Chiara melihat jam weker berbentuk panda yang terletak di sebelah tempat tidurnya. Dia lalu keluar dari kamarnya dan menuju meja makan.
"Bi! Mommy sama dady belum pulang, yah?"
"Belum non"
"Padahal ini kan udah lewat jam makan malam"gumamnya.
"Bibi siap in makanan ya non"
"Mmm nggak usah dech, bi. Chi makan di luar aja"
"Baik non"
Masih jam 7 belum terlalu malem buat keluar. Chiara berjalan keluar rumah menuju ke sebuah kedai yang tak jauh dari rumahnya.
"Bu! Nasi goreng sama es teh" ucap Chiara ke pemilik kedai sederhana yang sekarang ini jadi langganannya.
"Siap, neng!!"
Chiara menunggu pesanan sambil melihat ponselnya.
"100 pesan masuk dan 75 panggilan suara? Padahal baru 2 hari nggak kontakkan lagi sama dia tapi bisa sampai kayak gini" batinnya.
Setelah pesanannya disajikan tanpa buang-buang waktu dia langsung menyantapnya.
"Bu! Nasi goreng pake telur sama es teh satu"
Chiara menghentikan makannya karena mendengar suara yang tak asing baginya. Dan saat dia menoleh ke kanan.
Uhuukkk! Uhukkk
Chiara benar-benar kaget hingga membuatnya tersedak makanan yang ada di mulutnya.
Melihat cewek di sebelahnya tersedak Farrel segera menepuk-nepuk perlahan punggung cewek itu.
"Mbak gak papa?" tanya Farrel yang tak mengenali kalau orang yang duduk di sebelahnya itu adalah Chiara.
Chiara meminum tehnya. Dia bahkan kesulitan untuk menjawabnya dan hanya bisa menganggukkan kepalanya.
"Kenapa dunia harus sesempit ini sih? Dari sekian banyak kedai kenapa dia harus makan disini juga?!" batin Chiara.
Farrel mengamati sekilas wajah cewek di sebelahnya.
"Rasanya kayak pernah lihat wajah cewek ini. Tapi, dimana ya?" batin Farrel dan menggaruk tengkuknya.
Dengan rasa cemas Chiara mempercepat makannya. Dia ingin segera pergi dari kedai ini. Dia nggak mau kalau sampai Farrel mengenalinya. Cukup Alvian saja yang tahu.
Farrel yang menyadari kalau cewek itu akan pergi dari kedai segera menyusulnya.
"Hee! Tunggu!!" teriak Farrel dan menghampiri cewek itu.
Chiara merasa kalau mungkin ini akhir dari hidupnya. Bahkan dia saja nggak berani membalikkan badannya.
"Apa sebelumnya kita pernah ketemu?" tanya Farrel yang berdiri di depannya.
"Jawab apa nih gue!!" batinnya.
"Mm.. mungkin kamu salah orang" jawab Chiara dan menelan salivanya.
"Ahh.. begitu ya! Maaf!" ucap Farrel dan pergi.
Farrel merasa malu. Baru kali ini dia menghentikan seorang cewek. Tapi di lihat dari sisi mana pun wajah cewek tadi seperti sangat familiar untuknya. Dimana dia melihat wajah itu yah???
Farrel terus memikirkan kejadian tadi selama perjalanan ke tempat tongkrongannya.
"Dari mana aja sih, lo! Lama banget!"
"Kayak lo nggak pernah aja! Alvis mana dia nggak kesini?"
"Nggak. Dia tadi disuruh nganter mami ke butik"
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys Conflict
Teen FictionMenjadi pewaris tunggal Anthesia mengharuskan Chiara melakukan perubahan pada penampilannya. Sementara di sekolah barunya. Dia harus dihadapkan dengan 4 cowok populer dan tentunya ganteng, mampukah dia mengahadapi mereka? Ketika banyak bisikan cint...