44. go home but don't come

2.5K 146 24
                                    

Kak Jaehyun, aku pulang.

Ke mana? Ke mana akhirnya gadis itu pulang? Jaehyun bahkan tidak dapat menemukannya di mana-mana. Mereka bilang, jenazah Hanna belum ditemukan hingga sore menjelang, matahari pun hampir kembali ke peraduan, tapi jenazahnya belum juga mendapat tanda-tanda akan ditemukan segera.

Beberapa jenazah sudah ditemukan dan dilakukan otopsi untuk mengetahui identitasnya. Dari siang, keluarga Kim tidak berhenti berdoa dan berlarian menuju sumber informasi ketika jenazah baru ditemukan.

Jung Jaehyun menatap cincin yang melingkar di jemari manisnya, cincin yang sama seperti milik sang gadis, calon istrinya yang kini hirap ditelan laut. Lebih tepatnya, dibawa pergi oleh adiknya sendiri.

Oh, ini doanya. Jaemin akhirnya pun mengabulkan, tentang hukuman yang tidak akan pernah membuatnya sembuh barang sedetik, hukuman yang akan membuatnya menghembuskan napas lega karena terbebas dari penyesalan. Selama ini, Jaehyun salah mengartikan, ia pikir menikahi Hanna adalah alternatif terbaik untuk penebusan dosa. Namun, Jaemin lagi-lagi menegurnya, memperingatkannya akan takdir yang tidak seharusnya dihancurkan dari awal.

Jika niatnya meminta hukuman, maka ini adalah hukuman paling tepat untuk Jaehyun. Hukuman yang membuatnya seratus persen sadar bahwa ....

"Aku sadar, aku jelas tahu. Yang bukan milikku akan tetap diambil, dan diberikan kepada pemiliknya."

Sampai akhir hayatnya yang telak dibawa air pergi, ditenggelamkan sampai tak dapat ditemukan lagi, Hanna mengajarkan banyak hal kepadanya. Tentang gadis yang haus perhatian namun tak ingin meninggalkan, tentang gadis yang tidak seharusnya berpaling meski keadaan genting, tentang gadis yang tidak seharusnya mengingkari janji meski semuanya mulai tak berarti. Dunia bermain sesuai poros takdirnya.

Milikmu akan menjadi milikmu, sedangkan miliknya akan menjadi miliknya.

Lantas, siapa Jung Jaehyun berani meminta Hanna yang jelas-jelas milik Jaemin?

"Jung Jaehyun ..." Bariton yang baru saja memanggil namanya mengacaukan semua lamunan Jaehyun, laki-laki itu lalu mengangkat kepalanya dengan lemah.

"Iya, Pa?"

"Kita sudah tahu akhirnya, bukan?"

Dari sorot mata sendu papa, Jaehyun tertegun, tubuhnya yang duduk semakin lemas, punggungnya seakan tak ingin menyanggah kehidupan lagi, sampai Jaehyun memilih menabrakkan punggung lelah itu pada dinding di belakangnya.

Apa ini?

"Pa ...."

"Sembilan tahun sudah cukup lama, Nak. Jaemin tidak mungkin menunggu selama itu lagi. Mereka memang sengaja dipertemukan ketika Hanna juga ditinggalkan, ketika dunia menyakiti mereka, mereka dipertemukan untuk sama-sama menjadi obat agar keduanya sembuh. Mereka hidup beriringan selama ini, dan Jaemin yang selalu mencintainya lebih dulu."

"Relakan, dia tidak akan pulang."

Lalu, dalam sepersekian detik, tubuh Jaehyun benar-benar tergeletak di atas lantai yang dingin, jatuh tidak sadarkan diri setelah kalimat paling menyakitkan dari papa terlontar.

***

"Kamu tahu, hidup di dunia tanpa kamu itu membosankan."

Jaemin terkekeh pelan, kemudian mengecup pucuk kepala gadisnya yang bersandar pada dada bidangnya.

"Kamu pikir di sini tanpa kamu juga enak? Nggak sama sekali. Di taman bunga krisan seluas ini aku huni sendirian, aku nggak punya teman. Setiap tanggal tiga belas Agustus taman ini penuh tangisan, tapi setelahnya akan bersinar."

Hanna mendongak, menatap laki-lakinya dengan intens.

"Pasti mereka rindu sama kamu."

"Setelah ini pun, mereka akan selalu merindukan kita."

Obliteration : For You, Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang