Hana baru selesai membersihkan diri di kamar mandi setelah Erin meletakkan ponsel adiknya dengan hati-hati di atas meja.
"Ada pesan dari Mama sama Papa, Kak?" Hana mengeringkan kepalanya dengan handuk berwarna oranye.
"Eh, tadi Mama telepon pas kamu lagi mandi."
"Ooh... Nanti Hana kirim pesan balik. Mama suka nggak sama gambar sunrise yang Hana kirim?"
"Eng... Suka kayaknya."
Erin menyembunyikan rasa gelisahnya karena tanpa sengaja dia membaca pesan Barra untuk Hana dan dia menghapusnya.
Dia hanya takut Hana akan sedih dan terluka membaca pesan dari lelaki itu. Dia mungkin kakak yang selama ini kurang perhatian dengan Hana, terutama setelah dia berhubungan dengan Edwin, mantan kekasihnya.
Tapi setelah hubungan mereka berakhir dan dia mengetahui kisah Hana dengan Barra dari Kak Vino, dia takut Hana mengalami seperti apa yang dia alami.
Hana masih terlalu muda untuk memahami posisinya saat ini. Meski Barra tampaknya seorang lelaki baik-baik, tapi tetap tidak baik mengingat statusnya kini, masih bertunangan dengan orang lain.
"Kak Erin, jangan pakai parfum vanilla, Hana pusing cium baunya."
"Masak sih Dek, ini wanginya perasaan biasa aja."
Erin sengaja memeluk Hana yang menutup hidungnya.
"Pusing Kak..."
"Hana.... Maafin Kakak ya... " Erin berbisik pelan.
💕💕💕
Seorang pria berjanggut putih menghampiri Alvino dan menepuk bahunya.
"Assalaamu'alaikum Vino. Apa kabar?"
Vino membalikkan badan dan mencium tangan gurunya, Prof Dr dr Ali Said, Spesialis Bedah, Konsultan Bedah Thorak Vaskular.
"Wa'alaikumsalam Prof. Alhamdulillah baik."
"Kapan kamu wisuda?"
"Insya Allah 3 bulan lagi Prof."
"Alhamdulillah. Nanti malam jangan lupa makan malam bareng. Ingatkan Papa dan Mama kamu ya."
Pria tua berjas putih itu pergi mendahuluinya. Vino keheranan. Papa tidak pernah memberitahunya kalau mereka ada undangan ke rumah Prof.
Baru hendak menelepon, nama Papanya sudah muncul di layar ponsel.
"Vino, Papa lupa nanti malam kita diundang makan malam ke rumah Prof Ali."
"Justru itu Pa, yang baru mau Vino tanyain. Baru aja ketemu Prof di rumahsakit."
"Ya sudah, kamu siap-siap aja nanti malam. Ini Papa masih ada operasi sampai jam 2 siang. Habis itu Papa langsung jemput Mama, pulang."
Vino mengiyakan. Jujur ia masih sedikit mengantuk karena baru tadi pagi tiba kembali di bandara Soetta.
Ia memutuskan off operasi dulu hari ini. Vino menuju parkiran mobil dan mengendarai Alphard putihnya menuju jalan pulang.
Tiba di rumah, pria berambut ikal itu, merebahkan diri di kasur kamarnya yang empuk.
Semalam ia mencoba tidur di kamar Hana. Kasur Hana di rumah Eyang tidak senyaman di rumah, mungkin karena jarang ada saudara atau tamu yang menginap di rumah Eyang. tapi adiknya itu tidak pernah mengeluh.
"Kak Vino, ayo jadi Imam sholat maghrib."
"Kakak sudah lama ngga jadi Imam sholat. Tajwid Kakak masih belang bentong. Kayak Hana ngga tahu aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Chemistry Of Love (Tamat di KBM dan Karyakarsa)
RomanceDi balik wajah dingin seorang Barra Afnan, tersimpan hati lembut yang hanya ia berikan untuk kebahagiaan Mami Vera. Bahkan ia rela dijodohkan oleh gadis teman masa kecilnya, Aliza Nayyira, agar Mami dapat tersenyum. Akankah pertunangan mereka berl...