Taman Kompleks

78 20 2
                                    

"...."

"Sore ini? Yang bener aja lo, gue ada tugas banyak banget. Jangan sore ini lah," sungut Yuki.

"...."

"20 menit doang. Gak lebih tapi boleh kurang, lo telat gue tinggal." Yuki menutup sambungan telepon secara sepihak.

Dia memijit pelipisnya melihat tumpukan buku diatas tempat tidurnya. Jangan mengira ia seperti perempuan lainnya yang kamarnya bernuansa soft, dengan tembok berwarna pastel.

Berbanding terbalik.

Kamarnya berukuran 3×3 bernuansa dark tapi aestetik.

Kira-kira begini visualisasi kamar Yuki kalau sedang rapi.

Kira-kira begini visualisasi kamar Yuki kalau sedang rapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini jam.." ia melihat kearah jam dinding,"masih ada waktu 2 jam lagi." Katanya.

Ia mengikat rambutnya asal meninggalkan beberapa anak rambut.
Dengan serius ia mulai mengerjakan tugasnya yang yang besok harus dikumpul.

"Kalo tau sebanyak ini, mending gue nyicil dari kemarin-kemarin," gerutu Yuki pada dirinya sendiri.

Di lain tempat....

"Ini lo serius nyomblangi gue sama cewe ini?" Tanya Melvin pada Pelangi saat melihat foto siswi sekolah lain berfoto bersama Pelangi.

"Gue gak bilang mau nyomblangi lo sama temen gue ya! kan gue cuma mau ngenalin dia sama lo," jedanya,"sebagai awalan, dia lebih muda satu tahun dari gue. Anaknya baik kok, usahakan jangan sampe canggung sama dia. Dan satu lagi," putusnya.

Melvin menunggu Pelangi melanjutkan kata-katanya.

"Anterin dia pulang. Oke?" Lanjutnya sembari memberikan tanda oke dengan jarinya.

Melvin terkekeh mendengarnya.

"Gampang itu mah, ntar dia gue naikin ojol aja." Ujar Melvin.

Bibir Pelangi terkatup rapat dengan posisi tangan dilipat didepan dada seolah-olah menampakkan ekspresi tidak suka.

"Gak gak, lo anter dia pulang. Komplek rumah gue sama dia beda," tukas Pelangi.

"Iya iya, jam 5 sore di taman komplek Y bangku warna biru disebelah pohon mangga." Jelas Melvin dengan cepat.

"Good boy," ujar Pelangi sembari memberikan senyum terbaiknya.

"Good boy," ujar Pelangi sembari memberikan senyum terbaiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melvin sudah berada di taman sejak pukul setengah empat sore. Angin bertiup kencang menerpa rambutnya yang sedikit basah. Kaos hitam dengan celana sekolahnya. Dia langsung pergi ke taman setelah latihan basketnya selesai.

Terkesan berlebihan mungkin, tapi ia hanya ingin memberikan kesan baik terhadap calon temannya itu.

Ia mengecek hp, tidak ada notifikasi. Ia melirik jam di sudut hpnya. Pukul lima kurang lima menit. Sebentar lagi calon temannya itu datang.

"Permisi mas, liat cewe rambut sebahu nggak disini?"

Melvin mendongakkan kepalanya, entah kenapa wajah perempuan didepannya ini silau. Bukan, itu hanya efek dari sinar matahari yang menerpa wajahnya, pikirnya.

Tunggu.

Cewek rambut sebahu? Yang terlintas dipikirannya nama Pelangi. Jangan bilang yang dia sebut itu pelangi? Pikir Melvin.

"M-mas?" Panggil perempuan itu.

"E-eh iya?" Sahut Melvin.

"Duduk dulu," Melvin sedikit bergeser kemudian tersenyum canggung.

Ia melirik ke arah perempuan tersebut, mirip seperti yang ditunjukkan oleh pelangi.

Dari mana ia harus memulai percakapan? Ayolah, Melvin sedang dilema sekarang. Apakah ia harus berkata hai? Atau???

Ok, mari kita mulai. Lo bisa Vin, ia memberi semangat pada dirinya sendiri setelah perdebatan panjang di dalam dirinya sendiri.

"Hei," panggilnya dengan maksud untuk memulai percakapan.

Perempuan disebelahnya itu melihat kearah Melvin. Kemudian menunjuk ke dirinya sendiri.

"Iya," Melvin mengangguk kan kepalanya,"lu temannya pelangi?" Tanya Melvin.

Perempuan itu terkejut.

"Iya, lo kok tau. Gue lagi nunggu dia, lo siapanya?" Celetuk perempuan itu.

"Gue temannya. Oh iya, gue Melvin," Melvin mengulurkan tangannya kearah perempuan itu, perempuan itu membalas uluran tangan Melvin dengan hangat.

"Gue Yuki." Ujarnya sambil tersenyum.






-tbc-

ReleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang