Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"pertemuan pertama yang membawa kita pada pertemuan-pertemuan manis selanjutnya."
for you, Na Jaemin.
***
Seorang gadis mendecak di depan gerbang sekolahnya yang sudah ditutup, matanya beredar, mencari celah untuk dirinya agar bisa masuk ke dalam sekolah tanpa ketahuan. Sambil merutuki dirinya sendiri, ia mundur beberapa langkah, bingung harus masuk ke sana lewat jalan mana lagi.
"Semuanya udah dikunci ..." Ia mengacak rambutnya frustrasi.
"Makanya, udah tahu masuk jam tujuh pagi malah berangkat jam tujuh lebih sepuluh." Tangannya ditarik tanpa izin oleh laki-laki tak dikenal, "lo siapa? Mau bawa gue ke mana?" Meski tak mengenal persis laki-laki di depannya, Hanna tetap mengikuti langkah laki-laki itu yang berjalan lebih dulu, membawanya masuk ke dalam gudang.
"Mau masuk ke sekolah nggak?"
"M-Mau ... tapi jangan narik gini juga, gue bisa jalan sendiri."
"Ya udah ikut sama gue, kita lewat belakang."
"Emang ada jalannya?"
"Ikut aja nggak bisa?" Ujar Jaemin dingin, membuat Hanna langsung membungkam mulutnya sendiri.
Keduanya masuk melalui pintu yang langsung terhubung dengan gudang, kemudian keluar dari sana dengan hati-hati. Sekitar gudang sepi, tapi entah mengapa Jaemin masih mengendap-endap, berjaga-jaga kalau saja ada guru yang tiba-tiba menangkap basah mereka.
"Ayo kita lari sebelum ada guru." Jaemin menarik lembut tangan Hanna, membawanya berlari melewati koridor sekolah yang sudah sepi karena jam pelajaran pertama sudah dimulai.
Napas mereka terengah-engah saat berhenti di depan kelas si gadis yang rupanya sudah memulai pelajaran, "ini kelas lo, 'kan?"
"Iya, kok lo tahu?"
"Udah hafal, masuk gih. Berani nggak?"
Hanna celingukan, ia mengintip dari jendela, sudah ada guru matematika di dalam kelas. Kemungkinan kecil untuknya dimarahi, tapi jika telat sendirian seperti ini, ia juga malu. Diam-diam, batinnya merutuki gadis lain yang duduk di barisan paling kiri一kakak perempuannya一yang berangkat sekolah tanpa membangunkan Hanna terlebih dahulu.
"Nggak berani ..."
"Ayo gue antar masuk."
"Eh?!"
Dengan santai Jaemin membuka pintu kelas gadis di belakangnya, tubuh tegap itu membungkuk sopan, "maaf, Pak, saya mau mengantarkan teman saya, dia baru dari UKS tadi."
"Oh iya, suruh masuk."
"Terima kasih, Pak."
Hanna membulatkan mata tak percaya, semudah itu guru matematika membiarkan ia masuk dengan alasan dari UKS?