"Subhanallah, begitu dahsyat Mahakarya Allah Sang Pencipta, mempergilirkan malam dan siang. Dan kini saya dan kalian menjadi saksi detik-detik matahari terbit di Punthuk setumbu Magelang.
It's really beautiful sunrise from here."
Hana memakai kamera DSLRnya
untuk mendapatkan gambar terbaik.Terlihat Kak Vino dan Kak Erin sedang duduk sambil memegang betisnya yang sedikit pegal.
"Matahari dan bulan diciptakan Allah sebagai tanda-tanda kekuasaanNya. Ingat kisah Nabi Ibrahim Alaihi salam? Dalam Qur'an surah Al-an'am ayat 75-80, Allah Swt memberi petunjuk pada Nabi Ibrahim tanda-tanda keagungan Allah di langit dan di bumi.
Ketika malam tiba, dia melihat bintang, bulan, matahari terbit. Ibrahim berkata, "Inilah Tuhanku." tapi tatkala bintang, bulan dan matahari tenggelam, nabi berkata.
"Sesungguhnya jika Allah tidak memberiku petunjuk, pasti aku termasuk orang yang sesat."Buat kamu yang telah mendapatkan petunjuk dari Allah, semoga kamu tetap Istiqomah di jalan Allah.
Untuk kamu yang masih merasa tersesat, semoga lekas menemukan jalan pulang, yaitu jalan yang lurus, bukan jalan orang-orang yang dimurkai Allah.
See you in the next trip of our journey
to the light."Hana mematikan video rekamannya dan menghampiri kedua kakaknya yang sedang menikmati mie instan.
Jadi ingat aturan Mama di rumah, sejak kecil mereka hanya boleh makan mie instan maksimal 2 kali dalam sebulan."mau dong disuapin."
Hana membuka mulutnya dan kak Erin memberikan mie dalam porsi banyak yang masih panas.
Bertiga mereka menikmati pemandangan sambil merapatkan jaket untuk menghalau hawa dingin yang menusuk tulang.
"Sudah lama ya, kita nggak jalan bareng kayak gini. Seru juga."
Kak Erin yang cantik tapi kadang julid, saat ini terlihat manusiawi di dekatnya.
"Han, jadinya kuliah tahun depan mau ambil apa?"
Kak Erin mengelus punggung Hana, perlahan.
"sesuai arahan Mama. Tapi kali ini Hana niatkan untuk menolong orang lain. Kak Barra pernah bilang, kalau hidup kita yang nyaman saat ini, bisa jadi karena do'a orang-orang yang pernah kita tolong.
Hana bukan mengharapkan dido'ain sama orang lain. Tapi Hana ingin jadi seseorang yang bisa bermanfaat untuk orang lain."
Vino terenyuh. Sebegitu besarkah pengaruh lelaki bernama Barra pada hidup Hana, sampai-sampai nasihatnya terekam dengan baik di memori adiknya.
"Hana memangnya beneran suka sama Kak Barra ya? Kok namanya disebut-sebut melulu."
Kak Erin menggoda adik bungsunya yang hanya tertunduk malu.
"Nggak tahu deh suka atau nggak. Dari SMA kan Hana nggak punya teman cowok. Jadi nggak ngerti. Tapi Hana tahu kok, nggak boleh suka sama Kak Barra.
Kak Barra sudah mau menikah dan Hana berharap dia bahagia bersama istrinya kelak."Erin memeluk Hana sambil menahan air mata yang justru membuat matanya berkaca-kaca.
Adiknya ini kadang justru lebih dewasa dari dirinya. Erin masih mengingat luka di hatinya karena dia baru saja putus dari hubungan tanpa status antara dia dan seorang pengusaha tambang batubara yang dikenalnya saat datang ke acara pernikahan teman.
Pria itu telah beristri dan memiliki dua orang anak. Hubungan mereka sendiri sudah berjalan satu tahun ini dan Erin yang memutuskan untuk mengakhiri karena dia sempat mendapat kabar, istri lelaki itu jatuh sakit karena rumor kedekatan suaminya dengan wanita lain.
Erinlah wanita lain itu. Dia tidak tega melihat istri lelaki itu sempat dirawat di rumah sakit tempat Papanya bekerja. Sementara suami wanita itu, malah mengajaknya jalan dan makan siang bersama.
Dia pandai menutupi hubungannya, sampai-sampai Vino dan kedua orangtuanya pun tidak mengetahui.
"Kak Erin kenapa? Kok jadi sedih kayak begini."
Hana baru menyadari bahunya sedikit basah karena Kakaknya menangis.
"Jangan sedih lagi ya Kak. Kapan-kapan nanti kita kesini lagi, melihat matahari terbit."
Hana menghapus air mata yang masih menitik di pipi kakaknya, dengan penuh sayang.
💕💕💕
Barra larut dalam sujudnya. Selesai sholat Ashar ia duduk bersandar di dinding mushola yang dingin.
Masih 1 jam sebelum dia boarding. Ia menghabiskan waktunya sambil memperlancar bacaan Qur'annya.
Kata Ustadz Iqbal yang semalam sudah menghubunginya untuk mengajari mengaji, ia dimotivasi untuk membaca Qur'an setiap hari. Meskipun hanya 3 sampai 6 ayat saja, yang penting konsisten.
Genap ayat terakhir yang dibaca Barra, sebuah gambar masuk ke dalam ponselnya.
"It's really beautiful sunrise here."
-punthuk setumbu Magelang-Lagi-lagi nomer telepon Hana muncul di ponselnya. Semalam Barra sudah memutuskan, ia akan berhenti mengejar Hana.
Ia bahkan menghapus nama kontak Hana dari ponselnya. Sudah tidak ada lagi nama "my sunrise girl" menghias di dalamnya. Tapi justru pagi ini gadis itu mengirim sesuatu yang membuatnya bergetar.
"Terimakasih Hana. Saya pamit pulang ke Jakarta. Ini kali terakhir saya menghubungi kamu. Selanjutnya saya akan sibuk mengurus pernikahan.
Ada baiknya kita tidak berhubungan lagi setelah ini.
Maafkan saya bila ada kata-kata atau sikap yang tidak berkenan."
-Barra-Tidak ada lagi notifikasi yang masuk ke e-mailnya, bila gadis itu posting video mengenai serial hijrahnya. Barra bahkan sudah unsubscribe dari channel milik Hana.
Bahu Barra bergetar. Baru kali ini ia merasakah kehilangan yang amat besar. Ia meyakini bahwa keputusannya sudah amat tepat.
"saya akan menjadi orang pertama yang menentang hubungan kalian."
Terngiang kata-kata Alvino, kakak Hana yang membuatnya terus berpikir ulang mengenai hubungannya dengan Hana.
Panggilan boarding membuat Barra berdiri dan melangkahkan kaki menuju gate 1.
Disini ia duduk di dalam pesawat dengan memandang jendela yang menampakkan lembayung senja. Matahari mulai tampak tenggelam di ufuk barat.
Goodbye, my little sunshine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Chemistry Of Love (Tamat di KBM dan Karyakarsa)
RomanceDi balik wajah dingin seorang Barra Afnan, tersimpan hati lembut yang hanya ia berikan untuk kebahagiaan Mami Vera. Bahkan ia rela dijodohkan oleh gadis teman masa kecilnya, Aliza Nayyira, agar Mami dapat tersenyum. Akankah pertunangan mereka berl...