Di saat Chiara dan Metha sedang asyik ngobrol dari arah depan ada 4 orang cewek yang mendekati mereka. Dari ke empat cewek itu Chiara sudah tau nama-nama mereka, tapi yang satu cewek lagi dia nggak siapa.
"Kamu pasti murid baru yang namanya Chiara itu kan?" tanya seorang cewek kepada Chiara.
"I..iya aku Chiara" jawabnya.
"Kenal in aku Aleta ketua Osis di sini. Kayaknya kamu belum tau peraturan di sekolah ini"
"Peraturan apa ya?" tanya Chiara dengan polosnya.
"Peraturan khusus buat semua siswa perempuan di sekolah ini. Nggak boleh ada satu siswi pun yang berambut sebahu dengan alasan apapun. Peraturan itu yang buat gue, Aleta Quenby Elvina ketua Osis SMA Anthesia" jawab Aleta dengan tegas.
Bukannya merasa risih dan takut karena menjadi pusat perhatian, Chiara malah menatap tanpa rasa takut ke arah cewek yang berdiri di hadapannya itu. Cewek yang mengaku sebagai ketua osis sekaligus orang yang membuat peraturan konyol seperti itu.
"Iyuuhh, stylenya liat dech udik banget, yah!"
"Kacamatanya juga liat dech, girls. Norak banget, yah!! Wajahnya aja sampek ketutupan gitu"
"Aneh, culun dan tentunya gak selevel sama kita-kita. Cewek model kayak gini mah kagak Pantes sekolah di sini. Yang kebanyakan isinya cewek-cewek cantik dan tentunya yang paling cantik kita berempat, ya kan girls?!"
"Kalian berisik banget sih! Bisa diem dulu nggak!!" bentak Aleta.
"Heheh sorry Aleta" ucap mereka bertiga bersamaan.
Mendengar perkataan mereka bertiga tidak membuat Chiara merasa takut. Dia justru menatap mereka semua dengan sangat santai bahkan dia juga tak ragu-ragu menatap Bella dengan sangat tajam.
"Eh Met, masa wajah ketua osis bisa segitu dinginnya tanpa ekspresi lagi" bisik Chiara kepada Metha yang tepat berada di sampingnya.
Metha hanya bisa menundukkan kepalanya tanpa mau membalas ucapan Chiara barusan. Dia juga salah belum memberi tahu soal peraturan khusus itu ke Chiara.
"Hey, culun! Ngapain lo bisik-bisik kayak gitu, hah?!" sahut Bella yang hanya di tanggapi dengan galengan dari Chiara.
"Dan lo sebagai murid baru harus mematuhi semua peraturan di sekolah ini tanpa terkecuali. Jadi gue mau mulai besok rambut lo harus sedikit lebih panjang lagi dari rambut lo sekarang. Gue nggak mau cuman karena satu orang kekompakan para cewek di sekolah ini jadi rusak. Lo paham kan?" jelas Aleta.
"Emangnya harus banget ya? Ini kan Hak Asasi gue?"
Suasana di kantin semakin mulai memanas hampir tidak ada satu suara pun yang terdengar ricuh. Semua orang yang ada di kantin terfokus dengan perdebatan di tempat Chiara berdiri saat ini.
"Kurang ajar!!! Berani banget lo murid baru menentang peraturan khusus dari Aleta!!" geram Zelline yang tidak terima dengan ucapan Chiara.
"Zell, tenang in diri lo" desis Aleta.
"Tapi,. Al. Dia tuh kelewatan banget tangan gue udah ngerasa gatal pengen nampar tuh bocah!!"
"Kalo sampai besok gue masih liat rambut lo belum panjang. Dengan berat hati, kita berempat bakal buat hidup kayak di neraka atau bahkan lebih. Setelah kepsek yang berkuasa, ada gue sebagai ketua osis yang juga berhak peraturan apa aja yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan."
Chiara lalu berdiri dari tempat duduknya dan menatap wajah Aleta dengan teliti. Seorang cewek yang saat ini berdiri di hadapannya itu benar-benar tanpa ekspresi sedikit pun. Entah itu ekspresi emosi ataupun amarah. Yang ada hanyalah sorot kedua matanya yang tajam dan dingin seolah dia menyimpan sejuta macam cara yang kejam untuk menindas siapa pun yang berani menentangnya.
"Peraturan konyol macam apa ini? Bahkan peraturan konyol ini sama sekali nggak ada di undang-undang, mungkinkah saat pembuatan peraturan konyol itu sedang dalam kondisi yang labil?"
"KURANG AJAR!!!" teriak Frizka yang akan melayangkan tangannya untuk menampar Chiara yang sudah berani menjatuhkan harga diri sahabatnya Aleta.
Chiara yang belum menyiapkan dirinya hanya bisa memejamkan kedua bola matanya.
Hening...
Chiara tidak merasakan kedua pipinya yang memanas karena tamparan. Dia pun membuka matanya dan dia merasa kaget ada sebuah tangan lain yang menahan tangan Frizka.
"Fa.. Farrel!" ucap Frizka dengan suaranya yang bergetar. Tidak hanya dia yang merasa kaget dan ketakutan melainkan hampir semua orang yang juga ada di sana.
"Kayak gini ya kelakuan Ketua Osis dan sahabat-sahabatnya itu? Menjadikan kelakuan kalian itu sebagai tontonan gratis di sini? Peraturan yang kalian buat itu emang bener konyol, iya kan?!" ucap Farrel dengan nada dingin dan menusuk tajam ke mereka berempat. Bahkan dia juga melepas tangan Frizka dengan sangat kasarnya.
"Ini gak seperti apa yang lo pik-" Aleta tidak melanjutkan perkataannya lagi dia melihat ekspresi dari cowok itu yang begitu tajam seolah-olah siap menusuk dirinya kapan saja. Lalu Farrel berlalu pergi dengan ekspresi yang masih sama dinginnya.
"OMG!!! Please bawa gue pergi dari sini sekarang juga!!" teriak Frizka yang sedang frustasi. Zelline pun merangkul Frizka dan membawanya pergi.
"Urusan kita belum kelar. Dan lo siap-siap aja bakal dapetin balasannya cewek culun. Lo bakal ngerasain gimana rasanya hidup di neraka" desis Bella yang juga ikut pergi dengan gengnya.
Sebelum mereka pergi, Chiara sempat beradu tatap dengan Aleta. Dia semakin di buat bingung dan heran, dengan ekspresi wajahnya yang terkesan datar dan dingin itu.
"Lo kenapa Met?" tanya Chiara yang kaget melihat temannya itu menangis sesenggukan.
"Ini semua salah gue, Ar. Gue belum kasih tahu lo soal peraturan itu dan seharusnya lo gak perlu ngelawan mereka Chiara. Gue nggak mau lo kena masalah sama mereka lagi"
Chiara terharu mendengar kekhawatiran temannya itu. "Gue nggak papa kok, gue juga gak takut sama mereka. Toh, kita juga sama-sama manusia, kecuali kalau mereka itu setan baru gue takut sama mereka. Lanjur makan lagi yuk! Ntar keburu bel masuk."
Metha mengangguk setuju dan melanjutkan makanannya.
"Aleta tuh kayak apa sih?"
"Aleta tuh ketua osis dan yang tadi itu sahabat-sahabatnya Bella, Frizka dan Zelline. Aleta itu udah jadi ketua osis sejak dia kelas 10" jelas Metha.
"Berarti dia udah jabat ketua osis selama 2 periode? Harusnya jabatan ketua osis udah di ganti sama orang lain, tapi ini kenapa bisa?" tanya Chiara yang bingung.
"Lo harus tau, Aleta itu tipe orang yang gila jabatan dan popularitas. Dia gak akan biar in orang lain mengambil alih jabatannya itu sampai dia udah lulus dari sekolah ini"
"Gak adil banget sih? Kayaknya gue masih harus banyak-banyak cari tahu tentang sekolah ini. Haduhhh berat banget sih tanggungan guee!!!!" ucap Chiara dengan begitu frustasinya.
Dia merasa pusing dengan semua peraturan konyol di sekolahnya itu.
Chiara terlihat sedang berlari mengejar cowok yang sudah menyelamatkannya tadi."Farel! Tunggu!"
"Ada apa?" tanya Farrel.
"Dingin banget lo jawabnya hhehe! Gue cuman mau bilang makasih karena lo udah nolongin gue tadi di kantin"
"Gue gak ngerasa pernah kalo nolongin lo" balas Farrel dan akan melangkah pergi.
"Nih! no ponsel gue, kalo lo ada apa-apa bilang aja" ucap Chiara sambil menyerahkan kertas bertuliskan no ponselnya.
Dia merasa bersyukur karena kondisi sekolah yang udah sepi saat bel pulang sekolah berbunyi. Jadi nggak bakal ada yang berbisik hal aneh lagi tentangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys Conflict
Teen FictionMenjadi pewaris tunggal Anthesia mengharuskan Chiara melakukan perubahan pada penampilannya. Sementara di sekolah barunya. Dia harus dihadapkan dengan 4 cowok populer dan tentunya ganteng, mampukah dia mengahadapi mereka? Ketika banyak bisikan cint...