengan hitam dengan nomor punggung 13 itu, hatinya berdebar, ditambah lagi melihat bagaimana cara Jaemin mengatur strategi bersama Mark dan Jeno terlihat sangat keren untuknya.

"Dilihatin mulu." Jisun menyenggol lengan adiknya. Gadis itu juga hadir, tentunya untuk mendukung Mark. Dua temannya juga ikut, Jiae dan Ji Eun.

"Kalian siap?"

"Siap!" Teriak mereka bersamaan.

"Ayo ke lapangan."

Mereka bergegas keluar, sebelum itu Jaemin sempat menghampiri Hanna, mencium pucuk kepalanya singkat, kemudian berujar pelan, "kalo aku menang, aku boleh nyuruh kamu turun ke lapangan?"

"Ngapain?"

"Pamer."

Hanna tersipu, "ih Jaemin! Udah sana, ketinggalan nanti!"

"Jangan lupa sorak-sorak nya, ya."

"Iyaaa, bawel."

Jaemin berlari ke lapangan, menyusul teman-temannya yang sudah kesana lebih dulu.

"Ayo ke tribun." Ajak Jisun, diikuti oleh teman-temannya.

Tribun sangat ramai, untungnya mereka sudah mencari tempat duduk sebelum menghampiri anak tim basket di ruang persiapan.

Hanna fokus melihat pergerakan Jaemin, ia berdoa laki-lakinya itu tidak akan kenapa-kenapa saat pertandingan berlangsung.

Jaemin berjalan ke tengah lapangan, berhadapan dengan kapten dari penantangnya. Tatapan tajam yang dilayangkan oleh laki-laki itu tampak mengintimidasi musuh, rahang tegasnya menambah kesan berwibawa dari dalam dirinya.

Peluit ditiup, bola basket dilemparkan ke udara, dengan cepat Jaemin melompat, meraih bola basket itu, kemudian melemparkannya kepada Haechan yang berada di belakangnya. Seperti strategi mereka.

Jaemin tidak boleh menyerang selagi teman-temannya bisa.

Permainan berlangsung sengit, sampai Jeno berhasil mencetak dua angka pertama untuk sekolah mereka.

Banyak orang meneriakkan nama Jeno karena aksi tersebut, beberapa dari mereka juga mengambil foto dan video. Mengabadikan momen keren yang tersuguh di depan mata mereka.

"Gila sih, pacar gue keren banget." Ji Eun berdecak kagum.

"Jaemin disana jadi apa sih? Kenapa gak ambil bola sama sekali coba?" Tanya Jiae.

Obliteration : For You, Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang