08 - Keputusan Keukeh

102 24 0
                                    


Bismillaahirrahmaanirrahiim

Kenapa mesti sulit berkata jujur, toh tidak usah berfikir, tidak usah menyusun kalimat, mudahkan?.

-MerajutIman

-/-

Kedua tangan Gilang membawa dua cangkir kopi hitam, ia berjalan menuju tempat istirahatnya yang sudah ada sosok yang menghancurkan moodnya sepagi ini.

Tangan kanannya memberikan kopi kepada sosok itu yang sedaritadi melamun, setelah diterima. Gilang duduk disampingnya, ia menghembuskan nafas gusarnya dan mulai menyesap kopinya. Tatapannya masih lurus menatap keramaian pasar, sebenarnya ia juga sibuk dengan pekerjaannya, namun ada manusia yang sepagi ini sudah merepotkannya.

Dan alhasil. Gilang meminta bantuan Yoga untuk mengatur parkiran dan dirinya harus meladeni manusia disampingnya. Awalnya juga Yoga menolaknya, tapi Yoga tidak berdaya saat Gilang memberinya dua kertas merah dipagi buta begini.

Gilang melirikkan mata menatap manusia disampingnya, ia hanya ingin mengetahui keadaannya. Yang berantakan.

"Tadi malem gue bilang lo gila, dan paginya, lo langsung gila? Keajaiban!." Sindir Gilang langsung mengalihkan pandangannya menatap Yoga yang sedang bertugas.

Kalian pasti tau, siapa manusia itu?.

"Isshh, ini masih pagi Lang, stok omongan pedes lo ntar aja dikeluarinnya." Decak Salsa lalu menyesap kopinya.

"Pulang dulu gih, mood gue ilang setelah liat muka kusut lo."

"Bodo amat! Lang, gue dijodohin cari cara biar dibatalin, gue nggak mau!." Rengek Salsa menatap Gilang.

"Dijodohin? Kaya jaman siti nurbaya aja."

Itu bukan Gilang yang menjawabnya, melainkan Yoga yang sedang berjalan menuju keduanya. Lalu dengan tidak bersalahnya, Yoga duduk ditengah-tengah Gilang dan Salsa.

Keduanya langsung menggeserkan tubuh dengan rasa kesal demi memberi celah pada Yoga, Yoga tersenyum kemenangan.

"Lo berdua kaya pacaran aja si. Yang cewek dijodohin lalu minta pacarnya ngebatalin. Endingnya nikah lari."

Yoga menatap keduanya secara bergantian. Dia masih curiga. Hubungan dekata antara keduanya. Dan didekat Salsa. Yoga tidak mengenal Gilang. Karena, terlewat bahagianya. Entah, ia pun tidak tahu apa yang direncanakan Gilang mendekati gadis labil ini.

"Diem Yog, banyak nonton sinetron loh." Ujar Gilang dengan kesal karena kopinya hampir saja tumpah atas tindakan Yoga yang tiba-tiba.

"Isshh..kan kopi gue tumpah! Tanggung jawab Yog!." Decak Salsa menatap nanar kopi serta gelasnya terbaring ditanah.

"Gue nggak ngapa-ngapain lo Sa. Kenapa mesti tanggung jawab. Emang udah berapa bulan tuh perut." Ucap Yoga menatap Salsa yang sedang menatap kebawah.

Salsa mendongakan kepalanya lalu melototi Yoga yang sedang tersenyum kuda kepadanya, tanpa aba-aba tangan Salsa langsung menjambak rambut Yoga.

"Sakit Sa! Serius! Gue nggak ngapa-ngapain lo. Mungkin itu Gilang." Ucap Yoga sembari meringis kesakitan.

Yoga salah besar telah mengaitkan Gilang dalam hal sepele ini, hingga tak terasa, Gilang berdiri dihadapannya dengan ekspresi garang. Tangan Gilang menarik kerah baju Yoga untuk berdiri, otomatis tangan Salsa yang sedang menjambak rambut Yoga terlepas.

Raut wajah Yoga sangat jelas terlihat bahwa dia sedang ketakutan, Gilang tersenyum sinis melihatnya. Lalu mendekatkan wajahnya ketelinga Yoga.

"LANJUTIN TUGAS LO!!."

Merajut ImanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang