Bismillaahirrahmaanirrahiim•
'
Laa haula walaa quwwata illa billah.'
'Laa haula walaa quwwata illa billah.'
'Laa haula walaa quwwata illa billah.'
Bibirnya terus meminta kekuatan kepada Allah, dia masih saja dalam sujudnya setelah melakukan ba'diyah dzuhur.
Aldi sangat tidak berdaya.
Awalnya ia biasa saja dengan perjodohan ini, namun saat orangtuanya bilang bahwa seminggu lagi ia akan menikah. Sungguh, itu sangat diluar perkiraannya, ia pikir satu atau dua bulan lagi pernikahan.
Namun seminggu lagi?.
'Astaghfirullah.'
Air matanya lolos membanjiri matanya yang terpejam dengan sedikit demi sedikit menyebar dipipinya, sejak tadi ia menahan air matanya, sekarang tidak lagi.
Ia sedang bersujud, berarti Allah sedang dekat dengannya.
Seharusnya ia sadar, ini adalah pernikahan, mempercepatnya adalah hal baik. Dan ia juga harus sadar itu tidak bisa ditunda ataupun dibatalkan.
Sama halnya kematian.
Yang tidak bisa diketahui waktunya, tidak bisa ditunda, tidak bisa mengelak. Itu lebih mengejutkan bagi siapapun.
Bukankah pernikahan lebih mudah dari pada kematian?.
'Astaghfirullah.'
Aldi tidak peduli pada keadaan sekelilingnya, yang ia inginkan adalah dekat dengan Tuhannya.
Dia bukan seorang Abid, Alim, bahkan Anbiya.
Ia hanya seorang Abdullah, jauh dari kata Saifullah dalam menghadapi ujian, apalagi bila di sebut Asadullah yang bagaikan langit dan bumi.
Ia hanya manusia biasa.
Hanya manusia lemah, dengan ketidakberdayaan abadi.
Beberapa lama kemudian, Aldi bangkit dari sujudnya, matanya masih terpejam dengan menundukkan kepala, air matanya mulai mengering.
"Tawakkal itu perlu ibu-ibu, tapi harus diiringi dengan ikhtiar. Bagaimana bisa disebut Tawakkal, kalau tidak diiringi ikhtiar. Jadi, jangan pernah keliru ya ibu-ibu, dalam menyebutkan apa itu Tawakkal."
Ceramahnya tadi pagi terngiang kembali diingatannya, hatinya terasa tertohok dengan ucapannya sendiri.
Apapun yang terjadi, ia harus hadapi.
Lafadz Basmallah ia baca dihatinya.
Lalu Aldi membuka mata, udara ia ambil, menenangkan jiwanya yang sesak sembari tangannya menyeka sisa air mata dipipinya.
'Allah menyuruhku ikhtiar agar menjadi anak yang berbakti, semua ini ujian Di, Allah mengujimu karena Allah meridhai niatmu. Bismillah.'
Aldi menyemangati dirinya.
Pandangannya ia edarkan, senyuman tiba-tiba ia goreskan dengan lebar, saat melihat tiga orang dari balik jendela panjang Masjid yang ia kenal sedang mengobrol di serambi Masjid. Lalu ia beranjak dari duduknya di area dalam Masjid, menuju luar Masjid untuk menghampiri mereka bertiga.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Aldi mendudukkan diri disamping pemuda seumurannya yang memakai pakaian seperti orang Arab lengkap dengan sorban yang dikalungkannya keleher, ia langsung memeluk Aldi saat Aldi sudah berada disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merajut Iman
Spiritualبِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ [Spiritual - Thriller] "Dari banyaknya sahabat Rasulullaah. Hanya Zaid yang disebut dalam Al-Qur'an. Bahkan, Ibnu Mas'ud radiallaahu anhu, manusia yang mengetahui semua tempat tiap ayat Al-Qur'an diturunkan, ka...