Alvino baru selesai tindakan operasi ketika pesan dari nomer yang tidak dikenal, masuk ke ponselnya.
"Assalaamu'alaikum.
Vino, kapan ada waktu, kita ketemuan di lapangan Ottoman, Jl. Jatiraya No.7. Saya akan ajak Nasywa. -Yazid-""Ada acara apa Mas Yazid?"
Vino membahasakan sebagai adik karena ia sendiri sejak pertama kali melihat Nasywa, sudah tertarik untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius.
Jatuh cinta itu suatu misteri, bahkan Vino sendiri tidak tahu mengapa keinginannya kuat untuk memiliki gadis itu.
Meskipun beberapa nama wanita pernah singgah di hatinya, tapi entah kenapa, hanya gadis bernama Nasywa yang membekukan sebagian sinaps otaknya.
"Allah menyukai muslim yang kuat daripada yang lemah. Ada baiknya kita buktikan dengan tanding panahan ba'da Ashar akhir pekan ini."
Yazid masih mengirimnya teks. Tanding panahan? Ikut olahraganya aja belum pernah. Kalau tanding renang atau basket, okelah itu memang hobinya sejak SMA.
Ini tipe calon kakak ipar yang paling sulit ditaklukkan.
Vino memencet nama "Bidadarinya Vino" di layar ponselnya.
"Halo Assalaamu'alaikum."
Terdengar suara di seberang disambut gemuruh suara hujan."Wa'alaikumsalam. Dek, kamu dimana?"
"Ini di bimbel. Nunggu dijemput sama supirnya Eyang, masih hujan deras disini. Disana hujan nggak Kak?"
"Nggak Dek, cuaca disini cerah aja."
Suasana hati Kakak yang mendung, Dek. Kesah Vino dalam hati.
"Dek, weekend ini pulang dong, ke Jakarta. Temenin Kakak olahraga."
"tadi pagi Mama juga telepon minta Hana pulang. Tapi ini Eyang lagi banyak pesanan kue. Sarah mau lamaran di Semarang. Hana juga mau datang di acaranya Sarah."
"Sarah sahabat kamu? Beneran dia sudah mau nikah?"
"Iya bener. Hana sudah janji mau datang."
"Baru juga lamaran Dek. Nanti aja kalau sudah akad nikah, kamu datang. Ini lebih penting berbakti sama orangtua lho Han. Kan Mama yang minta kamu pulang."
Hana terdiam sejenak.
"Iya deh Hana pulang. Memangnya Kakak mau ditemani olahraga apa? Hana kan cuma bisa badminton."
"Panahan."
Suara di seberang terkejut.
"Memangnya Kak Vino bisa panahan? "
"Bisa dipelajari Dek." Vino menjawab penuh percaya diri.
Hana terdiam menyangsikan Kakaknya. Dia memutuskan untuk pulang bukan karena alasan Mama saja, tapi gadis itu dengan berani akan membuat janji bertemu dengan Kak Barra dan adiknya, Karin.
Cukup sudah Kak Karin menghinanya tanpa memberinya kesempatan menjelaskan dan membela diri.
"Mmm... Panahan ya? Sebentar... Kayaknya Hana punya nomer telepon pelatih ekskul panahan SMA."
Hana tampak sibuk berpikir dan mulai membuka phone book di ponselnya.
"Sejak kapan kamu hobi koleksi nomer telepon guru ekskul?"
"Eh... It's a long story lah Kak. Jadinya waktu jaman Hana belum hijrah, pas kelas 1 kan ada perkenalan ekskul. Terus kita kan suruh nentuin mau ikut ekskul apa.
Ternyata salah satu ekskul yang paling banyak peminat ya ekskul panahan ini. Nama pelatihnya Kak Archi, alumni SMA Hana yang juga atlet panahan. Eh tapi sekarang dia sudah lulus teknik perminyakan ITB."
"Mesti orangnya ganteng kan?"
"Yaaa..... Lumayan lah, untuk menggaet minat anak baru buat masuk ekskul panahan."
Hana tertawa kecil.
"Ya sudah mana nomer teleponnya?nanti Kakak hubungi. Dia tinggal di Jakarta?"
Hana mengiyakan. Semula Vino hendak menolak. Tapi begitu mendengar suara adiknya yang begitu bersemangat membantunya, ia jadi tidak tega. Masih ada waktu 1 minggu latihan untuk seorang pemula.
Lagipula dia harus bisa membuktikan di depan calon istrinya, kalau dia tidak kalah performance dengan Kakak laki-lakinya.
💕💕💕
"Semalam Ica telepon, dia cerita semuanya tentang kalian."
Yazid memanggil Aliza dengan nama khusus yang dibuatnya sendiri.
Kedua pria itu duduk santai di seberang kolam ikan di dalam Lotus resto, restoran terkenal milik hotel Andromeda.
"Mengakhiri hubungan ternyata justru seperti membuka lembaran baru pertemanan kami."
Barra menghirup teh hangat dalam-dalam.
"Berarti sainganku bertambah satu."
Yazid ikut meminum jeruk hangat di depannya.
"Maksud kamu?"
"Saingan untuk mendapatkan Hana."
Yazid sengaja menyebut nama gadis itu, untuk memancing emosi Barra.
"Aku pikir selama ini kamu mendekati Aliza. Dia punya harapan lebih terhadap kelanjutan hubungan kalian. Jangan main-main dengan perasaannya. Kamu tahu kan Liza gadis yang baik."
Barra terdengar geram terhadap ucapan Yazid.
"Aku nggak pernah minta kamu berkorban untuk memutuskan hubungan dengan Ica. Aku masih ingin memiliki istri yang bersih pikirannya seperti Hana."
Yazid sengaja memunculkan nama gadis itu berulang-ulang. Lelaki itu tanpa Barra sadar, telah membawa Barra mengenali perasaannya sendiri.
"Aku telah memilih Bar. Awal tahun depan setelah adikku wisuda, aku akan berangkat ke Yaman. Kamu tenang saja, aku dan Hana nggak akan berjodoh.
Tapi aku lebih beruntung, karena kelak akan sering bertemu Hana di pertemuan keluarga besar."
"Kamu serius mau pergi begitu saja?"
Yazid terdiam sejenak. Pandangannya teralih pada suasana langit malam tempat mereka duduk.
"terkadang untuk melihat satu bintang yang indah, cahaya yang kita lihat dari bumi, bisa berjarak puluhan tahun cahaya ke bumi.
Cahaya bintang itu akan menembus lapisan demi lapisan atmosfer sampai kita bisa melihatnya dari bumi, sebagai bintang yang berkelap-kelip di langit."
Barra berusaha merenungi ucapan Yazid yang menyimpan nada getir di dalamnya.
"Zid, perasaan Aliza sama kamu benar-benar tulus. Aku harap suatu hari nanti kamu bisa membuka hati untuk dia."
"Aku serahkan semuanya sama Allah, Barr. Kalau memang kami berjodoh, Allah akan pertemukan kami lagi."
Akankah Allah juga pertemukan kembali Barra dengan gadis matahari terbit, apabila memang Hana adalah jodohnya?
Mendengar nama gadis yang sangat ingin dihapus dari pikirannya, justru kini menimbulkan debaran aneh di dadanya.
"Oya Bar, kamu ada ada acarakah, akhir pekan ini? Aku ingin kamu menemani ke suatu tempat. Memastikan seseorang apakah ia pantas menjadi pendamping adikku satu-satunya, sebelum aku pergi jauh dari tanah air."
"kayaknya aku free."
Yazid tersenyum sambil mengucapkan terimakasih.
💕💕💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Chemistry Of Love (Tamat di KBM dan Karyakarsa)
RomansDi balik wajah dingin seorang Barra Afnan, tersimpan hati lembut yang hanya ia berikan untuk kebahagiaan Mami Vera. Bahkan ia rela dijodohkan oleh gadis teman masa kecilnya, Aliza Nayyira, agar Mami dapat tersenyum. Akankah pertunangan mereka berl...