4. Become grandma's daughter

5K 483 6
                                    

"Pak, belok kanan, rumah pojok kiri pagar hitam ya."

Supir taksi mengemudi sesuai arahan gadis manis berkerudung jingga. Mobil sedan berwarna biru itu tepat berhenti di sebuah rumah dua lantai bercat krem yang tampak sepi.

Hana memperhatikan argo dan berniat menambahkan ongkos taksi dengan dua lembar uang limapuluhribuan.

Dibukanya dompet dan saat mencari lembaran rupiah, gadis itu baru menyadari. Tiket boarding pass yang semula hendak disimpannya sebagai kenang-kenangan perjalanan pertamanya seorang diri, tidak ada di dalam dompet.

Di dalam tas juga tidak ada. KTPnya? Dia mengingat-ingat terakhir dia menunjukkan KTP pada saat antri tiket di bandara. Turun dari pesawat, dia sempat ke kamar mandi bandara karena ingin buang air kecil akibat kedinginan di pesawat. Apa mungkin jatuh di kamar mandi?

Suara supir taksi menyadarkannya untuk segera turun dan membawa tas ranselnya.

"Assalaamu'alaikum."
Hana memijit bel berulangkali namun belum ada yang membukakan pintu.

"Cari siapa Dek?"

Terdengar suara dari penghuni rumah sebelah Eyang. Tepatnya salah satu anak kos.

Eyang memang businesswoman sejati. Ada usaha kos-kosan 10 pintu di sebelah rumah dan juga toko kue di dekat kampus Universitas Tunas Bangsa.

Sosok pria tinggi menjulang menghampirinya.

"Mas, Eyang kemana ya?" Hana bertanya ke salah satu penghuni kos.

"Ooh, Eyang tadi pagi-pagi sudah ke toko. Kemarin katanya ada pesanan kue untuk wisuda. Bibik juga lagi belanja ke pasar. Kayaknya rumah lagi kosong. Adek siapa? Saya Aldo."

"Saya Hana, cucunya Eyang."

"Mau saya antar ke toko kue? Kebetulan saya mau berangkat pagi ke kantor." lelaki bernama Aldo itu memang sudah siap dengan kemeja dan dasi di tangan kanannya.

"Lho, Mas dah kerja? Kirain yang kos disini anak kuliah aja."

"Berarti Mas awet muda ya Dek. Masih tampang mahasiswa. Gimana Dek, jadi mau bareng ngga, ke tokonya Eyang?" lelaki itu tertawa narsis.

Hana hampir mengiyakan ajakan Aldo kalau tidak ingat dia kan nggak boleh berduaan dengan orang yang bukan muhrim.

"Saya bawa mobil Dek, di garasi belakang."

"mm... Minta alamat tokonya aja deh Mas, nanti saya pesan mobil online aja."

"Lho, bedanya saya sama ojek online apa? Kan sama-sama bukan saudara Adek juga."

Eh bener juga sih. Tapi gimana ya?

"Saya soalnya belum mandi Mas. Nanti membuat polusi di dalam mobil."

Aldo tertawa kecil. Hana menyesali alasan terkonyol yang dia buat.

"Eh, Maaf Mas, saya ngga jadi ke toko deh. Mau nunggu Eyang aja, di teras depan." Hana menjawab galau.

"Ooh oke Dek. Sebentar ya saya ambilkan sesuatu. Saya ada sarapan buat kamu. Tadi saya pesan makanan, tapi kayaknya ngga sempat makan."

Lelaki baik bernama Aldo itu mengingatkannya pada Kak Vino.

"Ini, nasi dan ayam bakar. Ada mayonaise, tomat, timun, enak banget Dek, buat sarapan. Saya siap-siap berangkat dulu ya."

Hana tersenyum, mengucapkan terimakasih. Dia memutuskan untuk duduk di ubin teras rumah Eyang sambil menyelonjorkan kakinya yang sedikit pegal.

Jujur dia masih mengantuk. Tapi rasa kantuknya jadi berkurang, mikirin nasib KTPnya. Kalau nanti dia sewaktu-waktu mau pulang naik pesawat atau kereta kudu ada KTP juga.

Our Chemistry Of Love (Tamat di KBM dan Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang