Bismillaahirrahmaanirrahiim
•
Althaf mencium depan-belakang Al-Qur'an. Lalu berdiri menaruh Al-Qur'an pada rak Masjid yang berada disamping pintu masuk area laki-laki. Dilihatnya jam Masjid pada atas dinding. Dua belas menit lagi adzan Isya' berkumandang. Ia berniat akan adzan. Agar mendapat barokah yang sepadan dengan Imam sholat berjama'ah.
"Inalillaahi..."
Althaf berjalan cepat menghampiri seseorang yang berada diseberangnya. Sama-sama beriktikaf dipintu keluar Masjid area laki-laki sejak ba'da Maghrib. Raut cemas begitu kentara diwajahnya. Seseorang yang sujud khusyuk sekali. Bukan khusyuk lagi, namun tubuhnya sampai mengigil.
"Ya Rabbi.."
Ia meraup muka kasar. Althaf sudah duduk bersimpuh disisi orang sujud itu. Sedekat ini, dapat ia dengar suara sesenggukan orang sujud ini yang sedang menangis. Benar. Menangis dalam sujud sampai tubuh menggigil.
"Astaghfirullaah Di. Udah mau Isya' nih." Althaf gelabah sendiri saat melihat dua orang laki-laki memasuki area sholat. Siap untuk shalat sunnah menghormati Masjid atau tahiyyatul Masjid.
Kedua orang itu sempat melempar senyuman padanya. Untung, tidak peka dengan keadaan Aldi. Keduanya langsung shalat tanpa duduk berdzikir.
Karena memang, rukun shalat sunnah tahiyyatul Masjid itu tidak duduk dulu. Tapi, ambil wudhu. Masuk Masjid. Langsung shalat sunnah tahiyyatul Masjid. Namanya juga, menghormati.
"Di. Bangun dulu Di. Gampang lanjut lagi. Nanti malah bikin heboh di Masjid. Aku nggak punya jawaban buat pertanyaan mereka."
Aldi malah semakin terisak keras nan memilukan. Membuat Althaf mati berfikir, bergerak, apalagi berucap. Sudah pasti, tindakan Aldi menarik perhatian orang yang khusyuk shalat sunnah.
"Ya Allaah. Ini kenapa Mas Althaf?." Seseorang yang baru memasuki Masjid langsung duduk bersimpuh disamping Althaf. Rautnya ikut cemas.
Althaf menelan saliva kasar. Menatap pria paruh baya itu sembari menggeleng. Tidak tahu. Sahabatnya itu tidak mudah membagi masalahnya. Satu dugaan Althaf. Namun, entahlah kenapa sampai sebegininya. Itu yang membuat Althaf ragu akan dugaannya.
"Hayya 'ala shaallaa Di. Hayya 'ala shaallaa." Althaf menepuk-nepuk pundak Aldi pelan. Ia tahu sahabatnya ini sadar dan tidak pingsan.
Tangis Aldi mendadak reda. Althaf tersenyum lega. Tubuh sujud itu perlahan bangkit. Untuk mewanti-wanti keterkejutan pria paruh baya sisinya. Althaf berkata baik-baik saja kepada pria itu. Kemudian Pria berkacamata plus itu mengangguk faham dan berjalan kedepan shaf. Jama'ah shalat perlahan ramai memasuki area shalat. Memilih shaf terbaik mereka.
"Astaghfirullaahal 'adziim.." Lirih Althaf melihat wajah memilukan Aldi.
Matanya sembab. Hidung merah dengan ingus yang Aldi tahan didalam, hingga seperti orang pilek. Wajahnya berbasuh air mata. Sorot mata tak kalah memilukan. Penuh rasa tak berdaya didalamnya.
"Sudah sana ambil wudhu. Aku mau–."
Allaahuu Akbaar... Allaahuu Akbaar...
Althaf mengeluh gusar. Dilihatnya, ternyata salah satu dari dua orang tadi yang shalat sunnah sedang mengumandangkan adzan. Pandangan dialihkan ke Aldi.
"Kamu udah adzanin aku kok Thaf." Kemudian Aldi bangun keluar Masjid hendak mengambil wudhu.
Althaf bangun. Ia juga ingin berwudhu lagi, agar lebih segar. Melihat kekusutan Aldi dan tidak mampu adzan. Althaf ingin lebih khusyuk dengan air wudhu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merajut Iman
Spirituellesبِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ [Spiritual - Thriller] "Dari banyaknya sahabat Rasulullaah. Hanya Zaid yang disebut dalam Al-Qur'an. Bahkan, Ibnu Mas'ud radiallaahu anhu, manusia yang mengetahui semua tempat tiap ayat Al-Qur'an diturunkan, ka...