Setelah jam sekolah usai, Chiara tidak bisa langsung segera pulang, mendadak dia mendapat notif chat grup musik untuk berkumpul di ruang musik setelah jam sekolah usai. Chiara yang baru ikut ekstra musik tidak bisa jika dia harus absen.
Begitu bel bunyi dia langsung pergi dengan diantar Metha dan David, mereka khawatir jika terjadi sesuatu.
Begitu Chiara sampai, dia langsung masuk dan kebetulan sudah ada anggota yang lainnya. Di situ juga ada Alvis sebagai Ketua ekstra musik. Setelah semua anggota lengkap mereka langsung melaksanakan rapat tapi sebelum itu Alvis meminta Chiara untuk memperkenalkan dirinya yang masuk dengan jalur khusus. Dan betul saja. Gak lama setelah perkenalan sudah ada yang merasa keberatan.
“Kak, kenapa dia nggak di tes sedangkan kita-kita aja sebelum mau ikut harus di tes kemampuan dulu. Apa itu nggak adil Kak buat kami” kata Leo salah satu anggota ekstra dari kelas 11.
“Itu kan udah saya jelaskan di chat grup kemarin kalo emang kalian masih belum percaya kita bisa kok tes nya langsung disini” tegas Alvis.
“Kalo emang itu yang seharusnya saya siap kok untuk di tes sekarang” sahut Chiara yang langsung mendekat ke piano.
Begitu tuts piano ditekan olehnya hampir semua anggota yang ada di sana merasa takjub. Tiap nada tiap temponya terasa lembut dan tegas, yang semula mereka merasa tidak yakin dan keberatan akan kemampuan Chiara langsung terdiam.
Lima belas menit Chiara memainkannya dan diakhiri dengan tepuk tangan yang diberikan pada anggota musik.
“Gimana masih ada yang perlu dites lagi?” tanya Alvis tegas
Hening.
“Kalo udah nggak ada. Kita langsung mulai aja rapatnya. Seperti yang kita dengar dari kabar burung kalo dua minggu lagi akan ada festival di sekolah kita. Dan untuk tiap ekstra di wajibkan untuk memberikan satu performance. Karena itu rapat kali ini kita harus membahas apa yang akan kita tampilkan dan siapa yang akan mewakili dari ekstra kita” kata Alvis dengan memandang satu persatu anggotanya.
“Kalo kalian ada ide saya persilahkan”
Mendengar perkataan Alvis barusan, semua orang segera mencari ide.“Gimana kalo untuk festival tahun ini kita nampilin permainannya kak Chiara” kata salah satu anggota yang bernama Irish
“Aku sih setuju aja lagian festival-festival kemarin kita juga udah nampilin semua kemampuan kita. Dan kebetulan kita juga belum pernah nampilin instrument dari piano” sahut anggota lainnya
“Gimana ada yang punya ide lain selain ide Irish tadi?!” tanya Alvis langsung, yang ditanggapi dengan gelengan kepala.“Kalo gitu gimana Chiara kamu mau nggak jadi perwakilan ekstra kita” tanya Alvis ke Chiara.
“Mmm.. kayaknya saya gak bisa lagian kan saya juga minder kalo harus perfom” jawab Chiara dengan menundukan kepalanya
“Ayolah Ar. Anggep aja ini latihan biar kamu nggak minder, dan kapan lagi kamu bisa nunjukin bakat kamu kayak gini” kata Dila yang langsung di setujui dengan semua orang.
Chiara merasa takut dan senang. Takut karena dia harus tampil di depan umum dan merasa senang karena memang ini yang dia inginkan dari dulu.
“Oke saya bersedia” putus Chiara dengan sedikit keraguannya.
“Karena Chiara sudah bersedia. Jadi keputusan untuk rapat hari ini, yang akan mewakili ekstra musik di festival sekolah adalah Chiara” kata Alvis tegas dan disetujui oleh semua orang.
Rapat yang berlangsung sekitar 1 jam setengah itu berakhir dengan keputusan yang menakjubkan untuk Chiara.
Bagiamana tidak menakjubkan? Setelah sekian lama dia nggak nunjukin permainan pianonya di depan umum.
***
Di depan gerbang sekolah, Alvis melihat cewek yang dia kenal sedang berdiri di depan sana sendirian. Kalo dilihat sepertinya sedang menunggu jemputan. Jadi ke sanalah Alvis melajukan montornya.
“Chiara!” sapa Alvis dan mematikan montor dan juga melepas helmnya.
Chiara yang mendengar ada suara montor berhenti di dekatnya juga sedikit kaget.“Lo lagi nunggu jemputan ya?!” tanya Alvis
“Hhee iya nih tapi dari tadi gak dateng-dateng”
“Mau gue anterin pulang nggak? Lagian juga udah jam segini” ajak Alvis
“Ntar nge repotin lo lagi”
“Nggak kok. Bahaya kalo lo nunggu disini dan belum tentu juga lo dijemputkan”
“Yaudah dech” ucap Chiara yang gak bisa nolak ajakan Alvis.
Sebelum akan naik ke montor, Chiara merasa kebingungan gimana dia bisa naik kalo dia aja lagi pake rok pendek.
Alvis yang menyadari akan hal itu langsung turun dari montor nya.
“Hhhe lo pasti kesusahan yah. Sementara pake ini dulu buat nutupin paha lo oke” kata Alvis yang melepas jaketnya dan memakaikannya ke pinggang Chiara.
Chiara yang mendapat perlakuan seperti itu langsung salah tingkah sendiri.
“Lo blushing ya!” goda Alvis dengan ketawa terbahak-bahak
“Paan sih lo! Udah lah jadi nganterin nggak nih”
Alvis merasa berdebar. Baru kali ini dia bersikap seperti itu kepada cewek. Apa ini yang namanya jatuh cinta?
Sedari tadi Chiara masih belum bisa mengontrol degup jantungnya itu. Rasanya kayak jantungnya ini mau copot. Cowok yang populer dengan sikap kakunya ke cewek, tapi sekarang justru bersikap hangat kepadanya.
Montor mereka melaju pelan dan tanpa terasa mereka sebentar lagi akan sampai.
“Al, gue berhenti di ujung sana aja ya Al” kata Chiara memecah keheningan diantara mereka.
“Loh kenapa? Gue anterin sampek depan rumah lo aja gak papa kok”
“Nggak usah rumah gue juga udah hampir deket kok”
“Tapi, Ar”
“Stop Al! Gue turun sini aja!!” potong Chiara tegas.
Dengan terpaksa Alvis menghentikan montornya diujung jalan seperti yang diminta Chiara tadi. Padahal dia udah berniat buat anterin sampek rumah.
“Thank’s ya Al, udah anterin gue pulang. Gue jadi ngerepotin lo jadinya”
“Yhe ini mah bukan anterin pulang namanya” kata Alvis dengan nada sedikit sedih.
“Hhaha terus apaan dong” ucap Chiara dengan polosnya
“Nelantarin anak orang di tengah jalan” timpal Alvis lagi
“Hehe. Btw, jaket lo gue cuci dulu ya, ntar kalo udah gue balikin” pinta Chiara
“Iya kalo gitu gue balik dulu ya Ar. See you”
“Iya, See you Alvis” kata Chiara dan tesenyum manis kepada Alvis.
Hampir aja ketahuan. Setelah memastikan Alvis sudah pergi jauh, Chiara langsung segera pulang ke rumahnya. Hari ini begitu banyak menguras tenaganya jadi gak heran dia berjalan dengan cepatnya. Saat ini yang ada di pikirannya bukan tentang kejadian hari ini melainkan... KASUR KESAYANGANYA!!
“Oohhhh kasur yang ku rindukan, I’m Coming babe!!!” batin Chiara
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys Conflict
Teen FictionMenjadi pewaris tunggal Anthesia mengharuskan Chiara melakukan perubahan pada penampilannya. Sementara di sekolah barunya. Dia harus dihadapkan dengan 4 cowok populer dan tentunya ganteng, mampukah dia mengahadapi mereka? Ketika banyak bisikan cint...