» 7. hidden secret

3.3K 314 9
                                    

[✓✓]

Sepasang netra kelam itu tidak berkedip melihat layar ponselnya sejak semenit yang lalu. Melihat ini, rasanya seperti mimpi.

Kim Hanna
Renjun... Kapan pulang?

Read

Jari gadis itu berhenti mengetik, dadanya berdegup kencang, jantungnya seperti akan meledak.

Kim Hanna
Renjun?
Di read...?

Read

Jisun masuk ke dalam kamar adiknya, ia juga terkejut karena hal ini, tanpa Hanna ketahui sejak satu tahun lalu, Jisun juga mengirim banyak pesan kepada Renjun, beberapa kali menyuruh laki-laki itu agar pulang ke Korea dengan segera.

"Kak... Di read..." Hanna menunjukkan layar ponselnya, "g-gue harus gimana kalo Renjun jawab?"

Ting!

Huang Renjun
Ini Hanna?

***

Jaemin menggigit bibir bawahnya saat rasa perih menjalar dari pipi hingga ke telinganya. Luka goresan yang ayahnya berikan kemarin masih terasa sakit dan perih. Jaemin sampai tidak berani membasuh mukanya menggunakan sabun wajah.

Ia menyalakan shower, membiarkan air yang jatuh membasahi tubuhnya mengalir begitu saja.

Kedua mata itu terpejam rapat, dalam alunan air yang jatuh, Jaemin merasakan betapa sakitnya luka pada punggung sampai sebatas kakinya. Luka-luka itu menjadi salah satu alasan Jaemin tidak pernah mau mengenakan jersey basket tanpa lengan.

Tangan kanannya bertumpu pada dinding, rasa sakit semakin mendominasi karena banyak luka baru dari ayahnya. Namun Jaemin tetap membiarkan luka itu dibasahi oleh air.

"Belajar menikmati rasa sakit itu juga perlu."

Drt... Drt...

Jaemin menggeser layar ponselnya untuk menerima telfon dari Jeno.

"Halo?"

"Berangkat pagi, kita latihan awal."

"Iya, kalo gue belum berangkat main aja dulu."

"Lo berangkat sendirian?"

Tidak langsung ada jawaban, dahi Jaemin mengkerut, satu ide muncul di otaknya.

"Nggak, gue berangkat sama seseorang hari ini."

***

"Hanna, dicari Jaemin di depan!"

Seorang gadis yang tengah merapikan rambutnya itu mendelik kaget, dicari Jaemin?

"Lo berangkat sama Jaemin? Kok nggak ngomong ke gue?" Jisun memprotes karena terkejut tiba-tiba Jaemin datang ke rumah mereka.

"Nggak kok. Jaemin juga nggak ngomong ke gue." Hanna bergegas memakai tas sekolahnya, ia menutup pintu kamar dan turun bersama Jisun ke lantai satu.

"Kak, aku nggak sarapan," Hanna berpamitan pada Doyoung dan Jisun bergantian.

Ia berlari kecil keluar dari rumah, betapa terkejutnya ia melihat Jaemin sudah rapi mengenakan seragam sekolah lengkap dengan jaket kulit warna hitam yang sering laki-laki itu kenakan.

"Na, kok nggak ngomong dulu mau jemput aku?"

Jaemin mengangkat kepala, lalu tersenyum sekilas sebelum akhirnya merapikan rambut belakang Hanna.

Obliteration : For You, Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang