WWC - 15

3.7K 321 14
                                    


___

"Abram, bukan?" sapa seorang wanita pada Abram yang sedang melamun.

Shit! Am I jealous? Batinnya sambil memperhatikan Kyna yang sedang tertawa lepas dengan Arga.

"Hello?" Wanita itu melambaikan tangannya tepat di wajah Abram.

Abram tersentak dan bangun dari lamunannya. Ia memfokuskan diri pada wanita yang sedang berdiri di depannya. "Eh, ya... kenapa? Do I know you?" tanyanya.

Anja mengulurkan tangannya, "Gue Anja (baca: Anya)," jawabnya sambil tersenyum. "Tadi gue diminta David temuin lo. Katanya lo butuh temen."

Abram menerima uluran tangan Anja dan memperkenalkan dirinya, "Abram," sambil membatin, Sialan David! Dia beneran manggil Anja dong. Mana gue nggak kenal lagi. Sabar, Abram. Pecah fokus lo. Kyna bakal baik-baik aja sama Argantara —who the hell is he, gue bahkan nggak kenal.

Selepas keduanya berjabat tangan, Anja duduk di samping Abram sambil meminum minumannya. Tak lama, ia membuka obrolan dan bertanya, "Lo kenapa serius banget perhatiin Kyna. Dari tadi lo lihatin dia terus. Kyna sodara lo, kan?"

"Nggak apa-apa. Iseng aja. Iya, Kyna sodara gue—" beda Ayah dan Ibu.

"Sorry, agak lancang. Gue tahu informasi itu dari David. Dia yang kasih tau gue kalau kalian sodaraan."

"It's okay, Nja. Sudah jadi rahasia umum," kata Abram.

"Anyway, mereka cocok ya," Anja menunjuk Kyna dan Arga, "gue shipper mereka," ungkapnya dengan asal. Hal ini mau tidak mau membuat Abram jadi terbelalak. What? Shipper? How come?

"Oh ya? Kok gue merasa mereka nggak cocok. Sebagai cowok, gue menilai kalau cowoknya terkesan SKSD," timpal Abram sinis.

"SKSD gimana?" Anja mengerutkan dahi, "menurut gue, sikapnya Arga normal. Cara dia ambilin minuman pun lempar jokes yang bikin Kyna ketawa adalah hal biasa yang dilakukan cowok yang lagi pdkt. Sah-sah aja. Gue pribadi sih suka cowok yang nggak jaim seperti Arga. Kayaknya dominan cewek suka sama cowok seperti dia deh."

Abram memiringkan tubuhnya dan bertanya, "Wait, berarti menurut lo gue itu kaku? Gue nggak bisa seperti Arga?" tanyanya serius.

Anja memutar tubuhnya dan tersenyum pada Abram. "Ya kan gue baru kenal lo. Masa iya gue bisa langsung tau kalau lo itu kaku?"

Abram mendesah bingung, "Iya sih, Nja."

"Lo sesayang itu ya sama Kyna sampai peduli banget dengan gebetannya?" Anja bertanya setelah mereka kembali menegakkan duduknya dan fokus memperhatikan Kyna dan Arga.

"Sayang, sayang banget sama dia. Gue bahkan nggak bisa menakar rasa sayang gue ke dia..."

"Kenapa seperti itu?"

"Gue nggak bisa jelasin apa. Intinya gue sayang sama dia," ucap Abram menutup kalimatnya.

"Oke. Lo nggak perlu jawab kalau lo merasa berat untuk jelasin. Toh sayang ke seseorang itu nggak harus memiliki alasan. So, it's fine, apalagi dia adalah saudara lo." Abram menganggukkan kepala. "Dan... lo masih tetap jadi pengawas nih —dari sini?" tanya Anja.

"Iya. Gue nggak bakal samperin dia karena gue tau kalau dia bakal marah ketika gue melakukan hal impulsif seperti itu..."

Anja menggelengkan kepala, "Alright. Nggak masalah kalau lo mau semaleman jadi pengawas. Gue bakal temenin lo. Nggak keberatan kan kalau gue duduk di sini?"

When Women Commanded (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang