Un-believe 1.0

35 9 5
                                    

"Gue udah tau siapa yang sering ngirim gue bunga,"

Kalimat yang diucapkan Melvin masih terngiang-ngiang di kepala Yuki seperti lagu yang berputar berulang-ulang hingga saat ini. Rasa penasaran melanda dirinya diikuti rasa cemas dan khawatir. Ia kesal pada Melvin yang masih menyimpan rapat-rapat tentang si pemberi bunga itu dengan alasan hanya mengetahui wajahnya tapi tidak dengan namanya.

"Lo makan dulu deh, ntar gue bilang ke Ghufran biar bantuin lo," ujar Rallen sembari meletakkan dua mangkok mie ayam di meja yang mereka duduki.

Yuki memicingkan matanya ke arah Rallen."Lo bucin banget elah sama Ghufran," tukas Yuki.

"Gue ngasih solusi ya Allah..., nethink bener lo jadi hooman. Ghufran kan wakil ketua OSIS yang menjabat jadi bagian Humas osis juga, pasti dia kan sering gitu keliling sekolah, berkelana kesana kemari mencari alamat~"kata Rallen yang mampu membuat mood Yuki membaik. Yuki terkekeh melihat tingkah sobatnya itu. Begitu pun Rallen yang ikut terkekeh geli menyadari tingkahnya tadi.

"Parah lo, gue ngakak. Asli." Rallen masih terkekeh hingga matanya menyipit. " Udah ah— makan dulu, gue yang traktir nih." Rallen menyodorkan semangkok mie ayam tadi ke hadapan Yuki.

"Kesambet apa lo traktir gue?"balas Yuki sambil menaruh saos ke dalam mie ayamnya.

"Karena gue lagi banyak duit."

"Iya iya, lo mah gak pernah kekurangan duit," sindir Yuki yang membuat Rallen mengacungkan dua jempolnya ke arah Yuki.

"Iya iya, lo mah gak pernah kekurangan duit," sindir Yuki yang membuat Rallen mengacungkan dua jempolnya ke arah Yuki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Flashback On

"Mau kopi sama gorengan gak mang?" Tawar Yuki pada pak Rian yang bertugas sebagai penjaga ruang cctv yang biasa dipanggil siswa/i sebagai Mang Ian. "Gawe opo toh le?" Tanya Mang ian yang sudah mencomot pisang goreng yang masih hangat itu.

"Itu loh mang, saya mau tau orang yang sering ngasih saya bunga sama kertas," jawab Melvin tanpa mengalihkan pandangan dari layar monitor yang menampilkan rekaman kelasnya sejak tiga Minggu yang lalu.

"Oh.. awakku ora ngerti sopo iku, nanging nganti saiki eneng wedok ayu sing asring banget isuk." Kemudian Mang ian menyeruput kopi hitamnya dengan mata masih sambil memperhatikan layar monitor.

"Cewek mang?"Mang ian sibuk sendiri dengan seplastik gorengan di depannya dengan sesekali meminum kopi hitam yang diberikan Melvin. Kedua matanya tampak memerah karena kurang tidur.

"Eh, itu dia." Tunjuk Mang ian pada gadis memakai hoodie navy memasuki kelasnya. Tampak sekilas bayangan wajahnya dari arah jam 4. Ia berjalan dengan langkah lamban ke arah meja dimana biasanya Melvin duduk. Ia membuka ranselnya yang berwarna hijau lumut dan mengeluarkan setangkai mawar hitam, sesaat kemudian ia berjalan dengan langkah lamban keluar dari kelas dengan posisi wajah menghadap lantai.

Melvin kenal betul pemilik Hoodie dan ransel berwarna hijau lumut itu. Semoga saja ia tidak salah perkiraan. Tapi Melvin yakin 60% kalau ia kenal perempuan si pemberi mawar itu. Tumpukan pertanyaan sudah siap untuk dilayangkan pada perempuan itu. Berbagai spekulasi bermunculan terus menerus dalam kepalanya. Memikirkan rumus aritmatika saja sudah membuatnya pusing, apalagi ini.

ReleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang