Seorang gadis sedang menatap penuh senyum ke arah sebuah kotak berwarna abu-abu dan berbentuk segi empat yang terletak di atas meja belajar. Sebuah kotak yang berisi sepasang sepatu berwarna hitam.
“Mau dilihatin sampai kapan pun yang namanya sepatu nggak bakal berubah jadi apa-apa” ucap Mommy Alice yang tiba-tiba sudah berada di dalam kamar Chiara.
“Biarin aja dong, Mom. Sampai akhir nanti Chi sanggup kok memandangi” gurau Chiara yang berhasil membuat Mommynya tertawa
“Emangnya buat siapa sih sepatunya?! Buat Alvian atau Louis?”
“Tettoott.. Mommy salah, ini buat Farrel mom”
“Farrel, siapa lagi itu?”
“Dia temen Chiara, Mom. Sekaligus temen Alvian sama Louis. Waktu itu Chi nggak sengaja numpahin cat ke sepatunya jadi Chi beliin sepatu baru buat dia, sebagai wujud rasa bersalah Chi dan juga permintaan maaf”
“Yakin cuman rasa bersalah?!” goda Mommy Alice.
“Iya lah, Mom! Kalau gitu Chi pergi sekarang ya Mom” Chiara berpamitan ke Mommynya dan membawa kotak bingkisan itu.
“Kamu mau pergi naik apa? Pak Teja kan lagi Mommy suruh buat anter bibi belanja”
“Chi bisa naik taxi kok, Mom” jawabnya yang sambil berjalan keluar pintu rumahnya.
“Apa perlu Mommy minta nak Louis buat anterin kamu?”
“Duhh.. nggak usah Mommy sayang. Chi bisa cari taxi oke?!” Chiara menenangkan Mommynya dan mengecup sekilas pipinya.
“Pergi dulu, Mom!! Dadadahhhh!!”
***
Chiara turun dari taxi yang dia tumpanginya. Gadis itu berjalan ke sebuah rumah dan di depan rumah itu terlihat seorang cowok yang sedang sibuk mencuci mobilnya. Cowok itu bahkan tidak peduli dengan penampilannya yang banyak terkena busa. Chiara yang melihat hal itu tertawa kecil, dia merasa gemas dengan cowok itu, Farrel.
“Kayaknya gue datang di waktu yang salah dech!” ucap Chiara yang membuat Farrel berhenti melakukan aktivitas mencuci mobilnya.
Farrel menoleh ke arah Chiara dan menatapnya dengan bingung.
“Lo ngapain kesini?”
“Mmmm,,, Gue kesini mau ngasih ini ke lo” Chiara menyodorkan kotak bingkisan itu ke Farrel.
“Hari ini kan gue nggak lagi ultah. Jadi gue nggak bisa nerima ini dan bawa pulang aja barang yang lo bawa itu” tegas Farrel dan mengembalikan kotak yang berisi sepatu.
“Gue tahu kok, hari ini bukan ultah lo. Tapi, gue kasih ini buat wujuh permintaan maaf gue yang waktu itu”
“Lo terima ya Rel, please!” Chiara memohon dengan tatapan pupy eyesnya.
“Gue tetep nggak bisa terima ini, Chiara”
“Pokoknya lo harus terima! Gue udah bela-belain nyelinap masuk ke camp Alfa cuman buat cari tahu ukuran sepatu lo!” pekik Chiara yang sudah merasa jengkel dengan Farrel.
“Jadi, waktu itu lo bohong soal cariin Alvis, hmm?” tanya Farrel yang membuat Chiara reflek membungkam mulutnya dengan tangannya sendiri.
“I.. itu gu... gue” Chiara merasa kesal dengan mulutnya yang selalu keceplosan saat dia sedang tidak bisa menahan rasa jengkelnya.
Cowok itu merasa antara senang dan kesal. Senang karena usaha Chiara dan kesal karena dia sudah dibohongi. Cemburu? Tentu saja.
“Pokoknya ini buat lo, oke!” ucap Chiara memberikan paksa ke Farrel dan diterima.
Setelah menerima kotak itu, Farrel mulai melanjutkan mencuci mobilnya yang tertunda. Dia bisa saja membawa mobilnya ke car wash tapi entahlah hari ini dia ingin mencucinya sendiri. Dia juga sudah meminta Chiara untuk menunggunya di dalam rumah tapi gadis itu sangat keras kepala, dan sekarang inilah yang terjadi.
“Farrel!! Ini merek sabunnya apa sih?! Wangi banget, ini benerkan gue nyabunya” seru Chiara yang menunjuk pada body samping mobil. Dia merasa senang diperbolehkan membantu Farrel walaupun awalnya dia yang memaksa.
Farrel menghela napasnya dan memperhatikan Chiara sesekali yang sedang asik memainkan busa dan menghirup aroma wanginya. Mungkin saking asiknya dia menghirup aroma wangi sabun itu, dia tidak sadar jika hidungnya terkena busa sabun. Dan melihat hal itu membuat Farrel tertawa.
“Apa?” tanya Chiara yang merasa sedang ditertawakan oleh Farrel.
“Oohh, tidak! Lihatlah ekspersinya sekarang hahaha!! Dia benar-benar terlihat lucu sekali” batin Farrel.
“Hahaha.. Nggak ada apa-apa”
“Kalo nggak papa, kenapa lo ketawa kayak gitu?! Bikin gue ngeri aja” Chiara yang semula jongkok sekarang berdiri dan tak sengaja melihat pantulan wajahnya dari kaca mobil.
Dia kaget sangat kaget. Dia melihat busa sabun yang menempel di hidung mungilnya itu.
“Jadi, Farrel ketawa gara-gara ini?!” batinnya.
Chiara menatap Farrel dengan tatapan kesal dan menyunkan bibirnya hingga beberapa senti atau bahkan kilometer.
“Kenapa lo ngeliatin gue kayak gitu?” tanya Farrel yang sadar sedang ditatap penuh kekesalan oleh gadis yang dia tertawakan tadi.
“Gue cuman berpikir, permainan apa yang cocok di mainin dengan.,.,” Chiara menggantung kalimatnya dan mencolekkan tangannya yang penuh busa ke pipi Farrel. Dan sukses membuat cowok itu menggeram kesal yang malah membuatnya tertawa puas.
“Hyaaa!!! Lo!! Awas yahh!!!”
“Wekkk!! Ayo coba tangkep gue kalo lo bisa!!” ledek Chiara yang sudah berlari lebih dulu.
Farrel berusaha mengejar Chiara dan membalas perbuatannya tadi. Saat dia sudah menangkapnya, saat itu juga Chiara kembali mengoleskan busa sabun ke wajahnya lagi.
“Chiara, berhenti!! Atau gue siram lo pake air?!”
“Gue kagak takut, wleee!!”
Sekarang masih terjadi aksi kejar-kejaran antara Chiara dengan Farrel. Chiara yang berlari dengan terlalu cepat tidak menyadari dirinya berlari ke lantai yang licin. Hingga dengan sigap Farrel menangkap tubuhnya yang hampir terjatuh. Dan menggendongnya ala bridal style.
Sementara Chiara dia tentu saja berontak minta diturunin. Tapi Farrel terus menggendongnya dan mendudukannya di hood mobil. Farrel segera meraih ember yang penuh dengan busa dan mencelupkan tangannya. Lalu mengarahkannya ke wajah Chiara mengoleskan semua busa ke semua wajahnya, kecuali di matanya karena itu bisa membuat mata gadis yang dia suka terasa perih.
“Aahhh!! Farrel stop!!” Chiara memberontak tapi kedua tangannya digenggam erat oleh tangan Farrel.
“The game isn’t over, baby” ucap Farrel dengan tersenyum devilnya. Dia merasa puas bisa membalas perbuatan Chiara padanya tadi.
Merasa tangannya sudah tidak digenggam dengan erat membuatnya langsung menarik tangannya. Kemudian dia ikut mengambil busa sabun dan mengoleskannya ke wajah Farrel. Dia kembali tertawa melihat ekspresi Farrel yang seperti orang sedang kesal. Saking kerasanya dia tertawa membuat perutnya terasa kaku dan menghentikan tawanya itu.
“Gue capek banget, Rel. Gue kapok, oke!” Chiara melingkarkan kedua lengannya di pinggang Farrel dan menatapnya sayu tapi masih dengan senyum manisnya.
Farrel menatap matanya dalam-dalam. Dia bahagia gadis yang di suka itu mulai mau mendekat kepadanya. Wajah mereka sangat dekat bahkan hembusan napas Chiara terasa di dadanya. Mereka saling menatap dan Farrel mulai mendekatkan bibirnya ke arah bibir Chiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys Conflict
Teen FictionMenjadi pewaris tunggal Anthesia mengharuskan Chiara melakukan perubahan pada penampilannya. Sementara di sekolah barunya. Dia harus dihadapkan dengan 4 cowok populer dan tentunya ganteng, mampukah dia mengahadapi mereka? Ketika banyak bisikan cint...