Part 10

300 132 19
                                    

Metha dan David masih sedikit terkejut dengan apa yang barusan mereka dengar. Mulai dari identitas asli Chiara dan tujuan dia menyembunyikan identitasnya. Hingga kejadian yang barusan terjadi padanya. Kalo dibilang kecewa sih sedikit, paling tidak sekarang Chiara sudah mengakui siapa dirinya yang sebenarnya.

"Gue minta maaf banget sama kalian berdua" ucap Chiara tulus.

"Kita udah maaf in lo kok, Ar" Kata Metha dan memegang tangan Chiara.

"Iya, lagian kita yang harusnya minta maaf sama lo. Kalo seandainya tadi kita gak ninggalin lo sendirian pasti kejadian tadi gak bakalan terjadi" kata David.

"Udah lupain aja, sekarang kan gue udah gak papa"

"Mulai sekarang pokoknya kalo lo mau ke mana-mana harus sama gue atau nggak sama David. Dan lo gak boleh sendirian lagi, oke!!" kata Metha dengan senyumnya.
Alvian baru sampai dirumah nya. Baru saja dia akan mengganti pakaiannya. Alvis sudah menyeruak masuk ke kamar Alvian.

"Kenapa baru pulang?" tanya Alvis.

"Tadi ada urusan bentar" jawab Alvian dingin.

"Ada masalah apa?" tanya Alvis lagi, seolah dia tahu apa yang sedang dipikirkan adiknya itu.

"Nggak ada. Btw, perasaan lo ke dia itu seperti apa?"

"Gue udah bilang kan kalo gue, nggak ada perasaan apa-apa sama dia"

"Syukur dech kalo gitu gue bisa deketin dia tanpa harus bersaing dengan orang terdekat"

"Kayaknya lo salah, Farrel dia juga tertarik sama dia."

"Gue tau. Dan itu bukan halangan buat gue"

"Lo tau kan dia itu polos"

"Gue tau dan gue bakal lindung in dia mulai besok. Dan gue harap lo tetep pada omongan lo tadi" ucap Alvian sebelum keluar dari kamarnya.

Alvis merasa cemas dengan hubungan persahabatan mereka. Takut kalo persahabatan mereka akan hancur hanya karena sebuah CINTA.

Dan besoknya, Selasa sore, Alvis mengajak Chiara keluar untuk membahas soal idenya waktu itu.

"Kok ke sini?" Chiara heran waktu Alvis membelokkan montornya ke halaman sebuah caffe.

"Emangnya kenapa? Kalo kita ke sini?" Alvis balik nanya.

"Ng.. nggak papa sih, bingung aja" Chiara bingung, apa hubungannya caffe dengan ide yang dibilang Alvis kemarin.

Caffe ini begitu klasik, ada sedikit hiasan tanaman sulur-suluran di pintu masuk caffe. Seluruh bangunannya berwarna abu-abu dan pernak-pernik etnik mendominasi hampir di setiap tempat.

Secara keseluruhan, caffe ini sangat sukses menghadirkan suasana tenang, nyaman dan romantis. Alvis mengajaknya untuk duduk di depan sebuah bangku yang tak jauh dari sebuah panggung mini yang disediakan oleh pemilik caffe.

"Ayo dong, Al ! Gue udah penasaran banget nih!!" kata Chiara setelah mereka duduk berhadapan.

"Di sini menunya enak-enak loh. Ada menu spesialnya juga, lo mau pesan apa?" kata Alvis yang sudah membolak-balikan daftar menu yang diberikan seorang waiters.

Boys ConflictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang