" Hai Ren. Mau kemana?" Jaemin menatap heran Renjun yang telah rapi dan mengenakan sweater hangatnya. Melihat Jaemin, Renjun tersenyum dengan manisnya.
" Baba ada di bawah, menjemputku."
Binar bahagia tampak jelas di wajah Renjun. Jaemin bersyukur senyuman indah itu kembali menghiasi wajah luarbiasa Renjun.
" Syukurlah Ren. Akhirnya aku tak akan melihat wajah jelekmu lagi ketika menangis." Ucap Jaemin berniat menggoda Renjun. Tapi sepertinya mood Renjun berada dalam keadaan sangat baik sekarang, ia menanggapi candaan Jaemin masih dengan senyum manisnya.
" Arraseo arraseo. Kau tidak jelek sama sekali ketika menangis." Jaemin kembali meralat ucapannya dan tersenyum sangat manis.
" Pakaianmu membuatku berfikir kau akan jadi uke ku Jae. Kau sangat cantik." Ucap Renjun sembari terkikik lalu mengambil langkah seribu menuju tangga dan berlari kecil menuruninya.
Jaemin terdiam sesaat, memproses ucapan Renjun barusan. Saat ia sadar wajahnya memerah karna malu. Ia segera berlari menuju pagar pembatas dan berteriak kepada Renjun yang terlihat berlari melintasi ruang utama.
" Hey aku tidak akan membiarkan itu terjadi!"
Renjun terlihat tertawa dan melambaikan tangannya sekilas. Jaemin menumpukan tangannya di pagar itu dan mulai kembali tersenyum kembali.
" Dia bilang mau menjadikan ku uke? Hhhh. Berarti dia memikirkan hubungan kami." Jaemin menggaruk kepalanya dan tertawa pelan. Ia melirik pakaiannya yang memang berwarna pink itu. Memang apa salahnya jika menggunakan pink? Toh dia tetap saja menawan. Memikirkan itu ia kembali tersenyum lebar.
" Menyeramkan sekali manusia satu ini."
Jaemin menoleh cepat ke arah Haechan yang baru saja melewatinya.
" Diam kau hitam!" Umpatnya kepada Haechan yang acuh menuruni tangga.
' lagian kan kita bukan manusia pabo' ucap Jaemin. Tapi di dalam hati. Ia kembali tersenyum mengingat Renjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight | Jaemren✔
FantasyWelcome to : 3rd My Jaemren fanfict ' Moonlight ' BxB Nct Dream Exo Ot12 Apa yang sebenarnya yang terjadi dengan ke 7 anak konglomerat itu? Hidup bergelimang harta bukanlah sebuah kebahagiaan. Hidup mereka seperti di neraka dan penuh misteri. Di pu...