Bodoh!
Kata-kata itulah yang saat ini berputar-putar di kepalanya. Mulai dari jam pertama hingga saat jam istirahat pertama dia selalu merutuki dirinya sendiri.
Bagaimana tidak! Dengan bodohnya dia membongkar jati dirinya yang sudah beberapa bulan berhasil dia sembunyikan.Menyesal? Tentu saja.
Harusnya kemarin dia tidak bertindak bodoh dengan melepas kacamatanya. Jadinya malah kayak gini. Dia harus dikejar cowok-cowok di sekolahnya lagi dan itu sangat membuatnya hampir gila.
Bahkan kemana pun dia pergi selalu ada aja yang mengikuti dirinya. Bahkan ada juga yang menggodanya secara terang-terangan. Hal ini benar-benar jauh lebih buruk dari sekolahnya dulu. Seandainya mereka tau yang sebenarnya, apakah mereka akan berhenti mengikutinya?
Tidak dia nggak bisa bertindak bodoh lagi. Jika itu sampai terjadi mungkin gak cuman anak cowok tapi anak cewek bakal nyerang dia langsung.
Chiara berjalan menaiki tangga menuju lantai dua. Tapi saat itu dia melihat ketiga cewek bergangguan mental juga berjalan turun menghampirinya. Dia ingin putar balik tapi percuma mereka bertiga sudah melihat Chiara.
“Kenapa dia bisa secantik ini? Gue kira dia cantik karena make up doang”ucap Zelline tanpa sadar.
“Iya gue juga mikir gitu. Dia kelihatan cantik natural”dukung Frizka.
“Berisik!”bentak Bella.
Bella turun dan mendekati Chiara.
“Nggak bisa dipercaya. Gue akui lo emang cantik. Tapi ini juga nggak bisa di biarin! Nggak boleh ada yang menandingi kecantikan gue! Bahkan ketiga temen gue!”
Bella memegang dagu Chiara kuat-kuat.
“Cewek culun akan tetap menjadi seperti itu. Mau seperti apa pun penampilan lo! Buat kita lo akan tetep seperti itu! Lo bener-bener orang menyebalkan cewek culun!”Bella mendorong Chiara ke belakang.
Namun dengan sigap sebuah tangan menolongnya.
Mereka bertiga melotot kaget. Hingga membuat mereka kabur begitu saja.
“Ka.. kamu”
Orang itu menatap wajah Chiara dari jarak yang begitu dekat. Chiara melepaskan dirinya dan akan pergi. Tapi orang itu justru memeluknya dari belakang.
“Why? Kenapa kayak gini? I know, kamu begitu susah payah menyamar. Bahkan kamu juga menutupi identitas asli kamu. Apa selama ini ada yang membuat kamu kesusahan? Apa ada yang membuat mu sampai bertindak bodoh ini? Aku benarkan!” bisik orang itu yang membuat Chiara meneteskan air mata tanpa sadar.
Orang itu melepaskan pelukannya dan memutar tubuh Chiara menghadapnya. Orang itu tersenyum lembut dan menghapus air mata Chiara dengan tangannya.
“You are beautiful, and more beautiful when you smile”
Chiara menatap orang itu dan tersenyum hingga air matanya jatuh.
“Kamu benar”
“Kamu tahu? Apa yang akan membuatku semakin kuat?”
“Apa, hm?”
“Kamu”
“Kenapa aku?” orang itu tertawa pelan.
“Sekarang kamu ada disini. Kamu ada di dekat ku dan kamu.. kamu gak akan pernah ninggalin aku lagi ataupun jauh dari ku lagi”
Orang itu mengusap kepala Chiara lembut dan menggelengkan kepalanya. “Iya aku janji gak akan ninggalin kamu atau jauh dari kamu lagi. Kita akan selalu bersama, Always”
“You promise?”
“I promise. I will protect you”
***
Chiara berjalan untuk pulang ke rumahnya. Hari ini dia tidak di jemputpulang oleh sopir pribadinya. Karena dia ingin pergi ke taman dekat rumahnya dulu.
“Kenapa lo bisa sebodoh itu?”
Chiara kaget mendengar suara itu dan membuatnya berhenti untuk berjalan masuk ke area taman komplek.
“Farrel!” gumam Chiara.
Farrel berjalan mendekati Chiara dan menarik tangannya ke sebuah bangku yang tak jauh dari mereka berdiri.
Chiara merasa berdebar lagi.“Gue tanya sekali lagi. Kenapa lo bisa sebodoh ini?”
“Maksud lo apa?”
“Lo masih tanya maksud gue apa? Kenapa lo membongkar penyamaran lo? Huh”
Chiara merasa hatinya terasa sakit kembali. Dan itu artinya dia akan menangis lagi. Dia pun memutuskan untuk beranjak pergi, tapi dengan cepat Farrel menahan tangannya lagi.
“Lepasin tangan gue!”
“Gue bakal lepasin kalo lo mau jawab pertanyaan gue”
“Karena gue nggak mau jadi cewek yang sok cantik dan sok kepedean” bentak Chiara yang tanpa dia sadari air matanya telah menetes lagi. “Tadi pagi ada seseorang yang bilang seperti itu ke gue. Orang itu bilang kalau gue cewek terpede yang pernah dia temui, yang merasa seolah dirinya lah yang paling cantik. Gue gak mau di sebut cewek kayak gitu!”
“Mendengar perkataan kayak itu aja udah membuat hati gue terasa sakit! Mungkin orang itu lupa dengan apa yang dia katakan tadi pagi!”
Farrel menatap Chiara begitu lekat.
“Karena itu gue mencopot kacamata gue dan nunjukin wajah asli gue. Gue nggak mau jadi cewek kepedean! Gue nggak mau jadi cewek sok cantik! Sejak saat itu semuanya udah berubah Farrel!”
Chiara membalikkan badannya. Namun saat dia akan melangkah pergi Farrel tiba-tiba menariknya ke dalam pelukannya.
“Apa yang lo lakuin?!” tanya Chiara dengan terisak-isak.
Farrel tidak menjawab pertanyaan Chiara dia malah mengeratkan pelukannya. Dia memejamkan kedua matanya dan menghilangkan perkataan itu dari kepalanya. Dia tidak mengerti, kenapa dia menjadi sosok yang jelas berbeda dengan dirinya sendiri hanya karena gadis itu.
“Lo sukses menghancurkan pikiran gue. Itu membuat gue nggak suka, tapi gue juga nggak bisa berhenti mikirin lo, Chiara. Maaf in gue. Maaf in gue!”
Entah kenapa Chiara justru semakin menangis dengan kencang. Harusnya dia melepaskan tubuhnya dari pelukannya Farrel tapi entah kenapa? Dia pun juga tidak tahu.
Sampai tangisnya mereda barulah Farrel melepaskan pelukannya. Dan memegang kedua tangan Chiara.
“Mulai saat ini, gue akan bersikap lebih baik lagi. Gue akan selalu ngebuat lo tersenyum dan gue juga bakal lindung in lo dari mereka semua yang mau celakai lo. Apapun itu bakal gue lakuin asal lo selalu tersenyum, Chiara! Gue sangat sangat mencintai lo, Chiara!”
Chiara menangis dan membalas perkataan Farrel dengan anggukan pelan. Dia tidak menyangka. Sosok yang begitu dingin dan bersikap kasar padanya. Bisa dengan mudahnya luluh begitu saja di hadapannya. Ini bukan yang pertama kalinya dia menghadapi sosok seperti Farrel.
Setidaknya apa yang selama ini dia impikan bisa terwujud, memiliki seorang yang akan melindunginya layaknya seorang kakak. Dia berharap Farrel tidak akan berubah lagi.
Tanpa mereka sadari ada seseorangyang menyaksikan adegan mereka. Orang itu adalah Alvis. Yang berdiri tak jauh dari mereka.
“Gue harus milik in Chiara. Meskipun itu artinya gue harus bersaing dengan sahabat gue sendiri” gumam Alvis dengan tatapan tajam dan senyum smirknya. Alvis berlalu pergi, dia merasa panas melihat adegan mereka berdua.
*
**
***
****
*****
Maafken author yang kadang banyak typonya😢😢😢
Dan maafkan author kalau ceritanya kagak jelas kagak nyambung..Maafken yehhh epherybadeyy✌✌✌
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys Conflict
Teen FictionMenjadi pewaris tunggal Anthesia mengharuskan Chiara melakukan perubahan pada penampilannya. Sementara di sekolah barunya. Dia harus dihadapkan dengan 4 cowok populer dan tentunya ganteng, mampukah dia mengahadapi mereka? Ketika banyak bisikan cint...