Puzzle 1.0

31 13 2
                                    

Di penghujung tahun di kota ini kerap kali hujan datang, mau itu siang, sore ataupun pagi. Hujannya datang dengan sesuka hati. Terkadang tanpa pemberitahuan lewat langit yang mendung, hujan bisa tiba-tiba turun. Barulah diikuti oleh langit yang dihiasi oleh awan hitam dan petir disana sini. Beberapa daerah kerap kali merasakan banjir walaupun hanya sebatas mata kaki hingga lutut orang dewasa. Tidak terlalu tinggi memang, tapi itu cukup membuat orang-orang kesulitan dalam berbagai kegiatan. Salah satu daerah yang punya banyak genangan air yaitu daerah rumah Galang. Paret di ujung gang rumahnya banyak sampah yang membuat air kesulitan mengalir. Kalau hujan sudah datang dengan derasnya dapat dipastikan tiga jam kemudian terciptalah kolam dadakan berwarna keruh di depan rumahnya.

"Baru kemaren Buzz gue mandiin pake Rinso cair, masa iya mau mandiin lagi pas pulang sekolah?!" Buzz itu nama motor Galang. Boleh dibilang ia penggemar nomor satu Buzzlighter di Kota-nya, mainan prajurit luar angkasa yang terdapat pada film Toy Story. "Tapi demi my crush apapun gue jalanin walaupun harus sedikit mengorbankan Buzz."

Galang mendengus tidak suka pada pemandangan yang ada di depan rumahnya. Terdapat kolam dadakan yang kira-kira tidak lebih tinggi dari mata kakinya. Cukup untuk membuatnya harus merutuk pada hujan tengah malam yang dapat membuat tidurnya nyenyak.

Ia melihat ke arah motor dan kolam dadakan depan rumahnya secara bergantian. Ia di ambang kebingungan. Antara harus merelakan kesempatannya untuk pulang bersama mbak gebetan hari ini atau tetap membiarkan Buzz bersih, mengkilap, dan wangi.

"Bun, pergi dulu ya," bundanya hanya mengangguk dan membiarkan tangannya di salim oleh anaknya itu. Tak berapa lama ada ojol yang berhenti tepat di depan rumahnya dengan driver yang masih mengenakan jas hujan.

"Kamu gak naik Buzz?"

"Nggak Bun, kemaren baru di cuci. Nanti bau kalo kena cipratan air kolam,"

"Ada aja kamu, yaudah hati-hati. Nanti ambil Buzz di toko aja." Bunda Galang mengacak rambut Galang yang sudah tersisir rapi.

Sudah lewat dua Minggu semenjak Yuki menerima kotak tanpa pengirim tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah lewat dua Minggu semenjak Yuki menerima kotak tanpa pengirim tersebut. Ia bahkan sudah lupa. Namun terkadang ia membicarakan hal tersebut bersama Melvin atau Pelangi. Karena yang tau hal itu cuma dia, Pelangi dan Melvin. Pelangi sendiri sudah tidak bertemu dengannya sejak dua Minggu lepas. Kebalikannya dengan Melvin, bahkan hampir setiap hari ia tidak pernah absen menjemput Yuki saat pulang sekolah. Bukan maksud mengatai bucin atau gimana, yang jelas Melvin sendiri sudah mengganggap Yuki seperti teman dekatnya sendiri layaknya Pelangi dan Jenno. Mungkin harusnya kata yang digunakan yaitu sangat dekat, bukan?

Seperti hari Senin sore ini. Melvin masih bertandang di rumah Yuki. Entah apa maksud Mama Yuki mengajak Melvin kerumahnya. Jenno juga ada disana bersama Elga. 4 orang itu berada di ruang tengah rumah dengan berbagai macam makanan ringan, 4 kaleng soda dan 4 kotak susu coklat.

"Emak lo baik banget dah, Yuki." Celoteh Jenno dengan mendekap setoples cookies coklat buatan Mama Yuki. Toples yang tadinya penuh sekarang tinggal setengah toples saja dalam waktu 10 menit. Elga hanya memutar matanya malas melihat se-onggok manusia kelaparan di hadapannya.

"...Gue dapet kepingan puzzle warna hitam." Melvin menaikkan sebelah alisnya, Elga sibuk pada handphonenya dan tentu saja Jenno masih memakan cookies tanpa ada keinginan untuk mendengarkan bisa dibilang menulikan indra pendengarannya.

Yuki mengambil kepingan puzzle yang baru ia dapat tadi pagi saat membuka lokernya. Selama 17 tahun hidupnya ia tak pernah mau ikut campur perihal masalah orang lain. Apalagi yang masalahnya tak jelas akarnya.

Melvin menarik sekotak susu kemudian menyerahkannya pada Yuki.

"Thank's." Yuki mengulurkan tangannya mengambil susu tersebut.

"Kita tunggu aja sampe kepingan lainnya muncul, semua kertas, dan yang penting ikutin aja alur permainannya. Yang harus lo yakinin cuma satu..."ujar Melvin cukup serius. Manik mata keduanya bertabrakan, menciptakan sensasi yang aneh tanpa ada rasa canggung sedikitpun.

"...gue bakal jagain lo." Diikuti dengan senyum yang tampak menjanjikan dari ekspresi Melvin membuat Yuki terhanyut dalam senyum yang menawan itu. Keduanya hanyut dalam pikiran masing-masing hingga mendengar suara jentikan jari. Keduanya langsung tersadar dan spontan menoleh ke arah Elga.

"Gue cabut ya. Bilang makasih sama Mama lo. Ayo pulang Jen," ajak Elga pada Jenno. Tapi sepertinya Jenno enggan untuk beranjak dari sofa empuk yang didudukinya. Berujung pada aksi tarik menarik antara Elga dan Jenno.

"Kalo lo gak mau balik, gue balik sendiri nih?!!"

"Ya Allah, punya cewe gini amat." Sambil mengambil beberapa cookies dari toples lain dan sekaleng soda. "Gue balik ya, takut si nyai di culik orang," pamit Jenno pada keduanya. Dengan cepat ia berlari mengejar Elga.

"...eum, a-anu sorry buat tadi." Yuki setengah mati menahan malu. Ia tak tahu wajahnya sudah berubah menjadi semerah tomat atau belum. Ia merutuki dirinya yang terpana pada pesona Melvin. Bisa-bisanya disaat seperti tadi ia malah seperti itu. Demi apapun, ia pasti terlihat bodoh sekali.

Yuki yang masih terus menunduk menatap sekotak susu digenggaman nya. Melvin yang melihat itu lantas menarik senyumnya. Gadis didepannya memiliki daya tarik yang tidak dapat ditepisnya.

"Lo lucu kalo lagi malu gitu."

"A-apaan, gue gak lagi malu kok, cuma.."

"Cuma apa?" Potong Melvin.

"Cuma... lagi mikir aja, iya lagi mikir."

"Masa sih?"goda Melvin yang membuat Yuki melirik tajam ke arah Melvin.

"Pulang gak lo!" Titah Yuki yang membuat Melvin bergidik ngeri. Tapi tak bergerak se senti pun dari tempatnya duduk.

"Pulang gak lo!" Yuki mengulangi kata-katanya dengan berkacak pinggang.

"Kalo gue gak mau gimana?" Melvin semakin gencar menggoda Yuki. Bukannya Yuki buru-buru menyuruh Melvin pulang, tapi ia ingin cepat-cepat menetralkan detak jantungnya yang tak terkontrol karena tadi.

"Gue bakal dorong lo keluar!"

"Kasar banget sih Tante," kata Melvin membuat-buat ekspresi seolah ketakutan dan memelas. Bibirnya yang dibuat melengkung kebawah dan tatapan yang terlihat memohon.

"Jijik bangsat."

"Hehehehe, iya iya gue pulang. Tapi ada syaratnya."

"Apaan ya?" Seperti dengan sengaja menarik emosi Yuki.

"Buruannn!!!"

"Sinian," tangan kecil Yuki ditarik lembut ke dekat jendela rumahnya. "Situ aja, senyum ya!"

Yuki menurut saja saat Melvin sudah siap akan memfotonya.

Yuki menurut saja saat Melvin sudah siap akan memfotonya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yaudah gue balik, thank's buat fotonya." Melvin senang dengan hasil fotonya, terlebih lagi itu foto yang ia dapat. Sudah belasan foto dengan wajah Yuki di ponselnya. Yuki mengantar Melvin sampai menghilangkan dari jarak pandangnya dan langsung membanting pintu depan dan berlari masuk.

Atiku iso ambyar mergo de'e - yuki




A.n
Maafkan saya yang suka menebar janji  update setiap Sabtu.

ReleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang