Mami Vera memandang putra pertamanya dengan kekecewaan yang mendalam. Papi tidak kalah masam wajahnya melihat Barra memutuskan sesuatu diluar nalarnya.
Bukan hanya diluar batas kewajaran, bahkan ini sudah membuat malu dan hubungan antar dua keluarga menjadi renggang.
Keluarga mereka malam ini akan mengunjungi orangtua Aliza untuk minta maaf karena putra mereka tidak jadi melanjutkan ke jenjang pernikahan.
"Kamu mau buat Mami sakit seperti apa lagi Bar? Liza itu sudah Mami anggap putri kandung Mami sendiri."
Mami duduk di kursi roda sambil menitikkan air mata.
"Barra minta maaf Ma. Kami berpisah secara baik-baik dan kami masih berteman."
Mami pergi dengan kursi roda menuju kamar. Bahkan wanita yang masih cantik dengan baju terusan berwarna ungu muda itu, menghalau tangan Barra yang hendak membantunya.
"Papi kecewa dengan keputusan kamu Bar. Kamu adalah contoh buat adik kamu, Karin. Kamu jangan sembarangan mempermainkan hati perempuan.
Bagaimana kalau suatu saat Karin juga dipermainkan oleh laki-laki lain dan tidak jadi menikah? Papi hanya minta kamu memikirkan ulang keputusan kamu."
Sejak kejadian malam itu, Mami berhari-hari mulai kehilangan nafsu makan. Mami yang selalu memikirkan apa kata orang lain, terbawa pada hal-hal negatif di pikirannya.
"Mam, bangun. kita sholat Shubuh dulu."
Barra merengkuh tubuh Mami. Demam. Mami demam tinggi dan meracau tidak jelas.
Karin masih lembur di kantor. Papi sudah tertidur di ruang tamu. Barra menyalakan mesin mobil dan menggendong Mami. Ia segera memacu mobil menuju Rumahsakit tempat Karin dirawat.
"Pasien datang kondisi sesak napas, demam, dehidrasi karena sulit makan minum. Untuk demamnya masih kami cari penyebabnya apakah ada infeksi dari paru maupun dari saluran kencing.
Untuk sesaknya lebih berat ke pembengkakan jantung, apa Bu Vera ada rutin minum obat darahtinggi, gula atau obat jantung?"
Barra mengangguk. Ia tadi sudah menyiapkan kartu berobat Mami dan buku obat yang biasa diminum.
"Mami sudah 2 hari ini tidak mau makan, tidak mau minum obat."
Barra menjelaskan kondisi Mami ke dokter jaga.
"Sebaiknya pasien dirawat saja ya Pak. "
Barra mengangguk pasrah.
"Mami biasa kontrol dengan dr Alea Spesialis penyakit dalam, konsultan kardiovaskuler."
Dokter Hans, mengatakan oke, beliau akan menghubungi dokter Alea.
Setelah Mami terpasang oksigen, infus dan diambil darah untuk pemeriksaan laboratorium, Barra duduk di samping Mami, memijat tangan dan kakinya.
"Maafin Mami ya Bar. Mami jadi bikin kamu repot."
Barra tersenyum.
"Barra yang minta maaf Mam. Barra yang buat Mami jadi sakit kayak begini."
Barra memegang jemari Mami yang tampak menyusut karena berat badannya yang semakin turun. Mami mencoba memejamkan mata dan pipinya masih basah oleh air mata karena kesedihan yang mendalam.
Ia pun tak lama ikut tertidur di sebelah Mami. Wanita setengah baya itu mengelus surai putra pertamanya.
"Nak, mengapa kamu sampai memutuskan pertunangan, bahkan Aliza juga ikut dengan keputusan kamu." Mami berkata lirih.
💕💕💕
Seorang perempuan yang mengenakan jas berwarna putih, masuk ke dalam kamar 521.
"Assalaamu'alaikum. Bu Vera... Dokter Alea visite.. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Chemistry Of Love (Tamat di KBM dan Karyakarsa)
RomantiekDi balik wajah dingin seorang Barra Afnan, tersimpan hati lembut yang hanya ia berikan untuk kebahagiaan Mami Vera. Bahkan ia rela dijodohkan oleh gadis teman masa kecilnya, Aliza Nayyira, agar Mami dapat tersenyum. Akankah pertunangan mereka berl...