Part 8

307 131 25
                                    

3 hari berlalu,

Sejak terpilihnya Chiara menjadi perwakilan ekstra musik, Chiara semakin memfokuskan dirinya untuk latihan. Hampir setiap jam istirahat dia gunakan untuk latihan. Kadang dia harus latihan sendiri, kadang juga ada Metha dan David yang nemenin latihan. Tapi berbeda untuk hari ini, di ruang musik ini dia bertemu Alvis. Emang akhir-akhir ini dia jarang ke ruang musik, yah mau gimana lagi banyak cewek-cewek yang ngintilin dia mulu sih!

"Lo lagi latihan ya?" tanya Alvis tiba-tiba.

"Hhehe iya"

"Mmm gue ganggu lo nih jadinya"

"Nggak kok lagian gue disini juga bentaran kok"

"Loh kenapa? Lo gak nyaman gue ada disini ya"

"Nggak bukan itu, gue juga udah janjiann sama Metha buat temenin dia di perpus" jawab Chiara.

Mendengar jawaban Chiara membuat Alvis menjadi tidak merasa bersalah. Dia takut kalo dia bikin Chiara nggak nyaman tapi kenyataanya bukan itu.

"Btw.. lo mau perfom lagu apa?" tanya Alvis lagi.

"Gue sih mau perfom pake lagu River Flows In You" jawab Chiara.

"Ahh gue tau, karya terbaik dari pianis terkenal yang dari Korsel itu kan! Kalo nggak salah Yimura!" tebak Alvis.

"Hhhe lo tau juga ternyata"

"Gue yakin dengan lo mainin lagu itu pasti bakal banyak mata tertuju ke lo, Ar" ucap Alvis yang reflek memegang tangan Chiara.

Chiara yang menyadari tangannya di genggam oleh Alvis langsung salah tingkah. Dan entah kenapa debaran jantungnya jadi tidak terkontrol lagi.

Alvis yang juga menyadari hal yang sama langsung menarik genggamannya itu.

"So,, sorry, Ar gue reflek tadi" kata Alvis dengan wajahnya yang bersemu merah. Gak jauh berbeda dengan wajah Chiara.

"Iya gak papa. Tapi gue masih takut kalo harus tampil di depan umum"

"Kalo masalah itu lo serahin sama gue. Gue punya ide bagus buat ngadepin ketakutan lo itu" kata Alvis dengan semangat.

"Ide apaan?" tanya Chiara dengan polosnya.

"Hheh ntar gue kabarin lo oke!"

"Oke. Btw, soal jaket lo, gue kelupaan nggak gue bawa gimana dong?!"

"Santai aja lagi besok kan bisa lo balikin" kata Alvis dan tersenyum yang otomatis membuat Chiara blushing lagi.

Takut kalo debarannya semakin tidak terkontrol Chiara memutuskan untuk segera pergi dari sana.

"Gue pergi dulu ya Al. Metha pasti udah nunggu in gue" pamit Chiara dan dibalas dengan anggukan dari Alvis.

Alvis merasa apa yang dia lakukan kali ini benar-benar di luar kontrolnya lagi. Nggak biasanya dia bisa lepas kontrol ke cewek. Dia memegang dadanya dan dia juga masih merasakan debaran itu. Lagi, lagi dan lagi!

Tanpa disadari ada seseorang yang sudah berdiri dan melihat kejadian yang ada di dalam ruang musik. Dengan tatapan tajamnya orang itu langsung pergi.

Lagi dan lagi, perasan berdabar itu dirasakannya lagi. Nggak mau memikirkan hal lainnya lagi, dia dengan langkah cepatnya segera menuju ke perpus.

"Metha lo nunggu lama ya?" tanya Chiara dengan terengah-engah

"Napa sih lo kayak di kejar haters aja?!" kata Metha dan memberi tempat untuk Chiara bisa duduk.

"Hhehe gue takut bikin singa betina ngamuk"

"Udah ah, bantuin gue cari materi buat presentasi kelompok besok. Lo gak lupakan?" tanya Metha memastikan.

"Nggak ya gini-gini gue nggak gampang pikun kayak si David hehehe"

25 menit mereka sibuk mencari buku untuk tambahan materi presentasi besok. Setelah mendapatkan apa yang mereka cari, mereka segera bergegas kembali ke kelas. Sepanjang perjalanan mereka bercanda.

Brukk...

"Oopss sorry gue gak liat lo tadi!" seringai seorang cewek yang dengan sengaja menubruk tubuh Chiara hingga terjatuh.

Cewek itu yang melihat kedatangan Farrel langsung segera pergi

"Lo gak papa?" tanya seseorang di belakangnya yang tak lain adalah Farrel.

Farrel dan Metha segera membantu Chiara untuk berdiri dan memunguti buku-buku yang berserakan di lantai.

"Gue nggak papa kok" jawab Chiara yang ikut mengambili buku-bukunya.

"Ihhh awas aja kalo dia ketemu gue lagi. Bakal gue cabik-cabik tuh menor" kata Metha dengan penuh emosi.

Tersisa sebuah buku, secara bersaman Farrel dan Chiara mengambilnya. Saat itu tatapan mereka saling terkunci dan Chiara segera mengambil bukunya itu.

"Makasih Rel udah bantuin gue" ucap Chiara dengan senyum tulus. Dia masih diselimuti perasan bersalah.

Farrel melihat senyum manis itu langsung merasa tak nyaman. Berdebar tak karuan di jantungnya itu. Tak ingin debaran itu menjadi lebih parah dia langsung pergi begitu saja tanpa berbasa basi lagi.

Sebelum pulang sekolah Chiara udah janjian mau mengajak mereka ke rumahnya. Dan mungkin ini saatnya mereka tahu siapa Chiara sebenarnya, apalagi selama ini dia sudah melihat seperti apa mereka. Teman yang tulus. Seperti apa yang sudah Chiara harapkan selama ini.

"Ar, jangan lupa ntar sharelock ke gue oke!" ucap Metha sebelum dia pulang duluan.

"Iya tenang aja" jawab Chiara.

Metha pun pergi meninggalkan Chiara yang berjalan sendirian di koridor sekolah. Sebenarnya dia merasa kurang nyaman jika harus berjalan sendirian di sekolah, apalagi sebelum-sebelum ini banyak yang udah teror dia cuman gara-gara berita gak bener tentang dia. Karena itu juga dia harus segara membersihkan berita itu, tapi tidak untuk sekarang mungkin sampai orang itu datang.

Hingga sebuah tangan menariknya.

Boys ConflictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang