Ruang Cerita

33 14 3
                                    

"Eh gimana kemaren acaranya?" Tanya Rallen antusias. Yuki dengan senyum merekah menceritakan tiap detik yang ia alami saat di rumah Melvin. Yuki menceritakannya tanpa berlebihan, tidak mengurangi atau menambahkan porsi kejadian yang sebenarnya.

"Gilak gilak gilak, lo dikenalin ke semua teman-teman dia?"

Yuki menggangu dengan cepat.

"Emak lo berdua udah akrab?"

"Kayaknya sih lumayanlah," kata Yuki menimbang-nimbang jawabannya.

"Kayaknya lo sama dia bakal cocok deh," kata Rallen.

"Emaknya alim bener, gue gak yakin bakal suka sama gue kalo gue gak pake jilbab."

"Seenggaknya kan lo pake pakaian yang sopan dan gak kekurangan bahan," kata Rallen yang membuat yuki menggangguk setuju.

Triiinggggg....Triiiiinggg....

Bel berbunyi, pertanda KBM akan segera dimulai.

"Gue yakin Lo pasti inget kalo ini hari terakhir dari kesepakatan kita," ujar Galang kepada orang diseberang telpon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue yakin Lo pasti inget kalo ini hari terakhir dari kesepakatan kita," ujar Galang kepada orang diseberang telpon.

"Iya, tanpa lo bilang gue udah ngerti.." si penelepon menghela nafas, nampak kecewa dengan keadaannya saat ini.

"Gue minta maaf sama lo, gue minta maaf udah maksa lo, gue minta maaf udah egois. Harusnya gue udah tau jawaban lo dari awal, harusnya gue bisa terima jawaban lo dari awal. Tapi... biarin gue habisin satu hari ini sama lo. Gue janji gak bakal ganggu lo lagi." Semua kata-kata yang didengar Galang terdengar sangat-sangat menyesal. Galang sendiri mengaku kagum dengan ucapan maaf bertubi-tubi dari si penelepon.

"Ok," jawaban mulus dari mulut Galang membuat perempuan diseberang sana tidak dapat menahan rasa senangnya.

"Gomawo, xie xie, matur suwun, mauliate godang," ujarnya dengan riang kemudian memutus sambungan telepon.

Galang kaget mendengar suara teriakan dari seberang sana. Tapi ia merasa rasa bersalahnya sedikit berkurang karena mendengar teriakan di ujung sana.

Yuki sepulang sekolah ini akan pergi ke rumah Melvin, Melvin sih ayo ayo aja aja selama Yuki yang mau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuki sepulang sekolah ini akan pergi ke rumah Melvin, Melvin sih ayo ayo aja aja selama Yuki yang mau. Dari awal Melvin menjemput Yuki di gerbang depan ia sudah keliatan senang, Yuki sekarang tutup kuping aja mendengar anak-anak sekolahannya bergosip ria tentang ia dan Melvin. Ia tau Melvin memilliki muka dan postur badan yang lumayan, sangat sangat tau malah.

Yuki sendiri sempat berpikir apa yang membuat Melvin enggan berdekatan dengan sembarang gadis, bahkan saat acara pengajian kemarin. Beberapa teman Melvin sempat mengobrol sebentar dengan Yuki. Ia bahkan baru tau kalau Melvin sangat menyukai kinderjoy dari Jenno, beberapa teman perempuannya pun tak sungkan memperlihatkan sikap kagum pada sosok Melvin.

"Mau mampir dulu nggak?" Tanya Melvin memberhentikan motornya ditepi jalan raya.

"Nggak usah Vin,"

"Oh,yaudah." Setelahnya Melvin kembali melajukan motornya.

..

"Assalamualaikum Umma, nih ada yang mau nemenin Umma masak bolu pisang." teriak Melvin sambil menenteng sepatunya masuk ke dalam rumah. Yuki yang notabenenya baru bertemu sekali dengan Umma Melvin masih merasa was-was, takut canggung dan lain sebagainya.

"Waalaikumsalam~" sahut Umma nyaring dari arah kamar. Begitu melihat Yuki duduk di ruang tamu Umma langsung menghampiri Yuki.

"Ya ampun, ini Yuki kan ya?" Tanya Umma Melvin memastikan."i-iya Tante."

"Panggil Umma aja," kata Umma Melvin lembut.

"E-eh iya Umma," Gagap Yuki, ia berusaha setenang mungkin.

"Ayo dong Umma, bikin bolu pisang bareng Yuki. Dia jago bikin kue loh." Ujar Melvin asal yang langsung mendapat sorotan tajam dari Yuki.

"Oh iya? Kamu jago bikin kue ya?" Tanya Umma dengan kagum.

"Cuma bisa bikin beberapa doang Umma." Balas Yuki jujur. Kalo bukan lagi dirumah Melvin mungkin Yuki udah ngelempar Melvin pake KBBI.

"Ihhh, bagus banget umur segini udah bisa bikin kue. Anak zaman sekarang banyakan yang gak bisa nih,"

"Bisanya cuma maen gadget, make up an. Umma kurang suka sama yang gituan, Yuki." Cerita Umma Melvin membuat Yuki penasaran. Umma Melvin tampak sangat menyenangkan, tipe orang yang ramah terhadap semua orang.

"Tapi pas kemaren Umma liat Yuki, Umma kaget Melvin yang buluk bisa punya temen secantik Yuki." Umma Melvin tak henti-hentinya mengusap punggung tangan Yuki. Yuki merasa bahwa Umma Melvin senang dengan kehadirannya disini.

"Ya Allah, anak sendiri dikatain buluk. Dosa Umma tambah banyak loh ke Melvin."sungut Melvin dari pojok pintu dapur.

"Loh?, Dosa kamu tuh yang banyak sama Umma." Bantahan Umma Melvin membuat mulut Melvin terkatup rapat. Yuki sedikit tertawa melihat interaksi Melvin dan ibunya yang tak jauh beda dari dia dan Mamanya.

"Kamu tuh ya. Udah tau ada tamu bukannya dikasih minum dulu kek." Kata Umma saat melihat Melvin hendak duduk di sofa sebelah Yuki.

"Astagfirullah, Umma... baru ma-"

"Gak gak, ambil minum dulu baru boleh duduk." Potong Umma Melvin cepat.

"Sabar gue punya emak modelan begituan." Melvin berlalu ke dapur sambil mengelus dadanya.

"Aduhh, maaf ya Yuki. Ini si Melvin emang begitu anaknya."

"Lucu malah dia anaknya Umma."

"Iya, Umma beruntung bisa punya anak kayak Melvin-" Umma Melvin beralih mengusap rambut panjang Yuki.

"Umma beruntung banget bisa ketemu sama Melvin." Sambung Umma yang membuat Yuki sontak kaget.

"Ayok, makan dulu Yuki. Tadi Umma udah masak banyak makanan. Keburu diabisin Melvin nanti." Umma menarik tangan Yuki menuju meja makan. Tapi ada sesuatu yang mengganjal di pikiran Yuki sejak sepuluh detik yang lalu.





-tbc-

ReleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang