6. Sweet Escape

4.5K 433 11
                                    

Eyang memberi isyarat agar Hana mendekat, saat gadis itu menuruni anak tangga terakhir menuju ruang keluarga. Gadis itu masih memakai setelan baju tidur motif sapi warna hitam putih.

"Hana, ini Papa videocall..." Eyang memberikan ponsel ke arah Hana yang sudah duduk di sampingnya.

Hana melambai melihat Papa sedang duduk sambil meminum secangkir teh manis dengan asap yang masih mengepul.

Papa masih mengenakan topi dan baju operator berwarna hijau di dalam ruang istirahat Instalasi Bedah Sentral.

Di hari pertama Hana sampai di Semarang, dia sudah mengirimkan pesan kepada Papa, Mama, dan Kak Erin mengabarkan kalau dia sudah sampai rumah Eyang.

Hari kedua, dia mengirimkan gambar fotonya bersama Eyang di toko kue dan menyelipkan kata-kata berupa do'a keselamatan untuk orang-orang yang disayanginya.

Hanya Kak Vino yang setiap hari selalu membalasnya. Baru hari ketiga, pesannya dibaca oleh Mama Papa. Papa baru menghubunginya hari ini, dan Hana hanya bisa menghapus rasa kecewanya dengan berusaha menerima statusnya sebagai putri pasangan yang luar biasa sibuk.

"Assalaamu'alaikum.. putri cantik Papa, sehat Nak? Kapan mulai bimbingan belajar?"

Hana menjawab salam pelan. Kadang dia malas menanggapi jika ditanya soal akademik. Kenapa tidak ada pertanyaan sudah jalan-jalan kemana saja dia bersama Eyang.

Dua hari ini dia sudah keliling ke Masjid Agung Semarang, kota lama dan kampung pelangi.

"Bimbelnya masih mulai bulan depan Pa."

Dan itu berarti masih satu bulan lagi dia jadi "pengangguran" dan hati kecilnya berharap Papa akan memintanya pulang. Dia kangen kasur kamarnya yang empuk dengan wangi pengharum ruangan strawberry yang aromanya lembut dan tidak membuatnya pusing.

"Semangat belajar ya Nak. Kamu bisa mengisi waktu sambil bantu Eyang di toko. Bawa buku pelajaran juga, supaya waktu luang kamu bermanfaat.

Mama titip salam. Mama baru promosi jadi direksi Rumahsakit. Kata Mama, tadi pagi sudah telepon Hana, tapi nggak diangkat. Mungkin Hana masih bobo."

Bakal tambah sibuk aja Mama, masuk ke jajaran pejabat Rumahsakit. Sudahlah Han, nggak usah merasa terabaikan. Kamu toh sudah besar, nggak usah baper. Hana menghibur dirinya sendiri.

"Ya Pa, makasih. Papa juga jaga kesehatan. Jangan terlalu capek."

Hana menautkan jarinya pada wajah Papa yang dirindukannya. Tidak tahukah Papa, sewaktu Hana sulit tidur malam dan terbangun untuk sholat Tajahud, dia sering menjumpai Papa tertidur di depan ruang tivi.

Dia akan mengambil selimut dan menaikkan suhu AC agar Papa tidak kedinginan. Dia tidak lupa mengecup kedua pipi dan memeluk Papa erat.

Setelah itu dia akan masuk kamar Mama. Dia sudah hafal kebiasaan Mama yang hobi membaca sebelum tidur dan terkadang lap top masih menyala di samping tempat tidur.
Diangkatnya kacamata Mama yang masih menghias di wajah lelahnya.

I love you Ma, I love you Pa. I really miss both of you.

Eyang masih melanjutkan percakapan dengan Papa. Jujur, Papa lebih tampak seperti anak kandung Eyang, dibanding Mama. Papa lebih perhatian ketimbang Mama.

Ponsel di saku rok yang dikenakan Hana, berbunyi.

Hana menuju halaman belakang dan mengangkat telepon dari Sarah.

"Assalaamu'alaikum.
Han, aku sudah sampai stasiun. Keretanya sampai lebih awal."

"Wa'alaikumsalam. Ya, aku pamit dulu sama Eyang. Tunggu ya, sebentar lagi aku kesana."

Our Chemistry Of Love (Tamat di KBM dan Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang