» 15. truth

2.7K 244 10
                                    

[✓✓]

Haechan menggeledah tas sekolah Jaemin untuk mencari buku tulis fisika laki-laki itu. Namun belum sempat menemukannya, Haechan justru menjatuhkan sesuatu dari tas berwarna hitam milik Jaemin.

"Obat apa nih?"

Ia membolak-balik plastik berisi beberapa obat yang cukup asing di matanya. Haechan tidak pernah melihat obat seperti ini.

"Tunggu, Somi kan jago masalah obat-obatan, gue tanya dia aja kali, ya."

Lee Haechan mengeluarkan ponselnya, mencari kontak Somi, beberapa detik sambungan telfon diterima.

"Halo? Tumben lo telfon, kayak ada yang penting aja."

"Ada."

"Tapi semua di hidup lo kan nggak penting, Chan."

"Bercanda aja lo, gue lagi serius nih."

"Apa sih, Chan? Ada apa? Suara lo parau banget."

"Gue mau tanya sesuatu, temui gue di kelas sekarang."

Suara decakan terdengar jelas dari seberang telfon, "males lah, lo aja yang kesini. Lo yang butuh masa gue yang kesana."

"Please, Somi."

"Oke."

Sangat mudah untuk membuat Somi menuruti permintaan sepele seperti ini. Selagi menunggu gadis itu kemari, Haechan mencari beberapa nama obat yang dapat ia baca di internet. Beberapa diantaranya hanya obat untuk imun tubuh saja.

"Woy, Chan!"

Kepalanya terangkat saat teriakan Somi menggema di seluruh ruangan kelas.

"Lo mau tanya apa?"

"Lo jago soal obat-obatan, kan?"

Somi mengangguk, pandangannya turun ke obat yang dibawa Haechan. Kemudian dahinya mengernyit dalam.

"Obat punya siapa, Chan?"

"Punya ... saudara gue, kebetulan dia nginep di rumah gue, kayaknya obat ini kebawa waktu gue buru-buru berangkat sekolah."

"Balikin, obat kemoterapi nggak bisa lo bawa sembarangan."

Haechan menaikkan kedua alisnya, "apa lo bilang barusan? Obat apa?"

"Obat kemoterapi budek."

"Jangan ngegas juga dong. Tunggu, kemoterapi bukannya buat orang sakit kanker, ya?"

"Buat orang sakit hati, itu lo tau pakai tanya!"

"Balikin nanti, jangan bawa obat keras ini sembarangan, jangan disalahgunakan, jangan dijual, jangan di-"

"Iya-iya, bawel banget lo."

Somi mendecak, hampir saja ia memukul Haechan jika saja suara gaduh dari luar kelas tidak menyita perhatiannya.

"Jaemin?"

Laki-laki dengan seragam olahraga itu mematung di tempat ketika ia tidak sengaja melihat sesuatu di genggaman Haechan. Itu obatnya, obat kemoterapi yang tidak seharusnya diketahui siapapun. Namun Haechan dengan santai membawa obat itu.

"Chan, itu punya saudara gue." Jaemin mencari alasan, tangannya merebut obat yang dibawa oleh Haechan.

"O-Oh... kebawa ya, Na?"

"Iya, tadi nggak sengaja."

"Gue balik dulu ya, mau praktek nih." Somi menepuk bahu Jaemin dan Haechan bergantian sebelum akhirnya melenggang pergi dari kelas unggulan satu.

Obliteration : For You, Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang