10. (Another) definition of Love

4K 454 28
                                    

Suasana makan malam yang biasanya dilewati Karin sendiri, kali ini diselingi canda dan tawa.

Hana berhasil memberi kejutan pada Karin dengan balon berwarna-warni yang menyambutnya di depan pintu.

Ditambah lagi setelah mereka menyantap nasi, ayam goreng kalasan, gurame bakar dan sayur brokoli jamur buatan Bibik, Hana memberinya kejutan blackforest yang dipanggangnya sendiri.

Gadis itu mengaku belajar membuat kue pertamanya berdasarkan tutorial youtube. Potongan kue pertama diberikan kepada Karin.

"Lumayan enak untuk newbie." Karin memuji kue buatan Hana.

Barra makan dalam diam. Tanpa sadar pria ini begitu intens memperhatikan Hana yang masih menghabiskan makanannya.

Selesai makan malam, Hana mengajak Kak Karin duduk di ruang tamu dan memberikan sebuah kado dengan pita keemasan.

"Ini apa Han?"

"Kado supaya Kak Karin lebih semangat."

Karin membuka kertas kado bermotif bunga dan tertegun menatap Al-Qur'an bersampul merah bata dengan pembatas buku berlaminating di depannya.

Tampak tulisan rapi Hana di dalam pembatas buku itu.

"Ayat-ayat pembangkit Semangat:

"At-Taubah ayat 40: Laa tahzan, Innallaha ma'anaa. Janganlah bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.

Yusuf ayat 87. Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak berputus asa dari rahmat Allah, kecuali orang-orang yang kafir.

Ali Imran ayat 139. Walaa tahiinuu walaa tahzanuu, wa antumul a'launa in kuntum mu'minuun. Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih. Padahal kamu adalah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang beriman.

Al-Baqarah ayat 286. Laa yukalifullahu nafsan ila wus'ahaa. Allah tidak akan membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kemampuannya."

Karin memeluk Hana erat. Dia seperti memiliki adik baru.

"Ini beneran buat Kakak?"

Hana mengangguk.

"Ini baru buat tadi siang. Jadi baru sedikit. Kalau Kak Karin lagi sedih, jangan lupa baca ini biar nggak lama-lama sedihnya."

Barra memperhatikan Hana lekat. Gadis ini kadang bisa polos seperti anak-anak, tapi di sisi lain dia bisa lebih dewasa dari Karin, dalam menyikapi sesuatu secara positif.

"Kak Barra tadi cerita kalau dokter Raihan ternyata Papanya Hana?"

Karin bertanya dan Hana hanya bisa menunduk.

"Besok pagi Hana pulang ke rumah ya. Papa sama Mama pasti kangen banget sama Hana. Nanti Kak Barra yang antar." Karin mengelus punggung Hana, lembut.

"Hana coba pikir-pikir dulu ya Kak. Hana masih bingung mau pulang ke Jakarta atau ke Semarang."

"Kakak juga bakalan kangen kalau kamu nggak disini lagi. Tapi rumah kamu yang sebenarnya bukan disini."

"Hana juga punya hadiah untuk Kak Barra."

Barra terperangah. Akhirnya gadis ini tidak lagi memanggilnya Om.

"Beneran saya dapat hadiah juga?"

"Iya, tapi jangan dibuka disini ya Kak. Nanti nggak surprise."

Sebuah paperbag coklat dari bahan daur ulang sudah disiapkan Hana untuk Barra.

"Terimakasih ya Han. I really appreciate it."

"Sama-sama Kak. Hana juga minta maaf kalau ada salah. Semoga kita nanti bisa janjian ketemuan lagi ya."

Entah kenapa Barra merasakan dadanya sedikit sesak, ada rasa tidak rela kehilangan sosok gadis ini. Padahal mereka baru beberapa kali bertemu.

Kenapa gadis ini menimbulkan pengaruh yang besar pada dirinya. Padahal dia hanya gadis delapanbelas tahun yang muncul di depannya secara tiba-tiba.

💕💕💕

Di usianya yang memasuki usia duapuluhdelapan tahun, Barra sering menerima hadiah dari relasi bisnisnya, bahkan juga teman-teman dekatnya.

Ada parfum merk ternama, dasi, pulpen berharga fantastis, sampai hadiah mobil mewah yang kemudian dikembalikan ke pemberinya.

Ini hanya sebuah hadiah paling sederhana yang bahkan tidak dibungkus oleh kertas kado. Hanya dimasukkan dalam paperbag yang ditutup dengan selotip bening di sekelilingnya.

Tapi entah kenapa seperti ada jutaan voltase yang memicu rasa kesenangan dalam hatinya. Kado dari Hana adalah sebuah buku berjudul "Pernikahan Agung Rasulullah dan Khadijah", kado untuk Kak Barra dan Kak Aliza.

Bahkan Hana bisa mengingat dengan baik nama tunangannya meski hanya sekali dia mendengarnya.

Barra duduk di sofa ruang kerjanya sambil menatap cincin yang diletakannya di dalam laci meja. Terakhir kali ia memakai cincin ini, dua pekan lalu.

Lelaki dengan rambut hitam bergelombang itu menatap langit biru dari jendela besar gedung berlantai limabelas yang merupakan area privat di hotel Andromeda miliknya.

Buku pemberian dari gadis "matahari terbit" tampak terbuka di pangkuannya.

"Kata Pengantar.
Qur'an Surah An-Nisa ayat 1.

Hai manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang menciptakan kamu dari seorang diri, dan darinya Allah menciptakan istrinya, dan mengembangbiakan dari keduanya, banyak laki-laki dan perempuan.

Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya, kamu saling mencintai satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu."

Jemari Barra menelusuri pembatas buku berwarna hijau muda buatan Hana.

"Dua tipe CINTA yang akan membuatmu bahagia, CINTA pada Allah dan CINTA karena Allah."

Barra menghela napas panjang. Tidak hanya jarak usia mereka yang terbentang jauh, semangat keberagamaan di antara mereka juga berbanding seratus delapanpuluh derajat.

Selama ini sholatnya jarang tepat waktu dan ia hanya beribadah untuk sekedar menggugurkan kewajiban.

Ia lebih banyak mengejar kekayaan di dunia, memperbanyak koleksi mobil mewahnya atau menambah investasi saham dan logam mulia. Ia lupa semua itu adalah anugerah dari Allah.

Hana, mengapa harus kamu yang menjadi orang pertama yang menunjukkan pada saya, definisi cinta yang berbeda.

💕💕💕

Our Chemistry Of Love (Tamat di KBM dan Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang