Jadwal mereka sudah tersusun, seharian penuh Jaehyun akan izin cuti, ia akan pergi ke butik sekaligus akan membeli cincin pernikahan. Ah, tidak terasa, mereka akan menikah empat hari lagi, jadi Jaehyun dan Hanna harus cepat-cepat fitting untuk menemukan setelan jas dan gaun yang cocok untuk mereka.
"Udah siap?"
"Siap, kita bisa berangkat sekarang."
Dengan baju sederhana namun tampak elegan, gadis cantik dengan tinggi semampai masuk ke dalam mobil. Ini baru pukul delapan pagi, tapi karena mereka akan menghabiskan banyak waktu untuk memilih gaun, jadilah mereka berangkat pagi-pagi sekali.
"Tuan Kim sudah—"
"Papa, panggil papa," sahut Hanna.
"Oh ya, lupa. Papa udah siapin semuanya, beliau telfon aku, katanya besok bakal ke Korea."
"Seharusnya papa telfon aku juga, aku ini anak kandungnya, kenapa malah telfon calon menantunya?!" Gadis itu mendecak sebal.
"Ya ... gimana."
Jaehyun tidak bisa menghadapi ini, jarang sekali—oh, bahkan tidak pernah. Ia tidak pernah menghadapi perempuan yang sedang ... merajuk. Apa yang harus ia lakukan? Jawabannya hanya ya gimana.
Lucu sekali, tidak terbayang jika besok mereka sudah tinggal satu rumah, lalu istrinya ini merajuk, Jaehyun pasti bingung setengah mati menghadapinya.
Ngomong-ngomong soal tinggal satu rumah, pipi Jaehyun bersemu merah membayangkannya. Bagaimana nanti setiap pagi yang akan ia lihat pertama kali adalah wajah cantik Hanna yang begitu candu, setiap hari menghabiskan waktu berdua. Jangan lupakan keinginan Jaehyun untuk memiliki anak.
"Besok ... aku mau anak laki-laki."
Hanna yang sedang fokus pada jalanan sontak menoleh, meminta jawaban lewat isyarat keningnya.
"Nanti aku kasih nama Jung Jaemin."
"Kak?! Apaan sih! Belum menikah, jangan bikin aku malu!"
Jung Jaehyun hanya tertawa menanggapi itu, tidak terasa selama bermenit-menit larut dalam khayalannya tentang satu atap dengan si pujaan hati, mereka sampai di salah satu butik terkenal di Seoul.
Butik milik Jiae.
Teman Hanna sendiri.
"Permisi!"
Siapapun yang melihat Hanna berteriak ketika masuk ke dalam butik pasti menganggap gadis itu gila atau kampungan. Coba pikirkan, siapa yang akan berteriak permisi saat hendak memasuki butik besar seperti ini?!
"Akhirnya lo datang juga!" Sambutan si pemilik butik terdengar tak kalah keras, sampai beberapa karyawan yang bekerja di sana menggelengkan kepalanya.
"Sini-sini, Kak Jaehyun juga sini! Gue udah siapin yang spesial buat pernikahan kalian!"
Jiae menarik lengan kedua calon suami-istri itu, membawa mereka ke ruangan khusus untuk fitting baju pengantin, membuka tirai berwarna hitam yang membentang dari sisi kanan hingga ke sisi kiri, memperlihatkan beberapa koleksi baju pengantin terbaik yang pernah ada.
"Hann, empat gaun pengantin ini sama sekali nggak pernah gue tunjukin ke orang-orang, karena empat gaun pengantin ini gue buat khusus untuk kita berempat, nah yang satu ini udah pernah dipakai sama Ji Eun di hari pernikahannya sama Jeno, sisa tiga buat lo, gue, sama Jisun. Lo bisa milih suka yang mana, dan itu akan jadi gaun hak milik lo, dari gue, soalnya emang buatan tangan gue sendiri. Butuh waktu berbulan-bulan gue bikin satu gaun ini, beda dari gaun-gaun lainnya."
Hanna terharu, tentu. Temannya yang memiliki mimpi menjadi desainer kini sudah sukses, ditambah lagi, impiannya semasa SMA ingin membuat empat gaun khusus untuk pernikahan sahabatnya juga sudah terwujud. Betapa bahagianya Jiae.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obliteration : For You, Na Jaemin
Teen Fiction❝the removal of sins that brings us to true immortality.❞ Rank : #1 in najaemin #1 in nctjaemin © Belssfys, 2022.