WWC - 11

2.4K 250 14
                                    


______


"Malem, Ma," sapa Kyna kepada Bintari -Mamanya. Ia baru saja tiba dari penerbangan Balikpapan-Jakarta. Kyna nekat pulang terlebih dahulu untuk menghindarkan dirinya dari Abram -tepatnya satu pesawat dengan pria itu.

Kyna dikenal cukup moody menyangkut Abram. Di satu sisi ia senang berada di dekat pria itu, namun di sisi lain ia seringkali kesal dengan sikap dan ketidakpekaan pria itu padanya.

"Lho... Mas Abram mana?" tanya Bintari. Wanita yang sudah memasuki kepala lima itu mengedarkan pandangan dan mencari keberadaan anak laki-lakinya itu. Ia bahkan tidak sempat membalas ucapan Kyna.

Kyna menaikkan sebelah alisnya, "Sejak kapan Mama panggil Abram dengan panggilan 'mas'? Are you okay, Ma?" tanyanya.

"Sejak kamu balik ke rumah," jawab Bintari santai.

"Kyna nggak punya Kakak, Ma. Kenapa sih Mama dan Papa memaksakan Abram sebagai kakak buat Kyna? Aneh banget," Kyna berkata dengan kesal.

"Hey... nggak boleh bicara seperti itu. Bagaimana pun juga Abram lebih tua dari kamu. Kamu harus sopan sama yang lebih tua. Mama dan Papa nggak pernah ajarin kamu untuk nggak sopan ya Kyna."

Kyna mendengus. "I know Ma, tapi pengecualian buat si Tehandradja. He's just a stranger. Kita nggak perlu terlalu dekat sama dia, Mama. Come on! "

Bintari menyeret Kyna dan duduk di sofa ruang tengah rumah mereka. "Sini kamu sini," kata Bintari, "duduk!" perintahnya. "Lagian apa salahnya sih baik sama Abram? Toh dia nggak pernah jahat sama kamu."

Kata siapa nggak jahat? Mama aja yang nggak tau.

"Ma... Kyna capek dan nggak mood ngomongin Abram. Dia bukan artis atau siapapun. Just none. Oke, he's good. Tapi tetap aja nggak merubah fakta kalau dia itu bukan anak kandung Mama dan Papa. Coba deh Mama renungkan, kenapa sih Mama dan Papa harus peduli sama dia? Anak kandung bukan, nyusahin iya."

"Kyna!" bentak Bintari. "Jaga ucapan kamu! Abram itu kakak kamu ya. Dia bukan orang lain. Belajar menghargai orang lain kalau mau dihargai."

"Iya Ma, iya. Tapi bagi Kyna, Abram tetap orang lain. Kyna nggak bisa menerima fakta kalau dia saudara Kyna. Mama nggak bisa memaksa aku untuk mengikuti jalan pikiran Mama atau pun Papa, pun cara Mama dan Papa melihat dan menganggap Abram. We're different, Ma. Me and him."

...

...

"Sebaiknya aku ke kamar dan istirahat Ma. We're not going to debate," izin Kyna pada Bintari. Ia mencium pipi Bintari itu dengan cepat dan langsung melengos ke kamar.

Abram sialan! Batinnya. Enak banget lo dibela sama bokap nyokap gue. Lo pakai pelet apa sih sampai bonyok gue seperti itu?

*
Hari Senin bagi sebagian orang adalah hari yang berat dan tidak diinginkan. Persepsi tersebut tampaknya sudah terpatri di otak hingga terkadang seseorang menjadi lebih gelisah atau cemas saat akan memasuki hari Senin. Menurut Ed Harold, penulis buku 'Life With Breath', sebenarnya yang dibenci bukanlah hari Senin itu sendiri, namun yang dibenci adalah persepsi orang-orang tentang apa yang akan mereka jalani selama hari Senin karena Senin adalah hari dimulainya suatu siklus pekerjaan atau siklus kehidupan baru setelah menikmati akhir pekan.

Selain itu, terdapat alasan lain kenapa orang-orang tidak begitu menyukai hari Senin yaitu karena adanya perubahan emosi drastis dari hari Minggu —yang identik dengan hari yang menyenangkan menuju hari Senin —hari di mana harus menjalani rutinitas mingguan.

When Women Commanded (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang