10 - Lamaran?

103 23 0
                                    

Bismillaahirrahmaanirrahiim

"Keluarga adalah yang bisa menerimamu apa adanya tanpa ada apanya."

-MerajutIman

-/-

Siang ini, Salsa seperti biasanya akan menemui Gilang dan bercengkerama disana, sebab jika dirumahnya ia merasa bosan bila tidur-tiduran terus tidak berguna.

Langkah kaki Salsa terus menujunya ke pasar, ia tidak mempunyai motor untuk selalu menemui Gilang, ia juga tidak menggunakan kendaraan umum, yang ia andalkan hanya kakinya.

Jaraknya 1500m lebih dari depan gangnya, itu tidak masalah bagi Salsa karena sudah terbiasa. Jalan menuju pasar juga akan melewati rumah makan Aldi, dan Salsa sangat senang sejak kejadian kemarin dirinya belum menjumpai Aldi karena bila ia menjumpainya, entah apa yang harus ia perbuat.

Aldi menakutkan.

Itu pendapat Salsa.

Sejujurnya, ia sedang stres sendiri menghadapi masalahnya ini. Ia tidak menginginkan perjodohan itu, tapi ia juga tidak bisa melakukan apa-apa.

Maka dari itu, ia akan meminta bantuan Gilang untuk menjalankan rencana yang sudah disusunnya, bila perlu ia juga meminta teman-teman Gilang agar membantunya.

Tubuh Salsa tiba-tiba beku. Langkahnya juga terhenti mendadak.

Ia mengedipkan matanya berulang kali, mencoba membenarkan pandangannya.

Belum jelas.

Dan menurutnya tidak mungkin.

Lalu Salsa menyipitkan matanya agar apa yang dipandangnya memanglah benar.

Itu benar.

Salsa masih memusatkan pandangan kedepan sembari melangkah kembali membawanya kepada kebenaran.

"Lo?."

---

"Apa yang kamu lakukan Di!" Bentak Hamdan-ayah Aldi.

Aldi diam saja, ia merasa bosan bila harus berhadapan dengan ayahnya yang menurutnya sok perhatian.

Hamdan adalah seorang pebisnis yang berpusat pada kota Kalimantan. Ayahnya itu akan pulang sebulan sekali, ia tidak bisa bolak-balik Bogor-Kalimantan hanya untuk memberikan perhatian kepada anaknya, ia percayakan segalanya kepada Tari.

Sejak kecil, Aldi memang kurang kasih sayang dari ayahnya. Berhadapan dengan ayah beda sekali bila ia berhadapan dengan ibunya. Dengan ayahnya ia akan berpura-pura baik, sedangkan pada ibunya ia selalu membuat ibunya menangis.

Merajut ImanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang